Cerita Mahasiswa Pertama Kali Kuliah PTMT “Kaget Serasa di Taman”
(Tafani, Mutiara, Amar&Sulton, dkk.)
Bandung, 15 Nopember 2021
Kegembiraan mahasiswa dan mahasiswi jurusan Manajemen Pendidikan Islam S-1 mulai terlihat ketika kebijakan kampus untuk menggelar Perkuliahan Tatap Muka terbatas dimulai. Pada perkuliahan tatap muka terbatas hari pertama ini diikuti oleh beberapa mahasiswa/i yang sudah memenuhi syarat untuk digelarnya pekuliahan terbatas ini, hingga hasil buah kegembiraan tersebut termuat dalam cerita mahasiswa yang kaget untuk kuliah pertama kalinya.
Tafani mahasiswi Jurusan Manajemen Pendidikan Islam S-1, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam negeri Sunan Gunung Djati akhirnya bisa merasakan perkuliahan tatap muka. Pasalnya, sejak menyandang sebagai mahasiswa baru Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 2020 lalu, gadis yang akrab disapa Tafan ini belum sekalipun merasakan kuliah di kampus bersama teman satu angkatannya.
Gadis kelahiran Bandung ini merasa senang kala mendengar kabar bahwa Universitas Islam negeri Sunan Gunung Dajti akan membuka kelas tatap muka. Sejak itu dirinya menyiapkan seluruh persyaratan yang telah disyaratkan. Termasuk mencari fasilitas kesehatan yang menggelar vaksinasi Covid-19. “Alhamdulillah setelah melakukan antigen saya bisa merasakan kuliah yang sesungguhnya bersama teman-teman walaupun masih terbatas,” ujar Tafani saat ditanya, (15/11).
Mutiara asal Padang saat ini memilih untuk tinggal di Pondok Pesantren Al Ihsan yang berlokasi tidak jauh dari Kampus I mapun kampus II UIN Bandung. Keputusan mereka tinggal di Pesantren untuk mendapatkan lingkungan yang dapat menambah pengetahuannya terhadap pemahaman agama. “Alhamdulillah orang tua saya mendukung untuk tinggal di Pesantren. Karena menurut mereka pergaulan dilingkungan pesantren lebih terjaga. Jadi orang tua saya tidak kawatir lagi karena saya tinggal dilingkungan yang baik,” pungkasnya.
Mutiara merasakan suatu hal yang berbeda saat mengikuti perkuliahan tatap muka. Menurutnya, dalam kuliah tatap muka Mutiara lebih mudah dalam menerima dan memahami penjelasan dari dosen yang mengajar. “Interaksi antara dosen dan mahasiswa juga lebih mudah. Kalau kuliah online terkadang dosennya agak bingung mau menjelaskan secara detail. Sehingga saya agak sulit untuk memahami materi yang disampaikan,” imbuh Mutira.
Mutiara mengaku sempat kawatir dirinya akan tertular Covid 19 saat mengikuti perkuliahan tatap muka. Oleh karena itu dirinya bersama teman satu angkatan sepakat untuk tertib dalam mematuhi protokol kesehatan yang disaratkan. “Jujur ada sedikit rasa khawatir tertular. Tetapi saya harus mengejar prestasi saya. Saya kawatir jika kuliah online terus-menerus prestasi saya jauh dibawah teman-teman yang lain karena kesulitan di dalam menerima dan memahami materi,” jelas Mutiara.
Sementara itu, selain kegembiraan mahasiswi tentunya ada kegembiraan tersendiri bagi mahasiswa yang mengikuti perkuliahan terbatas tersebut. Muamar yang akrab disapa Amar dan Muhammad Sulthon yang akrab disapa Sulton merupakan rekan satu angkatan yang mengaku sempat terkejut saat pertama kali menginjakkan kaki di UIN Bandung. Amar mengira kampus tempatnya menempuh pendidikan tinggi ini tidak besar. “Serasa di taman”. Namun, Tempatnya sangat luas dan bintik-bintik hijau sedang mulai tumbuh. Terutama linkungan Mesjid Kampus 2 yang terlihat sangat menarik dan mengesankan khususnya bagi para mahasiswa yang pertama kalinya melihat pemandangan tersebut. ”Ketika saya menjalani kuliah online saya kira gedung kuliah itu hanya itu itu saja, Saya mengira bahwa kampus UIN ini hanya sebatas taman, ya karena saat pertama kali kesini serasa benar benar taman karena saya dimanjakan beragam pemikat mata penjernih pikiran ya sejenis tamanah hijau disekitaran masjid sini” Ujar Amar”.
Ternyata perkiraan Amar salah, karena tempat ia kuliah tidak kecil hanya sebatas rasa taman, melainkan luas hingga hal tersebut diakui olehnya ”Benar, perkiraan saya salah karena setelah saya sudah masuk dan menginjakan kaki untuk menjelajah di Kampus UIN ternyata tempat perkuliahan sangatlah luas, bukan hanya sekedar taman belaka”ujarnya.
Pernyataan Amar di atas ternyata di dukung juga dengan pernyataan Sulthon bahwa tempat kuliah di UIN Bandung ini benar benar luas. ”benar sih seperti yang dikatakan Amar bahwa suasana di tempat kuliah ini membuat saya kaget juga karena kan kita biasanya online, dan sekarang kita disuguhkan offline dengan beragam fasiitas yang membuat kaget karena serasa di taman dan luas juga dengan beragam fasilitas yang dapat digunakan” ujar Sulthon.
Amar dan Sulthon sepakat untuk bersemangat mengikuti perkulahan tatap muka walaupun masih terbatas. ”Saya dan Sulthon sudah ngobrol untuk bersepakat semangat kuliah tatap muka, ya walaupun teman – teman kita masih belum bisa bergabung semua, sehingga masih menggunakan pola hybrid, tapi kita sangat senang dan bahagia bisa bertatap muka dengan dosen – dosen yang sudah di nanti – nanti untuk bertemu.” kata Amar.
”Benar kita sepakat untuk semangat mengikuti perkuliahan ini, karena bagi saya kuliah tatap muka ini bukan hanya mengejar essensi mata kuliahnya, melainkan perjumpaan dengan dosen – dosen yang sangat luar biasa ini” tambah Sulthon.
Selain senang karena kaget suasana yang serasa di taman, mereka juga gembira karena untuk pertama kalinya bertemu dengan seorang Profesor Manajemen Pendidikan, yakni Prof. Dr. H. A. Rusdiana, M.M., ”Jujur kami sangat merasakan hal yang berbeda ketika bertemu dengan Prof Rusdiana secara langsung, karena benar benar berbeda ketika kita kuliah secara online dengan perkuliahan tatap muka yang pertama kali ini. Banyak kesan yang kami rasakan untuk menambah semangat kami serta memotivasi kami untuk senantiasa terstruktur dalam segala hal dan tidak banyak bicara melainkan banyak tindakan yang perlu kami lakukan untuk keberlangsungan kami dimasa yang akan datang” ujar mereka yang merasakan hal yang sama.
Adapun kegembiraan mereka dalam merasakan perkuliahan tatap muka terbatas ini tentunya sudah dengan pantauan Satgas yang menjadi penegak kedisiplinan dalam menjalankan prokes saat perkuliahan tatap muka terbatas ini berlangsung. Seperti yang disampaikan oleh Amar bahwa kesiapan mereka dalam melakukan perkuliahan tatap muka terbatas ini siap dipantau penerapan protokol kesehatannya. ”InsyaAllah saya, Sulthon, Tafani, Mutiara dan rekan rekan yang lainnya siap untuk menegakkan protokol kesehatan dengan sebaik mungkin” imbuh Amar mewakili rekan yang lainnya.
Untuk diketahui UIN Bandung memutuskan menggelar perkuliahan tatap muka terbatas sejak tanggal 15 Nopember 2021. Keputusan memulai kuliah tatap muka terbatas ini sesuai dengan arahan Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek Nadiem Makarim melalui Surat Edaran Ditjen Dikti nomor 4 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Tahun Akádemik 2021/2022. Namun untuk kali pertama ini, hanya mahasiswa UIN Bandung angkatan tahun 2020 (semester III) yang dapat mengikuti perkuliahan tatap muka.
Silahkan SUBSCRIBE https://www.youtube.com/watch?v=sejVAIzQHQY