MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN KUALITATIF
(Pembekalan untuk Mahasiswa yang sedang melaksanakan Mini Riset)
PERMISI
Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, serta mengembangkan dan menguji teori. Mc Millan dan Schumacer mengutip pendapat Walberg 1996, ada lima langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu: 1) mengidentifikasi masalah penelitian; 2) melakukan studi empiris; 3) melakukan replika atau pengulangan; 4) menyatukan (sintesis) dan meriview; 5) menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksana. Melalui tahapan itu akan didapatkan jawaban dari tujuan penelitian melalui cara-cara ilmiah yang dituntunoleh logika, sehingga hasil yang diperolehpun dapat diterima secara ilmiah dan logis (masuk akal) (Bachri, 2010).
Penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan seabgai sumber data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2017).
Informan dalam metode kualitatif berkembang terus (snowball) secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan atau jenuh (redundancy). Peneliti merupakan key instrument dalam mengumpulkan data, peneliti harus terjun sendiri kelapangan secara aktif (Gunawan, 2013).
A. Hakikat Instrumen Penelitian Kualitatif
Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpil data. Instrumen selain manusia (seperti; angket, pedoman wawancara, pedoman observasi dan sebagainya) dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti adalah mutlak, karena peneliti harus berinteraksi dengan lingkungan baik manusia dan non manusia yang ada dalam kancah penelitian. Kehadirannya di lapangan eneliti harus dijelaskan, apakah kehadirannya diketahui atau tidak diketahui oleh subyek penelitian. Ini berkaitan dengan keterlibatan peneliti dalam kancah penelitian, apakah terlibat aktif atau pasif (Murni, 2017).
Menurut Gulo, Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar prtanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi. Instrumen itu disebut pedoman pengamatan atau pedoman wawancara atau kuesioner atau pedoman dokumenter, sesuai denganmetode yang dipergunakan (Gulo, 2000). Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006).
Instrumen pengumpul data menurut sumadi suryabrata adalah alat yanng digunkan untuk merekam pada umumnya secara kuantitatif keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikolog. Atribut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif (Suryabrata, 2008) . Ibnu hadjar berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif (Ibnu Hadjar, 1996).
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengukur data yang hendak dikumpulkan. Instrumen pengumpulan data ini pada dasarnya tidak terlepas dari metode pengumpulan data. Bila metode pengumpulan datanya adalah depth interview (wawancara mendalam), instrumennya adalah pedoman wawancara terbuka/tidak terstruktur. Bila metode pengumpulan datanya observasi/pengamatan, instrumennya adalah pedoman observasi atau pedoman pengamatan terbuka/tidak terstruktur. Begitupun bila metode pengumpulan datanya adalah dokumentasi, instrumennya adalah format pustaka atau format dokumen (Ardianto, 2010). Secara operasional, pengukuran merupakan suatu prosedur perbandingan antar atribut yang hendak diuur dengan alat ukurnya (Firdaos, 2006).
Nasution menyatakan bahwa peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Sugiyono, 2017):
1. Peneliti sebagai alat peka dan bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitia;
2. Penelitian sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;
3. Tiap situasi merupakan keseluruha Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperole Ia dapat menafsirkannnya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan dan pelakuan.
B. Jenis Instrumen dalam Penelitian Kualitatif
Untuk mengumpulkan data dari sumber informasi (informan), peneliti sebagai instrument utama penelitian memerlukan instrumen bantuan. Menurut Afrizal (2014), ada dua macam instrument bantuan yang lazim digunakan yaitu:
1. Pedoman Wawancara
Pedoman atau panduan wawancara mendalam. Ini adalah suatu tulisan singkat yang berisikan daftar informasi yang perlu dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan lazimnya bersifat umum yang memerlukan jawaban panjang, bukan jawaban ya atau tidak;
a. Pedoman wawancara Semi Terstruktur
Pedoman ini berisi daftar pertanyaan yang telah memuat tema-tema dan alur pembicaran sebagai pedoman untuk mengontrol. Pedoman ini sangat cocok untuk penelitian kualitatif. Langkah-langkah menyusun pedoman wawancara semi terstruktur:
a) Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus penelitian;
b) Menentukan variabel – variabel /tema – tema/aspek – aspek yang akan diteliti;
c) Tuliskan sub variabel/subtema/indikator – indikator masing – masing sasaran secara spesifik;
d) Menyusun kisi – kisi sebagai pedoman untuk menyusun butir – butir pertanyaan;
e) Kisi–kisi instrumen minimal terdiri dari komponen:
variabel/subvariabel (pokok masalah), indikator (rincian masalah); (tabel 1)
f) Membuat butir–butir pertanyaan berdasarkan indikator
(rincian masalah); sehingga dimungkinkan memperoleh informasi yang dibutuhkan;
g) Meminta bantuan rekan seprofesi atau yang dipandang ahli untuk mengecek validitas instrumen
h) Melakukan revisi (jika perlu)
Contoh: Pedoman wawancara semi terstruktur pada judul penelitian “Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Inap”
Tabel: 1
Kisi-Kisi Penelitian: Pedoman Wawancara Semi Tersruktur
Model Pedoman Wawancara Tidak Tersruktur
Gambar: 1 Model Pedoman Wawancara Tidak Tersruktur
b. Pedoman wawancara Tidak Terstruktur
Pedoman wawancara tidak tesruktur adalah pedoman yang berisi garis besar pedoman, tidak terdapat topik–topik yang mengontrol alur pembicaraan. Biasanya digunakan untuk mengembangkan penjelasan dari penelitian kuantitatif.
Contoh:
Gambar 2 : Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur
2. Pedoman Observasi Tidak Testruktur
Pedoman observasi tidak terstrukur adalah pedoman yang sangat sederhana,tanpa suatu rancangan yang kompleks, hanya berisi garis besar pedoman atau tema sentral observasi. Instrumen ini digunakan jika peneliti tidak mengetahui secara pasti variabel atau apa yang akan diamati.
Dalam penelitian kualitatif terutama bidang rekam medis dan informasi kesehatan, selain instrumen pedoman wawancara, juga digunakan pedoman observasi untuk mendukung keabsahan data penelitian. Berikut Contoh pedoman observasi tidak testruktur:
Tabel: 4 Pedoman Observasi Tidak Tersruktur
Gambar 3: Pedoman Observasi Tidak Terstruktur
3. Alat Rekam
Dengan alat rekaman, peneliti dapat menggunakan alat rekaman seperti, tape recorder, telepon seluler, kamera fot, dan kamera video untuk merekam hasil wawancara. Alat rekaman dapat dipergunakan apabila peneliti mengalami kesulitan untuk mencatat hasil wawancara (Afrizal, 2014).
C. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif
Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang di pilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Sedangkan menurut Ibnu Hadjar (1996: 160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Dalam peneitian kualitatif dikenal beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan. Beberapa teknik yang dimaksud adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi, focus group discussion.
1. Wawancara Semi Terstruktur (wawancara mendalam)
Wawancara semi terstruktur lebih tepat jika dilakukan dalam penelitian kualitatif daripada penelitian lainnya. Untuk menghasilkan data yang berkualitas diperlukan alat – alat pendamping antara lain: buku catatan, tape recorder, camera.
Ciri-ciri wawancara terstruktur antara lain:
a. Pertanyaan terbuka
Sifat pertanyaan terbuka, ada batasan tema dan alur pembicaraan Jawaban yang diberikan oleh informan tidak dibatasi, sepanjang tidak keluar dari tema dan alur pembicaraan.
b. Kecepatan wawancara dapat diprediksi
c. Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan dan jawaban)
d. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan data
e. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena atau permasalahan tertentu.
Adapun, prinsip – prinsip wawancara yang baik adalah sebagai berikut:
a. Pewawancara harus mengenal dengan baik pokok persoalan;
b. Pewawancara harus mencoba menggunakan teknik-teknik untuk membujuk responden untuk:
menguraikan “apa yang terjadi selanjutnya?”
c. Pewawancara harus mengulas catatan di lapangan dan langsung membuat perbaikan waktu itu juga, jika diperlukan;
d. Ucapan terimakasih disampaikan kepada responden pada akhir wawancara;
Instruksi – instruksi untuk wawancara yang baik sebagai berikut:
a) Mulaiah wawancara dengan perjanjian;
b) Setelah wawancara berjalan, dan dengan tepat, doronglah responden secara perlahan-lahan atau tanyakan lebih mendalam;
c) Dengarkan dengan baik agar dapat menagkap semua informasi yang diberikan.
d) Apabila kunci pokoknya sudah muncul dalam diskusi, hal ini harus diikuti;
e) Usahakan untuk mengarahkan diskusi dari waktu ke waktu dan dari topik ke topik.
Langkah – langkah wawancara semi trestruktur :
a) Menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan
b) Menyiapkan pokok – pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c) Mengawali atau membuka alur wawancara;
d) Melangsungkan alur wawancara;
e) Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya;
f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan;
g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
Tabel 5: Bentuk Pertanyaan Wawancara
Kualitas data hasil wawancara banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, ditentukan oleh kemampuan pewawancara dalam membangun dan mengembangkan interaksinya dengan responden. Kedua, situasi wawancara dan topik penelitian yang biasanya tertuang dalam bentuk daftar pertanyaan22. Dari berbagai faktor tersebut, posisi pewawancara sangatlah menentukan, artinya, pewawancara dituntut mampu mengadakan pendekatan kepada responden, menjelaskan topik penelitian dengan baik kepada reponden sehingga dapat membangun dan menciptakan situasi yang kondusif terhadap kelancaran wawancara. Itulah sebabnya mengapa kualitas hasil wawancara banyak ditentukan oleh kemampuan dan ketrampilan pewawancara.
3. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti menggunakan pedoman wawancara yang hanya memuat tema sentral saja, tidak terdapat topik-topik yang mengontrol alur pembicaraan. Pada umumnya teknik ini digunakan saat melakukan studi pendahuluan dalam rangka merumuskan masalah penelitian. Wawancara tidak terstruktur lebih bersifat informal, pernyataan-pernyataan tentang pandangan, sikap atau tentang keterangan lainnya. Pada umumnya digunakan pada tahap-tahap studi pendahuluan. Jika peneliti belum berpengalaman atau pengalamannya masih kurang, maka akan mengalami kendala dalam merumuskan tema untuk menarik kesimpulan. Secara umum teknik wawancara tidak testruktur dapat dilihat pada teknik wawancara terstruktur. (lihat gambar 2)
4. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen – dokumen yang dibuat oleh subyek sendiri atau orang lain. Dalam bidang rekam medis dan informasi kesehatan, bentuk dokumen antara lain; dokumen rekam medis (elektronik/non elektronik), gambar, dokumen resmi (internal/ekkternal). Contoh dokumen resmi: kebijakan, aturan/standar operasional prosedur, hasil notulen rapat, data atau informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga tertentu. Instrumen yang digunakan dalam studi dokumentasi dapat berupa pedoman observasi.
5. Observasi tidak terstruktur
Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.Mursall (1995) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior” melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Sanafiah Faisal (1990) membedakan observasi menjadi observasi berpartisifasi (participant observastion), Observasi secara terang-terangan dan tersamar (overt observastion and covert observastion), observasi yang tak berstruktur (unstructured observation), masing-masing tipe dan jenis observasi tersebut digunakan sesuai dengan karakteristik objek material sumber data penelitian.
Observasi tidak testruktur adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan secara spontan terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu, dimana lembar observasi sebagai pedoman pelaksanaanpun dibuat sangat sederhana, hanya berisi garis besar pedoman tanpa suatu rancangan yang kompleks. Dapat disimpulkan bahwa observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Berikut contoh format lembar observasi tidak terstruktur. (lihat tabel 4)
5. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara menggabungkan dari beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi juga dapat diartikan usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka peneliti telah mengumpulkan data dan sekaligus menguji kredibilitas data.
Jenis triangulasi dibedakan menjadi empat:
a. Triangulasi metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai informasi Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Dokumen Rekam Medis, peneliti dapat menggunakan metode wawancara semi terstruktur dan observasi atau studi dokumen. Peneliti melakukan wawancara kepada pihak terkait yang mengisi rekam medis; PMIK (Perekam Medis &I nformasi Kesehatan), dokter, perawat. Observasi terhadap dokumen rekam medis dilakukan untuk mengetahui & memastikan bahwa dokumen rekam medis lengkap/tidak lengkap.
b. Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber data adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas tentang penyebab ketidaklengkapan pengisian rekam medis, maka peneliti dapat menayakan “Pertanyaan atau soal yang sama” kepada kepala rekam medis, dokter, perawat atau petugas terkait. Data yang diperoleh akan dianalisis oleh peneliti dan akan menghasilkan suatu kesimpulan. Selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chek) dengan ketiga sumber data tersebut. Jika terdapat kemiripan hasil wawancara dari ketiga sumber, maka dapat disimpulkan bahwa data kredibel.
c. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu adalah untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
Baca: Teknik Pengumpulan Data
D. Penyusunan Instrumen Penelitian
Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang di perlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, misal metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara. Metode angket atau kuesioner, instrumennya berupa angket atau kuesioner. Metode tes, instrumennya adalah soal tes tetapi metode observasi, instrumennya bernama chek- list (Black, 2006) . Menyusun instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena mengevaluasi adalah memperoleh data tentang suatu yang diteliti, dan hasil yan diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen penelitian, yaitu tes dan non-tes (C. Narbuko & Achmadi, A.H, 2004).
1. Ciri-ciri Intrumen Penelitian
Instrumen pada dasarnya harus mempertimbangkan perasaan responden, item perlu pendek dan ringkas, jumlah item perlu disedikitkan, dan mengumpulkan data yang konkret. Agar tidak menimbulkan rasa bosan dan agar mendorong responden menjawab dengan ikhlas dan jujur, instrumen mesti mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (M. Mustari & M.T Rahman, 2012):
a. Sesuai dengan keberadaan responden.
Instrumen kajian yang disediakan perlu sesuai dengan latar belakang dan kesediaan responden kajian. Pertanyaan yang dibangun mesti dinyatakan dengan teliti dan tidak berat sebelah (bias).
b. Format instrumen yang sistematis.
1) Pertanyaan perlu disusun secara sistematis dan teratur.
2) Ruang yang memadai untuk jawaban bagi setiap pertanyaan perlu disediakan.
c. Instruksi yang jelas
Instruksi tentang bagaimana menjawab pertanyaan mesti jelas dan tidak menimbulkan perasaan ragu-ragu kepada responden.
d. Surat dan dokumen disertakan bersama instrumen kajian
Surat dan dokumen kepada subjek kajian haruslah ringkas dan menggunakan format yang profesional. Ia menentukan kadar pemulangan jawaban dan meningkatkan kepercayaan responden kajian terhadap pengkaji dan kajian yang dilakukan.
c. Tes rintisan perlu dijalankan sebelum instrumen digunakan
Langkah ini memastikan reliabilitas instrumen kajian. Ia bisa dilakakan pada kumpulan subjek lain (misalnya 30 orang) yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan subjek kajian.
2. Strategi Penyusunan Instrumen Penelitian
Langkah strategis yang harus ditempuh dalam menyusun sebuah instrumen penelitian menurut (Margono, 1997) diantaranya:
a. Peneliti melakukan Analisis variabel penelitian
Analisis variabel penelitian yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian sejelas- jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti.
b. Peneliti menetapkan jenis instrume
Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel atau subvariabel dan indikator-indikatornya.
c. Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrume
Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti, misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, dan evaluasi.
d. Peneliti menyusun item atau pertanyaan
Item atau pertanyaan harus sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkn dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat dari yang telah ditetapkan sebagai item cadanga Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul atau diinginkan harus dibuat peneliti.
d. Peneliti melaukan uji-coba Instrumen
Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi intrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru,atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya. Bagaimana uji coba validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut. Apabila instrumen penelitian telah selesai dan telah ditransfer pada metode pengumpulan data tertentu, maka tidak begitu saja langsung digunakan pada penelitian sesungguhnya. Biasanya, terlebih dahulu instrumen tersebut diujicobakan pada responden sebenarnya. Apabila dalam ujicoba diketemukan kejanggalan-kejanggalan, maka diadakan revisi terhadap instrumen tersebut. Melampaui proses ini, berulah instrumen penelitian diperbolehkan penggunaannya pada penelitian sesungguhnya (Bungin, 2013).
Adapun langkah taktis dalam membentuk instrumen kajian menurut (M. Mustari & M.T Rahman, 2012). diantaranya adalah: 1) mendaftar variabel-variabel yang ingin dikaji; 2) mengestimasi cara menganalisis data; 3) menyimak daftar variabel; 4) menggunakan bahasa dan perkataan yang sesuai; 5) melakukan ujian pra-penelitian; 6) merekonstruksi instrument.
Daftar Pustaka
Afiyanti, Y. “Validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif”. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12:2, (February 2008), 137-141.
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Rajawali Pers; 2014)
Ardianto, Alvinaro. Metode Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010).
Bachri, B. S. “Meyakinkan validitas data melalui triangulasi pada penelitian kualitatif” Jurnal Teknologi Pendidikan, 10:1 (Januri, 2010), 46-62.
Black, N. Consensus Development Methods. (Oxford: Blackwell Publishing. 2006)
Bungin, B. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003)
Clemmens, D. (2003). Adolescent motherhood: a meta-synthesis of qualitative Studies. Anerican Journal of Maternal Child Nursing, 28(2), 93-9.
Cooper, N., Sutton, A and Abrams, K. “Decision analytic economic model-ling within a Bayesian framework: application to prophylactic antibiotics use for caesarean section”. Statistical Methods in Medical Research, 11: 2 (Juni, 2002), 491-512.
Graneheim, U. & Lundman, B. “Qualitative content analysis in nursing concepts, procedures, and measures to achieve trustworthiness”. Nurse Education Today, 24, 2 (Mei 2004), 105-112.
Gunawan, Imam. Metode penelitian kualitatif. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013)
Hasanah, H. “Teknik-teknik Observasi: (Sebuah Alternative Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial)”. At-Taqaddum, 8(1), (Januari 2017), 21-46.
Ibnu Hadjar. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada.1996).
Long, T. & Johnson, M. “Rigour, reliability, and validity research”. Clinical Effectiveness in Nursing, 4 : 1, (April, 2000), 30-37.
Mulyadi, M. “Penelitian kuantitatif dan kualitatif serta pemikiran dasar menggabungkannya”. Jurnal studi komunikasi dan media, 15:1, (Juni, 2011), 28-137.
Musianto, L.S. “Perbedaan pendekatan kuantitatif dengan pendekatan kualitatif dalam metode penelitian”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 4:2, (Februari 2010), 123-136.
Mustari, M., & Rahman, M. T. Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2012).
Narbuko, C., & Achmadi, A.H. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
Nugrahani, F., & Hum, M. Metode Penelitian Kualitatif. (Solo: Cakra Books. 2014)
Patton, M.Q. Qualitative Evaluation and Research Methods. (Newbury Park: Sage Publications. 1990)
Rachmawati, I.N. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif:wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11: 1, (April, 2007).35-40.
Rahardjo, M. Metode pengumpulan data penelitian kualitatif. (Malang: UIN Maliki Malang,2011)
Rahmat, P. S. Penelitian kualitatif. Equilibrium, 5:9 (Juni, 2009), 1-8.
Sandu Siyoto & M. Ali Sodik. Dasar metodologi penelitian. (Yogyakarta: Katalog Dalam
Terbita, 2015)
Suryabrata Sumadi. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008).
Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan. (Jakarta: Kencana, 2014).
NB: Ternyata tugas GB itu berat Ibu/Bapak/Sdr/i., memerlukan dukungan berbagai pihak…. Sambil menyelam meneguk air …. dengan kerendahan hati sambil bekerja dan menabung amal, sudi kiranya Ibu/Bapak/Sdr/i., memberikan koment/masukan walaupun satu kalimat pada kolom koment👇