Instrumen Penelitian Kualitatif

 

MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN KUALITATIF

(Pembekalan untuk Mahasiswa yang sedang melaksanakan Mini Riset)

 

PERMISI

Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, serta mengembangkan dan  menguji  teori.   Mc  Millan  dan  Schumacer  mengutip  pendapat Walberg  1996,  ada  lima langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu: 1) mengidentifikasi masalah penelitian; 2) melakukan studi empiris; 3) melakukan replika atau pengulangan; 4) menyatukan (sintesis) dan meriview; 5) menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksana. Melalui tahapan itu akan  didapatkan  jawaban dari  tujuan penelitian  melalui  cara-cara  ilmiah  yang  dituntunoleh logika, sehingga hasil yang diperolehpun dapat diterima secara ilmiah dan logis (masuk akal) (Bachri, 2010).

Penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan seabgai sumber data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya  (Sugiyono,  2017).

Informan  dalam metode kualitatif berkembang terus (snowball) secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan atau jenuh (redundancy). Peneliti merupakan key instrument dalam mengumpulkan data, peneliti harus terjun sendiri kelapangan secara aktif (Gunawan, 2013).

A. Hakikat Instrumen Penelitian Kualitatif

Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpil data. Instrumen selain manusia (seperti; angket, pedoman wawancara, pedoman observasi dan sebagainya) dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti adalah mutlak, karena peneliti harus berinteraksi dengan lingkungan baik manusia dan non   manusia yang ada dalam kancah penelitian. Kehadirannya di lapangan eneliti harus dijelaskan, apakah kehadirannya diketahui atau tidak diketahui oleh subyek penelitian. Ini berkaitan dengan keterlibatan peneliti dalam kancah penelitian, apakah terlibat aktif atau pasif (Murni, 2017).

Menurut Gulo, Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar prtanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi. Instrumen itu disebut pedoman pengamatan atau pedoman wawancara atau kuesioner atau pedoman dokumenter, sesuai denganmetode yang dipergunakan (Gulo, 2000). Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006).

Instrumen pengumpul data menurut sumadi suryabrata adalah alat yanng digunkan untuk merekam  pada  umumnya  secara  kuantitatif  keadaan  dan  aktivitas  atribut-atribut  psikolog. Atribut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut   kognitif dan atribut non kognitif  (Suryabrata, 2008) . Ibnu hadjar berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif (Ibnu Hadjar, 1996).

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengukur data yang hendak dikumpulkan. Instrumen pengumpulan data ini pada dasarnya tidak terlepas dari metode pengumpulan data. Bila metode pengumpulan datanya adalah depth interview (wawancara mendalam), instrumennya  adalah pedoman wawancara terbuka/tidak terstruktur. Bila metode pengumpulan datanya observasi/pengamatan, instrumennya adalah pedoman observasi atau pedoman pengamatan terbuka/tidak terstruktur. Begitupun bila metode pengumpulan datanya adalah dokumentasi, instrumennya adalah format pustaka atau format dokumen (Ardianto, 2010). Secara  operasional,  pengukuran  merupakan  suatu  prosedur  perbandingan  antar  atribut  yang hendak diuur dengan alat ukurnya (Firdaos, 2006).

Nasution menyatakan bahwa peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Sugiyono, 2017):

1. Peneliti sebagai alat peka dan bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitia;

2. Penelitian sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;

3. Tiap situasi merupakan keseluruha Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi   yang   melibatkan   interaksi   manusia,   tidak   dapat   dipahami   dengan pengetahuan semata untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperole Ia dapat menafsirkannnya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada   suatu   saat   dan   menggunakan   segera   sebagai   balikan   untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan dan pelakuan.

B. Jenis Instrumen dalam Penelitian Kualitatif

Untuk mengumpulkan data dari sumber informasi (informan), peneliti sebagai instrument utama penelitian  memerlukan  instrumen bantuan.  Menurut Afrizal (2014),  ada dua macam  instrument bantuan  yang lazim digunakan yaitu:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman atau panduan wawancara mendalam. Ini adalah suatu tulisan singkat  yang  berisikan daftar  informasi  yang  perlu  dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan lazimnya bersifat umum yang memerlukan jawaban panjang, bukan jawaban ya atau tidak;

a. Pedoman wawancara Semi Terstruktur

Pedoman ini berisi daftar pertanyaan yang telah memuat tema-tema dan alur pembicaran sebagai pedoman untuk mengontrol. Pedoman ini sangat cocok untuk  penelitian kualitatif. Langkah-langkah menyusun pedoman wawancara semi terstruktur:

a) Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus penelitian;

b) Menentukan variabel – variabel /tema – tema/aspek – aspek yang akan diteliti;

c) Tuliskan sub variabel/subtema/indikator – indikator  masing – masing sasaran secara spesifik;

d) Menyusun kisi – kisi sebagai pedoman untuk menyusun butir – butir pertanyaan;

e) Kisi–kisi  instrumen  minimal  terdiri  dari  komponen:

      variabel/subvariabel  (pokok masalah), indikator (rincian masalah); (tabel 1)

f) Membuat butir–butir pertanyaan berdasarkan indikator

      (rincian masalah); sehingga dimungkinkan memperoleh informasi yang dibutuhkan;

g) Meminta bantuan rekan seprofesi atau yang dipandang ahli untuk mengecek validitas instrumen

h) Melakukan revisi (jika perlu)

Contoh: Pedoman wawancara semi terstruktur pada judul penelitian “Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Dokumen  Rekam  Medis Pasien Rawat  Inap”

Tabel: 1

Kisi-Kisi Penelitian: Pedoman Wawancara Semi Tersruktur

Model Pedoman Wawancara Tidak Tersruktur

Gambar: 1  Model Pedoman Wawancara Tidak Tersruktur

b. Pedoman wawancara Tidak Terstruktur

Pedoman wawancara tidak tesruktur adalah pedoman yang berisi garis besar pedoman, tidak terdapat topik–topik yang mengontrol alur pembicaraan. Biasanya digunakan untuk mengembangkan penjelasan dari penelitian kuantitatif.

Contoh:

Gambar 2 : Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur

2. Pedoman Observasi Tidak  Testruktur

Pedoman observasi  tidak terstrukur adalah pedoman yang sangat sederhana,tanpa suatu rancangan yang kompleks,  hanya  berisi  garis besar  pedoman  atau tema sentral  observasi. Instrumen ini digunakan jika peneliti tidak mengetahui secara pasti variabel atau apa yang akan diamati.

Dalam penelitian kualitatif terutama bidang rekam medis dan informasi kesehatan, selain instrumen pedoman wawancara, juga digunakan pedoman observasi untuk mendukung keabsahan data penelitian. Berikut  Contoh pedoman observasi tidak testruktur:

Tabel: 4 Pedoman Observasi Tidak Tersruktur

Gambar 3: Pedoman Observasi Tidak Terstruktur

 

3. Alat Rekam

Dengan alat rekaman, peneliti dapat menggunakan alat rekaman seperti, tape recorder, telepon seluler, kamera   fot,  dan   kamera   video   untuk   merekam   hasil   wawancara.  Alat   rekaman   dapat dipergunakan apabila peneliti mengalami kesulitan untuk mencatat hasil wawancara  (Afrizal, 2014).

C. Teknik  Pengumpulan Data Kualitatif

Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang di pilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Sedangkan menurut Ibnu Hadjar (1996: 160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.

Dalam peneitian kualitatif dikenal beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan. Beberapa teknik yang dimaksud adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi, focus group discussion.

1. Wawancara Semi Terstruktur (wawancara mendalam)

Wawancara  semi terstruktur lebih tepat jika dilakukan dalam penelitian kualitatif daripada penelitian   lainnya.   Untuk  menghasilkan   data  yang  berkualitas   diperlukan   alat – alat pendamping antara lain: buku catatan, tape recorder, camera.

Ciri-ciri wawancara terstruktur antara lain:

a. Pertanyaan terbuka

Sifat pertanyaan terbuka, ada  batasan  tema  dan  alur  pembicaraan  Jawaban  yang diberikan oleh informan tidak dibatasi, sepanjang tidak keluar dari tema dan alur pembicaraan.

b. Kecepatan wawancara dapat diprediksi

c. Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan dan jawaban)

d. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan data

e. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena atau permasalahan  tertentu.

Adapun, prinsip – prinsip wawancara yang baik adalah sebagai berikut:

a. Pewawancara harus mengenal dengan baik pokok persoalan;

b. Pewawancara harus mencoba menggunakan teknik-teknik untuk membujuk responden untuk:

      menguraikan “apa yang terjadi selanjutnya?”

c. Pewawancara harus  mengulas  catatan  di  lapangan  dan  langsung  membuat perbaikan waktu itu juga, jika diperlukan;

d. Ucapan terimakasih disampaikan kepada responden pada akhir wawancara;

Instruksi – instruksi untuk wawancara yang baik sebagai berikut:

a) Mulaiah wawancara dengan perjanjian;

b) Setelah wawancara berjalan, dan dengan tepat, doronglah responden secara perlahan-lahan atau tanyakan lebih mendalam;

c) Dengarkan dengan baik agar dapat menagkap semua informasi yang diberikan.

d)  Apabila kunci pokoknya sudah muncul dalam diskusi, hal ini harus diikuti;

e) Usahakan untuk mengarahkan diskusi dari waktu ke waktu dan dari topik ke topik.

Langkah – langkah wawancara semi trestruktur :

a) Menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan

b) Menyiapkan pokok – pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

c)  Mengawali atau membuka alur wawancara;

d) Melangsungkan alur wawancara;

e) Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya;

f)    Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan;

g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Tabel 5: Bentuk Pertanyaan Wawancara

Kualitas  data hasil  wawancara  banyak dipengaruhi  oleh beberapa  faktor.  Pertama, ditentukan  oleh   kemampuan   pewawancara   dalam   membangun   dan   mengembangkan interaksinya dengan responden. Kedua, situasi wawancara dan topik penelitian yang biasanya tertuang dalam bentuk daftar pertanyaan22. Dari berbagai faktor tersebut, posisi pewawancara sangatlah menentukan, artinya, pewawancara dituntut mampu mengadakan pendekatan kepada responden, menjelaskan topik penelitian dengan baik kepada reponden sehingga dapat membangun dan menciptakan situasi yang kondusif terhadap kelancaran wawancara. Itulah sebabnya  mengapa  kualitas  hasil  wawancara  banyak  ditentukan  oleh  kemampuan  dan ketrampilan pewawancara.

3. Wawancara Tidak  Terstruktur

Wawancara  tidak terstruktur  adalah  wawancara  bebas dimana  peneliti menggunakan pedoman wawancara yang hanya memuat tema sentral saja, tidak terdapat topik-topik yang mengontrol  alur pembicaraan.  Pada  umumnya  teknik  ini digunakan  saat  melakukan  studi pendahuluan dalam rangka merumuskan masalah penelitian. Wawancara tidak terstruktur lebih bersifat informal, pernyataan-pernyataan  tentang pandangan,  sikap atau tentang keterangan lainnya. Pada umumnya digunakan pada tahap-tahap studi pendahuluan. Jika peneliti belum berpengalaman  atau pengalamannya  masih  kurang,  maka  akan  mengalami  kendala  dalam merumuskan  tema  untuk  menarik  kesimpulan.  Secara  umum  teknik  wawancara  tidak testruktur dapat dilihat pada teknik wawancara terstruktur. (lihat gambar 2)

4. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen – dokumen yang dibuat oleh subyek sendiri atau orang lain. Dalam bidang rekam medis dan informasi kesehatan, bentuk dokumen antara lain; dokumen rekam medis (elektronik/non elektronik), gambar, dokumen resmi (internal/ekkternal). Contoh dokumen resmi: kebijakan, aturan/standar operasional prosedur, hasil notulen rapat, data atau informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga tertentu. Instrumen yang digunakan dalam studi dokumentasi dapat berupa pedoman observasi.

5. Observasi tidak  terstruktur

Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.Mursall (1995) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior” melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Sanafiah Faisal (1990) membedakan observasi menjadi observasi berpartisifasi (participant observastion), Observasi secara terang-terangan dan tersamar (overt observastion and covert observastion), observasi yang tak berstruktur (unstructured observation), masing-masing tipe dan jenis observasi tersebut digunakan sesuai dengan karakteristik objek material sumber data penelitian.

Observasi tidak testruktur adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan secara spontan terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu, dimana lembar observasi sebagai pedoman pelaksanaanpun dibuat sangat sederhana, hanya berisi garis  besar pedoman tanpa suatu rancangan yang kompleks. Dapat disimpulkan bahwa observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Berikut contoh format lembar observasi tidak terstruktur. (lihat tabel 4)

5. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara menggabungkan dari beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi juga dapat diartikan usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka peneliti telah mengumpulkan data dan sekaligus menguji kredibilitas data.

Jenis triangulasi dibedakan menjadi empat:

a. Triangulasi metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data  dengan cara  yang berdeda.  Dalam  penelitian  kualitatif  peneliti  menggunakan  metode  wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai informasi Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Dokumen Rekam Medis, peneliti dapat menggunakan metode wawancara semi terstruktur dan observasi atau studi dokumen. Peneliti melakukan wawancara  kepada  pihak  terkait  yang  mengisi  rekam  medis;  PMIK (Perekam Medis &I nformasi  Kesehatan),  dokter,  perawat.  Observasi  terhadap  dokumen  rekam medis dilakukan untuk mengetahui & memastikan bahwa dokumen rekam medis lengkap/tidak lengkap.

b. Triangulasi sumber data

Triangulasi sumber data adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas tentang penyebab ketidaklengkapan pengisian rekam medis, maka peneliti dapat menayakan “Pertanyaan atau soal yang sama” kepada kepala rekam medis, dokter, perawat atau petugas terkait. Data yang diperoleh akan  dianalisis oleh peneliti dan akan menghasilkan suatu kesimpulan. Selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chek) dengan ketiga sumber data tersebut. Jika terdapat kemiripan hasil wawancara dari ketiga sumber, maka dapat disimpulkan bahwa data kredibel.

c. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu adalah untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

Baca: Teknik Pengumpulan Data

D. Penyusunan Instrumen Penelitian

Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang di perlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, misal metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara. Metode angket atau kuesioner, instrumennya berupa angket atau kuesioner. Metode tes, instrumennya adalah soal tes tetapi metode observasi, instrumennya bernama chek- list (Black, 2006) . Menyusun instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena mengevaluasi adalah memperoleh data tentang suatu yang diteliti, dan hasil yan diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen penelitian, yaitu tes dan non-tes (C. Narbuko & Achmadi, A.H, 2004).

1. Ciri-ciri Intrumen Penelitian

Instrumen pada dasarnya harus mempertimbangkan perasaan responden, item perlu pendek dan ringkas, jumlah item perlu disedikitkan, dan mengumpulkan data yang konkret. Agar tidak menimbulkan rasa bosan dan agar mendorong responden menjawab dengan ikhlas dan jujur, instrumen mesti mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (M. Mustari & M.T Rahman, 2012):

a.  Sesuai dengan  keberadaan  responden.  

Instrumen  kajian  yang  disediakan  perlu  sesuai dengan latar belakang dan kesediaan responden kajian. Pertanyaan yang dibangun mesti dinyatakan dengan teliti dan tidak berat sebelah (bias).

b. Format instrumen yang sistematis.

1) Pertanyaan perlu disusun secara sistematis dan teratur.

2) Ruang yang memadai untuk jawaban bagi setiap pertanyaan perlu disediakan.

c. Instruksi yang jelas

Instruksi tentang bagaimana menjawab pertanyaan mesti jelas dan tidak menimbulkan perasaan ragu-ragu kepada responden.

d. Surat dan dokumen disertakan bersama instrumen kajian

Surat dan dokumen kepada subjek kajian haruslah ringkas dan menggunakan format yang profesional. Ia menentukan kadar pemulangan jawaban dan meningkatkan kepercayaan responden kajian terhadap pengkaji dan kajian yang dilakukan.

c.  Tes rintisan perlu dijalankan sebelum instrumen digunakan

Langkah ini memastikan reliabilitas instrumen kajian. Ia bisa dilakakan pada kumpulan subjek lain (misalnya 30 orang) yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan subjek kajian.

2. Strategi Penyusunan Instrumen Penelitian

Langkah strategis yang  harus ditempuh  dalam  menyusun  sebuah  instrumen  penelitian  menurut (Margono, 1997) diantaranya:

a. Peneliti melakukan Analisis variabel  penelitian

Analisis variabel  penelitian  yakni  mengkaji  variabel  menjadi  subpenelitian  sejelas- jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti.

b. Peneliti menetapkan jenis instrume

Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel atau subvariabel dan indikator-indikatornya.

c. Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrume

Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti, misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, dan evaluasi.

d. Peneliti menyusun item atau pertanyaan

Item atau pertanyaan harus sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkn dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat dari yang telah ditetapkan sebagai item cadanga Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul atau diinginkan harus dibuat peneliti.

d. Peneliti melaukan uji-coba Instrumen

Instrumen yang  sudah  dibuat  sebaiknya  diuji coba  digunakan  untuk  revisi  intrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru,atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya. Bagaimana uji coba validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut. Apabila instrumen penelitian telah selesai dan telah ditransfer pada metode pengumpulan data tertentu, maka tidak begitu saja langsung digunakan pada penelitian sesungguhnya. Biasanya, terlebih dahulu instrumen   tersebut   diujicobakan   pada   responden   sebenarnya.  Apabila   dalam  ujicoba diketemukan kejanggalan-kejanggalan, maka diadakan revisi terhadap instrumen tersebut. Melampaui  proses  ini,  berulah   instrumen  penelitian  diperbolehkan  penggunaannya   pada penelitian sesungguhnya (Bungin, 2013).

Adapun langkah taktis dalam membentuk instrumen kajian menurut (M. Mustari & M.T Rahman, 2012).   diantaranya adalah: 1) mendaftar variabel-variabel yang ingin dikaji; 2) mengestimasi cara menganalisis data; 3) menyimak daftar variabel; 4) menggunakan bahasa dan perkataan yang sesuai; 5) melakukan ujian pra-penelitian; 6) merekonstruksi instrument.

Daftar Pustaka

Afiyanti, Y. “Validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif”. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12:2,  (February 2008), 137-141.

Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Rajawali Pers; 2014)

Ardianto, Alvinaro. Metode Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010).

Bachri, B. S. “Meyakinkan validitas data melalui triangulasi pada penelitian kualitatif” Jurnal Teknologi Pendidikan, 10:1 (Januri, 2010), 46-62.

Black, N. Consensus Development Methods. (Oxford: Blackwell Publishing. 2006)

Bungin, B. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003)

Clemmens, D. (2003). Adolescent motherhood: a meta-synthesis of qualitative Studies. Anerican Journal of Maternal Child Nursing, 28(2), 93-9.

Cooper, N., Sutton, A and Abrams, K. “Decision analytic economic model-ling within a Bayesian framework: application to prophylactic antibiotics use for caesarean section”. Statistical Methods in Medical Research, 11: 2 (Juni, 2002), 491-512.

Graneheim, U. & Lundman, B. “Qualitative content analysis in nursing concepts, procedures, and measures to achieve trustworthiness”. Nurse Education Today, 24, 2 (Mei 2004), 105-112.

Gunawan, Imam. Metode penelitian kualitatif. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013)

Hasanah,   H.  “Teknik-teknik Observasi: (Sebuah Alternative Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial)”. At-Taqaddum, 8(1), (Januari 2017), 21-46.

Ibnu Hadjar. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada.1996).

Long, T. & Johnson, M. “Rigour, reliability, and validity research”. Clinical Effectiveness in Nursing, 4 : 1, (April, 2000), 30-37.

Mulyadi, M. “Penelitian kuantitatif dan kualitatif serta pemikiran dasar menggabungkannya”. Jurnal studi komunikasi dan media, 15:1, (Juni, 2011), 28-137.

Musianto, L.S. “Perbedaan pendekatan kuantitatif dengan pendekatan kualitatif dalam metode penelitian”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 4:2, (Februari 2010), 123-136.

Mustari, M., & Rahman, M. T.  Pengantar Metode Penelitian  (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2012).

Narbuko, C., & Achmadi, A.H. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)

Nugrahani, F., & Hum, M. Metode Penelitian Kualitatif. (Solo: Cakra Books. 2014)

Patton,  M.Q.  Qualitative  Evaluation  and  Research  Methods.  (Newbury  Park:  Sage Publications. 1990)

Rachmawati,  I.N.  Pengumpulan  data  dalam  penelitian  kualitatif:wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11: 1, (April, 2007).35-40.

Rahardjo, M. Metode pengumpulan data penelitian kualitatif. (Malang: UIN Maliki Malang,2011)

Rahmat, P. S. Penelitian kualitatif. Equilibrium, 5:9 (Juni, 2009), 1-8.

Sandu Siyoto & M. Ali Sodik. Dasar metodologi penelitian. (Yogyakarta: Katalog Dalam

Terbita, 2015)

Suryabrata Sumadi.  Metodologi Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008).

Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan. (Jakarta: Kencana, 2014).

NB: Ternyata tugas GB itu berat Ibu/Bapak/Sdr/i., memerlukan dukungan berbagai pihak…. Sambil menyelam meneguk air …. dengan kerendahan hati sambil bekerja dan menabung amal, sudi kiranya Ibu/Bapak/Sdr/i., memberikan koment/masukan walaupun satu kalimat pada kolom koment👇

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *