Kata Siapa Belajar dan Bekerja di Rumah Menghambat Produktifitas?

KATA SIAPA BELAJAR DAN BEKERJA DI RUMAH MENGHAMBAT PRODUKTIVITAS?

  1. Rusdiana

          Merebaknya virus corona ke penjuru dunia membuat banyak negara yang terdampak harus memutuskan untuk lockdown wilayahnya dan meminta masyarakat agar karantina di rumah. Dilansir dari suara.com, ini dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus yang terjadi akibat kontak fisik. Di Indonesia sendiri, pemerintah menerapkan gerakan “Di Rumah Aja”, yaitu melakukan segala aktivitas di rumah seperti kerja di rumah, ibadah di rumah, dan belajar di rumah. Sayangnya ketika hal ini diterapkan, mungkin banyak dari yang masih belum bisa beradaptasi. Terlebih lagi bagi Anda yang bekerja dan sekolah atau bahkan kuliah, dituntut pandai-pandai beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dari yang biasanya dilakukan lakukan saat bekerja dan belajar. Hal ini dapat menghambat prodiktifitas dan cenderung membuat malas untuk gerak atau mager. Betulkah begitu?.

          Bekerja dan sekolah atau bahkan kuliah atau “belajar dan bekerya” tidak sedikit mahasiswa UIN SGD juga mereka kuliah sambil bekerja (mahasiwa kelas karyawan yang kebanyakan mereka guru). Mengajar (teaching) hakikatnya  bekerja untuk dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar (Purwanto, dalam Fakhrurrazi, 2018:57). Substansinya pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagimana cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumbersumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Hal demikian tidak jarang menjadi kendala, teutama dalam konsidisi saat ini.

          Belajar dan pembelajaran serta efektif, hakikatnya adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu/prestasi serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka (Esti, 2002: 226-227). Itulah kemudian saya sering sampaiakan  kepada “mahasiswa produktiftif“ mahasiswa produktif adalah mereka yang dapat memanfatkan kesempatan berproduksi dari menjalankan intruksi (dalam istilah daring), dengan tidak mengesampingkan mutu, dalam pengertian, mereka mampu membuktikan kepatuhan kaidah ilmiah misalnya dalam penulisan makalah individu maupun kelompok. Saat ini mereka punya kesempatan untuk itu.

          Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi siswa. pembelajaran efektif juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki aitu dengan memberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri dalam kondisi seperti sekarang ini. Di dalam menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka perlu dilakukan sebuah cara atau strategi, agar proses pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu adanya bimbingan dari guru (Slameto, dalam Fakhrurrazi, 2018:58).

          Banyak ragam teori dan model yang diberikan para ahli dalam menetapkaan indikator “Pembelajaran Efektif” Bagi saya, pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan/diintrusikan sesuai dengan indikator pencapaian. (1) Siswa aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental merekaka dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis, (sekang mereka dituntut tidak hanya bisa bicara tapi kelebihanya mereka harus mampu menuangkan “berfikir kritis”-nya dalam bentuk tulisan ilmiah secara onlie dengan dedline penyelesaian yang ketat). Dan aktif secara fisik, misalnya mereka menyusun deskripsi intisari pelajaran, membuat peta dan lainlain (tidak hanya memindahkan pointer/kalimat dalam dari monitor); (2) menggunakan metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa, dengan tidak monoton; (3) motivasi guru terhadap pembelajar. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar sudah barang tentu memberikannya dengan cara dan model khas masing guru/dosen misalnya saya lebih senang dengan cara memberikan poster kalu ada waktu; (4) guru/dosen memberikan kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain; (5) Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, (memberikan inrtuksi untuk memperbaiki dan dedline waktu menjadi penting).

          Pencpaian pembelajaran dan bekerja yang efektif hal itu, nampaknya  menjadi tujuan utama untuk mendapatkan benefit, banyak ragam yang bisa dilakukan saat ini, terutama  bagi mereka (siswa/mahasiswa) dan bahkan tidak menutup kemunkinan para rekan guru/dosen yang belum biasa belajar dan bekerja dalam situasi di karantiana. Saya pikir itu semua memerlukan motivasi. Untuk itu, Tim Glints, memeberikan bebrapa  tips untuk dicernati dengan judul tulisanya “Etika Work From Home yang Bisa Meningkatkan Produktivitas” dengan sedikit modifikasi, apa betul demikian? Yu kita simak bersama:

          Work from home, sistim yang diimplementasikan oleh beberapa perusahaan/lembaga ini menawarkan fleksibilitas pada karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Walau setiap orang memiliki preferensi masing-masing terhadap kenyamanan ketika bekerja, kerja di rumah bisa meningkatkan produktivitas, hanya jika paham cara memanfaatkannya. Etika Saat Work From Home, meski menawarkan keleluasaan dan fleksibilitas, karyawan perlu juga memperhatikan beberapa hal saat sedang work from home. Perlu diingat bahwa, meskipun tidak berada di kantor, pekerjaan tetap harus terselesaikan sesuai deadline. Jangan sampai terhambat atau terbengkalai. Berikut di bawah ini Glints paparkan etika bekerja di rumah. Berikut di bawah ini Glints (Raissa Nathania, 2020), paparkan etika bekerja di rumah, sebagai berikut:

1.     Buat jadwal kerja yang jelas

          Tantangan ketika work from home adalah untuk menetapkan jadwal bekerja. Berada di tempat yang menawarkan kenyamanan dan kebebasan, anda  pasti akan lebih mudah tergoda untuk bersantai atau mengerjakan hal lain selain bekerja. Meski kenyamanan dapat mendukung kualitas dari pekerjaan anda , jangan sampai anda  justru jadi tidak produktif dan terdistraksi untuk mengerjakan kegiatan lainnya. Oleh karena itu, tetapkan jadwal bekerja yang ketat untuk anda  kerjakan, serta disiplin dalam menjalankannya.

2.     Ciptakan ruang kerja yang terorganisir

          Bekerja dan belajar di rumah merupakan benefit  yang sangat menyenangkan. Akan tetapi, bekerja di tempat yang dapat mendistraksi anda  untuk bersantai juga bisa menjadi pertanda buruk. Triknya adalah ketika bekerja di rumah, anda  perlu untuk menciptakan ruang kerja yang terorganisir agar anda  tidak mudah terdistraksi. Anda  bisa membuat ruangan pribadi yang berbeda dari tempat anda  biasa beristirahat. Sempurnakan ruangan tersebut dengan perlengkapan kerja anda. Ciptakan ruangan kerja yang nyaman, namun tetap dapat membuat anda  fokus walau berada di rumah.

3.     Lakukan rutinitas pagi selayaknya anda  akan ke kantor

          Anda  mungkin merasa kalau work from home, maka anda  tidak harus bangun pagi dan bersiap selayaknya pergi ke kantor. Akan tetapi, mempersiapkan dirimu seperti anda  ke kantor layaknya bangun pagi, membersihkan diri, dan mengganti pakaian adalah beberapa hal sederhana yang tidak bisa anda  sepelekan. Dengan melakukan ini, anda  akan terbantu untuk bekerja di rumah dengan lebih produktif. Menciptakan suasana yang kondusif untuk bekerja akan memudahkan anda  untuk lebih fokus saat bekerja di rumah. Selain itu, bisa saja tiba-tiba anda  diharuskan untuk melakukan conference call di tengah hari. Jadi, lebih baik bersiap dan tampil rapih layaknya pergi ke kantor, bukan?

4.     Tetap siaga walau work from home

          Hal penting untuk diingat saat anda  sedang work from home adalah mungkin saja ketika anda  sedang bekerja di rumah, bos atau kolegamu masih bekerja seperti biasa di kantor. Berada jauh dari mereka anda  harus memastikan bahwa anda  mudah dikontak baik telefon maupun chat. Berbeda dengan bekerja di kantor, mereka tidak dapat langsung menemui anda  setiap butuh sesuatu. Oleh karena itu, pastikan anda  tetap dapat dijangkau. Tak lupa juga untuk menjaga komunikasi dengan sopan dan santun. Pastikan untuk mengatur jam kerja seperti biasa. Meski anda  mendapatkan keleluasaan dan fleksibilitas dari perusahaan/lembaga, anda  tetap bisa memberikan performa yang sama baiknya dengan anda  berada di kantor.

5.     Batasi interaksi yang akan mendistraksi pekerjaan 

          Konsep dari work from home adalah untuk menciptakan suasana yang nyaman agar anda  tidak perlu menempuh perjalanan jauh ke kantor dan dapat menyelesaikan pekerjaan di mana anda  mau. Tidak berada di kantor tentu memiliki potensi untuk bertemu orang lain yang akan mendistraksi pekerjaan anda , baik itu keluarga atau teman.

          Ketika anda  tahu sedang memiliki pekerjaan untuk diselesaikan, jaga interaksimu dengan mereka sebelum pekerjaan itu selesai. Perlu diingat juga bahwa anda  tetap sedang dalam situasi bekerja. Oleh karena itu, sebisa mungkin jangan lakukan komunikasi atau berhubungan dengan kerabat yang justru akan mendistraski anda. Prioritaskan kewajiban dan target-target anda  terlebih dahulu dan minimalisir interaksi dengan anggota keluarga di rumah agar pekerjaanmu cepat selesai. Begitulah beberapa hal mengenai etika ketika work from home yang anda  perlu anda  ketahui. Jika anda  sedang mencari pekerjaan, jangan lupa untuk cari tahu mengenai benefit yang ditawarkan perusahaan/lembaga.

Referensi:

Fakhrurrazi (2018) “Hakikat Pembelajaran Yang Efektif”  Jurnal At-Tafkir. 10: 1 (Juni 2018), 85-99. Tersedia dalam: https://www.hjournal.iainlangsa.ac.id.index.php

Sri Esti Wuryani Djiwandono, (2002) Psikologi Pendidikan: Jakarta: PT Grasindo.

Raissa Nathania (2020) “Etika Work From Home yang Bisa Meningkatkan Produktivitas” Tersedia dalam: https://glints.com/id/lowongan/lowongan-kerja-di-rumah-2019/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *