Kutbah Jum’at

KESABARAN UJIAN HIDUP

(Hikmah di balik musibah akan memiliki ketangguhan mental sempurna)

A. Rusdiana

         

Segala puji bagi Allah telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq untuk dijelaskan kepada seluruh umat walaupun orang-orang kafir membencinya. Kita bersaksi bahwasanya tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad SAW itu hamba-Nya. Semoga selawat dan salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya seluruhnya. Wahai hamba-hamba Allah saya berwasiat khusus kepada diri saya sendiri dan kepada hadirin sidang jumat rahimakumullah. Kita harus senantiasa berusaha untuk meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Tiap-tiap kita yang meningkatkan takwa kepada Allah, kita tentu takut dengan balasan-Nya. Begitu juga takut dengan siksa-Nya, takut dengan azab-Nya, dan karena itu sekaligus takut dengan neraka-Nya, serta sebaliknya berharap dengan surga-Nya.

Jamaah jumat yang berbahagia

Rahasia kehidupan merupakan sesuatu yang menarik di hati manusia. Banyak pemikir, filosof, dan para ahli lainnya mencoba menafsirkan arti hidup dan misteri yang ada di baliknya. Hasilnya adalah filsafat hidup subjektif, sesuai dengan selera pengamatannya masing-masing. Islam sebagai aturan hidup sangat jelas menunjukkan apakah makna hidup ini. Berdasarkan Islam, hidup ini tidak lain merupakan ujian. Dunia tidak ubahnya seperti sekolah yang menyelenggarakan test. Setiap manusia adalah peserta dari test tersebut.

Alam dunia tempat kita hidup bukanlah surga penuh kenikmatan. Juga bukan tempat keabadian. Ia hanya cobaan dan pembebanan (taklif). Manusia dicipta di dalamnya untuk diuji guna mempersiapkan kehidupan abadi di akhirat. Siapa saja yang telah mengetahui watak kehidupan dunia seperti ini, maka dia tidak akan dikejutkan oleh malapetakanya. Tetapi orang-orang yang memandang kehidupan dunia ini sebagai jalan penuh taburan bunga dan aroma, maka apabila ia tergelincir sedikit saja akan dirasakannya sangat berat dan sulit karena sebelumnya tidak pernah membayangkannya. Firman Allah SWT;

Hadirin jamaah jumat yang dimuliakan Allah.

Sudah sepantasnya setiap muslim mempersiapkan diri menempuh ujian kehidupan ini. Ia harus berusaha agar lulus dan mendapat nilai tertinggi di hadapan pengujinya yaitu Allah Rabbul ‘Alamin. Disamping itu, hidup mukmin senantiasa berada dalam pengawasan Allah, tak ada sedikitpun yang lepas dari catatan dan perhitungannya yang cermat.

Secara garis besar, cobaan hidup dapat digolongkan dalam dua bentuk.  Pertama, cobaan berupa kesedihan (penderitaan) dan kedua, cobaan berupa kesenangan (kesejahteraan). Allah menciptakan kehidupan ini dengan mamadukan antara kesenangan dan kesengsaraan, antara kecintaan dan kebencian. Tidak ada kesenangan dan kenikmatan tanpa kesengsaraan dan kepedihan; tidak ada kesehatan tanpa diganggu rasa sakit; atau kebahagiaan tanpa kesedihan ataupun keamanan tanpa ketakutan. Sebab hal itu menyalahi kodrat kehidupan dan peranan manusia di dalamnya.

Kaum muslimin jamaah jumat yang berbahagia.

Setiap orang pasti mengalami dua corak cobaan hidup itu. Ketika ia menghadapinya, maka hakekatnya ia sedang menempuh ujian Allah yang berlangsung atas dirinya. Bila ia lulus, maka pahala akan ia peroleh. Bila tidak, maka dosalah yang akan dipikulnya. Sikap terbaik dalam menempuh ujian adalah sabar. Sabar merupakan bekal utama mereka yang bertakwa dalam menempuh perjalanan hidup penuh dengan pancaroba ini. Beberapa contoh dapat kita sebutkan tentang kesabaran terhadap penderitaan dan kesenangan. Amirul Mukminin Ali RA pernah melakukan takziyah kepada seorang yang ditinggal mati anaknya, kemudian ia berkata; “Wahai Fulan, jika engkau bersabar maka ketetapan itu tetap berlaku padamu dan bagimu pahala, tetapi jika kamu tidak bersabar maka ketetapan itu tetap berlaku atasmu dan bagimu dosa”.

Di dalam kisah Nabi Ayyub AS, kita dapati contoh bagaimana seseorang harus besabar atas penyakit yang menimpa dirinya. Kenyataannya, kesabaran akan membawa kesudahan baik. Allah menghilangkan penyakit Nabi Ayyub AS, bahkan mengganti keluarganya yang telah hilang dengan keluarga baru yang berlipat jumlahnya dari semula. Ia menegaskan kepada kita bahwa bersabar yang pahit tidak lain pasti akan membawa hasilnya yang sangat manis di dunia, sebelum akhirat.

Hadirin kaum muslimin yang dirahmati Allah.

Dari sini maka Allah menyampaikan firman-Nya kepada Rasul-Nya di dalam Surat Hud:

وَاصْبِرْ فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan.” (QS Hud [11]:115).

Tetapi sabar tidak hanya berlaku bagi hal-hal yang menyedihkan dan tidak disukai saja. Sabar untuk tidak terjerumus ke dalam ujian atau fitnah berupa kesenangan derajatnya lebih utama lagi. Biasanya orang sering tergelincir dengan kesenangan dan bukan oleh penderitaan. Banyak orang mampu mengatasi kesakitan dan kepedihan, tetapi sedikit sekali yang mampu selamat dari perangkap iblis berupa kesenangan.

Hadirin kaum muslimin yang dirahmati Allah.

Al-Quran telah menampilkan kisah Nabi Yusuf AS, yang sangat tegar dalam menghadapi berbagai cobaan hidupnya. Terutama kesabaran menahan diri dari istri Al-Aziz, kendatipun situasi sekitamya sangat mendukung dan mendorongnya. Tetapi dia tetap menolak dengan tegar serta mengutamakan keimanan. Wanita tersebut berterus terang mengajak Yusuf AS untuk serong dan telah mempersiapkan segalanya, Yusuf berkata:

قَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ‌ اِنَّهٗ رَبِّىۡۤ اَحۡسَنَ مَثۡوَاىَ‌ؕ اِنَّهٗ لَا يُفۡلِحُ الظّٰلِمُوۡنَ

“Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang yang zhalim itu tidak akan beruntung.” (QS. Yusuf [12]: 23).

Allah menyelamatkan Yusuf AS dari godaaan wanita yang nyaris menggelincirkannya pada kehinaan (zina) itu. Kemudian Yusuf mendapat ancaman dari wanita tersebut dihadapan sejumlah wanita istana. Berkata wanita itu dengan penuh geram:

قَالَتْ فَذٰلِكُنَّ الَّذِيْ لُمْتُنَّنِيْ فِيْهِ ۗوَلَقَدْ رَاوَدْتُّهٗ عَنْ نَّفْسِهٖ فَاسْتَعْصَمَ ۗوَلَىِٕنْ لَّمْ يَفْعَلْ مَآ اٰمُرُهٗ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُوْنًا مِّنَ الصّٰغِرِيْنَ

“Dan sungguh, aku telah menggoda untuk menundukkan dirinya tetapi dia menolak. Jika dia tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan, dan dia akan menjadi orang yang hina.” (QS. Yusuf [12]:32).

Bagaimana sikap Nabi Yusuf menghadapi tawaran dan ancaman itu?

Sesungguhnya Yusuf menyadari dirinya berada di antara dua cobaan. Cobaan terhadap agamanya yaitu berzina yang akan mengakibatkannya menjadi orang yang fasiq; dan cobaan dunianya yaitu dipenjarakan yang akan membuatnya menjadi orang yang menderita. Tetapi Yusuf memilih yang kedua (penjara); mengorbankan dunianya demi agamanya; mengorbankan kebebasannya demi menyelamatkan aqidahnya, seraya mengucapkan ucapan yang sangat popular:

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْن

“Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (QS. Yusuf [12]:33).

Kaum muslimin jamaah jumat yang berbahagia.

Kesabaran Yusuf lebih tinggi daripada Ayyub, karena kesabaran Ayyub lebih bersifat idhthirary (tidak ada jalan lain kecuali harus menerimanya), sementara itu kesabaran Yusuf bersifat ikhtiary (ada pilihan).

Tawaran hidup dunia bermacam-macam. Untuk seorang dai biasanya kesenangan dan fasilitas yang ditukar dengan pengkhianatan terhadap Islam dan dakwah. Bagi pedagang berupa keuntungan berlipat ganda bila mau menipu atau curang. Bagi penjahat dengan mendapatkan uang banyak bila mau korupsi. Bagi pegawai rendahan biasanya mendapat keuntungan tertentu bila mau sedikit berkhianat dan tidak jujur. Musuh-musuh agama Allah selalu menggunakan kesenangan duniawi untuk menjebak kaum muslimin; terutama para pemimpin, dai, ulama, dan intelektual. Banyak diantara mereka menjadi pelacur-pelacur aqidah dan keyakinan dengan memperoleh fasilitas duniawi murah.

Hadirin kaum muslimin yang dirahmati Allah.

Ketika menghadapi ujian hentuk ini, setiap muslim menghadapi dua pilihan. Meninggalkan perbuatan yang salah itu dengan mendapatkan keridhaan Allah dan pahala akhirat. Atau melakukan perhuatan dosa itu dengan mendapat kesenangan sementara heserta kemurkaan Allah. Maka untuk menyelamatkan iman mereka, setiap muslim wajib menteladani kesabaran yang dimiliki para nabi.

Kesabaran yang telah dicontohkan para nabi dan rasul Allah terdahulu seyogyanya dapat menjadi pelajaran dan ihrab bagi kita umat manusia yang saat ini hidup pada era globalisasi, penuh dengan tantangan dan rintangan. Ujian dan cobaan yang Allah berikan kepada orang beriman merupakan pertanda hahwa Allah masih sayang kepada-Nya, karena Ia hanya ingin menguji kadar keimanan orang beriman tadi, jika ia herhasil menjalankan ujian tersebut maka tergolonglah sebagai orang sukses.

Dan itu artinya Allah semakin sayang kepada-Nya. Jika sebaliknya, ia gagal mengahadapi ujian tersebut maka dibutuhkan lagi baginya jalan keluar untuk menghadapi ujian kembali, dan bukan berarti Allah semakin tidak sayang.

Kegagalan ujian tersebut merupakan kunci dari sebuah kesuksesan yang terhalangi. Maka untuk meraihnya ia harus mengetahui terlebih dahulu faktor penyebab kegagalan itu, bisa jadi hal ini timbul disebabkan oleh dirinya sendiri atau ada faktor lain yang ikut mendukung kegagalan tersebut.

Hadirin jamaah jumat yang dirahmati Allah.

Seorang muslim yang mengetahui hikmah (rahasia) di balik musibah atau cobaan, akan memiliki ketangguhan mental sempuma. Berbeda dengan orang yang hanya memahami musibah secara dangkal hanya melihat lahiriyahnya saja. Ada sebuah ilustrasi yang sangat indah dalam Al-Quran terkait dengan musibah dan sikap sabar.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah [2]:155).

Dalam ayat ini disebutkan ketika cobaan datang kepada manusia, maka beritakanlah kabar gembiran bagi orang-orang bersabar. Ini menunjukan bahwasanya sabar adalah sebuah kebajikan yang amat besar sehingga perlu penegasan kuat.

Ilustrasi ini ditutup dengan indah tentang balasan bagi kesabaran:

اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

“Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah [2]:157).

Di dalam ayat lain, secara tegas Alquran mengatakan bahwa kesabaran akan dibalas dengan ampunan atas berbagai kesalahannya dan mendapatkan pahala besar:

اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ

“Kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar. (QS Hud [11]: 11 )  Hadirin jamaah jumat yang dirahmati Allah

بارك الله لي ولكم في القران العظيم ونفعني واياكم بما فيه من الايات والذكرالحكيم اقول قولي هذا واستغفر الله العظيم لي ولكم ولسا ئر المسلمين والمسلمات فاستغفروه انه هوالغفورالرحيم

Demikianlah khutbah singkat yang dapat khatib sampaikan. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua selaku kaum muslimin. Dan semoga Allah memberikan kekuatan iman dan kesabaran dalam menjalankan roda kehidupan ini, sehingga kita benar-benar dapat menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Amin.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. إنَّ اللهَ وملائكتَهُ يصلُّونَ على النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ ءامَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا

اللّـهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ إنّكَ حميدٌ مجيدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *