Teknik Pengumpulan Data

TEKNIK PENGUMPULAN DATA PENELITIAN KUALITATIF

(Materi Pembekalan untuk Mahasiswa yang sedang melaksanakan Mini Riset)

 

 

PERMISI

eknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Teknik ini, merupakan bagian dari kegiatan pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif (sebagaimana telah dibahas pada materi sebelumnya). Sebab, kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam teknik pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni berupa data yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian demikian sangat berbahaya, lebih-lebih jika dipakai sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan publik.

Misalnya, jika peneliti ingin memperoleh informasi mengenai persepsi guru terhadap kurikulum  yang  baru,  maka  teknik  yang  dipakai  ialah  wawancara,  bukan  observasi. Sedangkan jika peneliti ingin mengetahui bagaimana guru menciptakan suasana kelas yang hidup, maka teknik yang dipakai adalah observasi. Begitu juga jika, ingin diketahui mengenai kompetensi siswa dalam matapelajaran tertentu, maka teknik yang dipakai adalah tes, atau bisa juga dokumen berupa hasil ujian. Dengan demikian, informasi yang ingin diperoleh menentukan  jenis  teknik  yang  dipakai (materials  determine  a  means).  Itu  pun  masih ditambah dengan kecakapan peneliti menggunakan teknik-teknik tersebut. Bisa saja terjadi karena belum berpegalaman atau belum memiliki pengetahuan yang memadai, peneliti tidak berhasil menggali informasi yang dalam, sebagaimana karakteristik data dalam penelitian kualitatif, karena kurang cakap menggunakan teknik tersebut, walaupun teknik yang dipilih sudah tepat. Solusinya terus belajar dan membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis akan sangat membantu menambah kecakapan peneliti.

Penggunaan istilah ‘data’ sebenarnya meminjam istilah yang lazim dipakai dalam metode penelitian kuantitatif yang biasanya berupa tabel angka. Namun, di dalam metode penelitian kualitatif yang dimaksudkan dengan data adalah segala informasi baik lisan maupun tulis, bahkan bisa berupa gambar atau foto, yang berkontribusi untuk menjawab masalah penelitian sebagaimana dinyatakan di dalam rumusan masalah atau fokus penelitian.

Teknik Pengumulan data merupakan salah satu hal yang krusial dan penting untuk ditentukan agar penelitian yang dilakukan lebih lancar dan terkendali. Menentukan teknik pengumpulan data juga dilakukan untuk meminimalisir hambatan dan kesalahan dalam penelitian yang dilakukan. Untuk mengetahui apa saja teknik pengumpulan data, Anda dapat mengetahuinya dalam artikel ini.

Di dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, 3). dokumentasi, dan 4). diskusi  terfokus  (Focus  Group  Discussion).  Sebelum  masing-masing  teknik  tersebut diuraikan  secara  rinci,  perlu  ditegaskan  di  sini  bahwa  hal  sangat  penting   yang  harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan, dst. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.

Teknik Pengumulan Data

Di dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, 3). dokumentasi, dan 4). diskusi  terfokus  (Focus  Group  Discussion).  Sebelum  masing-masing  teknik  tersebut diuraikan  secara  rinci,  perlu  ditegaskan  di  sini  bahwa  hal  sangat  penting   yang  harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan, dst. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.

1. Wawancara

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.

Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya.

Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui, yakni: (a). mengenalkan diri, (b). menjelaskan maksud kedatangan, (c). menjelaskan materi wawancara, dan (d). mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358). Disinilah peneliti harus sigap, sebelunya harus sudah dipersiapkan Format CL penellitian seperti berikut:

Sumber: Pengalaman Penulis dalam penelitian LITAPDIMAS (2018)

Selenkapanya tersedia dalam: http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/29520

Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan pengalaman wawancara yang penulis lakukan terdapat beberapa kiat  sebagai berikut; 1). ciptakan suasana wawancara  yang kondusif dan tidak tegang,  2).  cari  waktu  dan  tempat  yang  telah  disepakati  dengan  informan,  3).  mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke yang serius, 4).  bersikap hormat dan ramah terhadap informan, 5). tidak menyangkal informasi yang diberikan informan, 6). tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya dengan  masalah/tema penelitian, 7). tidak bersifat menggurui terhadap informan, 8). tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau marah, dan 9). sebaiknya dilakukan secara sendiri, 10) ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.\

Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali- kali; 2). wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat  dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.

Dalam praktik sering juga terjadi jawaban informan tidak jelas atau kurang memuaskan. Jika ini terjadi, maka peneliti bisa mengajukan pertanyaan lagi secara lebih spesifik. Selain kurang jelas,  ditemui  pula  informan  menjawab  “tidak  tahu”.

Menurut  Singarimbun  dan  Sofian Effendi (1989: 198-199), jika terjadi jawaban “tidak tahu”, maka peneliti harus berhati-hati dan tidak lekas-lekas pindah ke pertanyaan lain. Sebab, makna “tidak tahu” mengandung beberapa arti, yaitu:

1)  informan  memang  tidak  mengerti  pertanyaan  peneliti,  sehingga  untuk  menghindari jawaban “tidak mengerti”, dia menjawab “tidak tahu”.

2) informan sebenarnya sedang berpikir memberikan jawaban, tetapi karena suasana tidak nyaman dia menjawab “tidak tahu”.

3) pertanyaannya bersifat personal yang mengganggu privasi informan, sehingga jawaban “tidak tahu’ dianggap lebih aman.

4) informan memang betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Karena itu, jawaban “tidak tahu” merupakan jawaban sebagai data penelitian yang benar dan sungguh yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti.

2. Observasi

Selain  wawancara,  observasi  juga  merupakan  salah  satu  teknik  pengumpulan  data  yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang.  Observasi  dilakukan  untuk  memperoleh  gambaran  riil  suatu  peristiwa  atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Bungin (2007:115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi,  yaitu: (1) Observasi partisipasi,  (2).   observasi   tidak   terstruktur,   dan (3) observasi   kelompok.   Berikut penjelasannya:

a. Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.

b. Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.

c. Observasi kelompok ialah  pengamatan  yang  dilakukan  oleh sekelompok  tim  peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

Untuk lebih….

Selengkapnya tersedia di http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/29520

3. Dokumen

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan  sebagainya.  Data berupa dokumen  seperti  ini  bisa  dipakai  untuk  menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna. Untuk itu peneliti perlu memiliki Form seperti berikut:

Sumber: Pengalaman Penulis dalam penelitian LITAPDIMAS (2018)

Selenkapanya tersedia dalam: http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/29520

4. Focus Group Discussion

Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus Group Discussion), yaitu  upaya   menemukan  makna  sebuah  isu  oleh  sekelompok  orang  lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil penelitian Kesiapan Kesiapan PTKIS dalam Implentasi Kebijakan SKPI di mana nilai rata-rata Komponen memadai. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh  peneliti,  maka dibentuk  kelompok  diskusi  terdiri  atas  beberapa  orang  peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif, paerti pengalam penulis pada penelitian LITAPDIMAS, sbb:

Sumber: Pengalaman Penulis dalam penelitian LITAPDIMAS (2018)

Selenkapanya tersedia dalam: http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/29520

Daftar Pustaka

Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. 2007. Designing and Conducting Mixed Methods Research.Thousand Oaks: SAGE Publications.

Singarimbun, Masri  dan Sofian Effendi (ed.). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3S Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

NB: Ternyata Tugas GB itu berat Ibu/Bapak/Sdr/i, memerlukan dukungan berbagai pihak…. Sambil menyelam meneguk air …. dengan kerendahan hati sambil bekerja dan menabung amal, sudi kiranya  Ibu/Bapak/Sdr/i, memberikan koment/masukan yang sifatnya membangun walaupun satu kalimat pada kolom koment👇

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *