MENGERJAKAN TUGAS RESPON/DISKUSI DENGAN HATI
PERMISI
Tidak disankal lagi kenyataan bahwa kegiatan pengajaran di PPG, saat ini selain menekuni isi pengajaran yang berbentuk konsep/teori, juga dihadapkan pada isi pengajaran yang berbentuk keterampilan yang dilakukan melalui praktikum. Strategi pengajaran yang dilakukan untuk teori berbeda dengan pengajaran praktik, oleh karena itu harus disesuaikan dengan kondisi pengajaran. Hasil pengamatan selama ini menunjukkan bahwa kemampuan praktik mahasiswa, khususnya Praktik Keprofsian Guru masih rendah, hal ini sesuai dengan pengakuan beberapa dosen yang menggambarkan lemahnya kemampuan mahasiswa dalam kegiatan praktik. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kurangnya fasilitas yang ada di laboratorium, strategi pembelajaran, motivasi mahasiswa, dan kemampuan dosen mengelola pembelajaran.
Faktor lain yang juga sangat menentukan adalah bahwa mahasiswa melaksanakan suatu praktikum tanpa dibekali dengan pengetahuan awal tentang alat dan proses pelaksanaan prak tikum, sehingga sering terjadi mahasiswa melaksanakan praktik secara trial and error, dan bahkan tidak dapat memahami isi job sheet yang sedang digunakan. Oleh karena itu strategi pengajaran perlu menjadi perhatian oleh tenaga pengajar dengan menyadari bahwa pola berfikir formal yang hipotetik deduktif diperlukan mahasiswa untuk menstrukturisasi kembali penge tahuan yang dimilikinya. Dosen perlu menyadari karakteristik mahasiswa untuk mendapatkan pemahaman, agar dapat memberikan arahan yang tepat, sehingga pengetahuan dasar mahasiswa dapat dibangkitkan kembali melalui strategi yang digunakan (Orlich, 2007).
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu untuk mengkaji strategi atau proses pengajaran yang lebih baik. Strategi pengajaran ini terkait dengan kemampuan awal mahasiswa dalam pembelajaran Praktik Pengukuran Listrik agar lebih mudah untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Salah satu sasaran yang sangat diharapkan dalam pembelajaran pengukuran listrik ini adalah melakukan penyegaran kembali mengenai konsep-konsep dan pengetahuan dasar tentang pengukuran listrik. Hal ini agar mahasiswa mampu menterjemahkan ke dalam bentuk yang lebih aplikatif untuk dilakukan dalam praktikum. Oleh karena itu, dosen dan mahasiswa secara bersama-sama untuk men- ciptakan suasana yang kondusif, yang merupakan strategi pembelajaran untuk mengkondisikan agar mahasiswa memperoleh pengetahuan dasar sebelum melakukan praktik. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dasar tersebut melalui usaha sendiri maupun dengan bimbingan dosen pada responsi atau informasi melalui job sheet.
Kasus ditemukan dim siswa PPG, belum mampu membedakan antara resume modul dan merespon/mendiskusikan jurnal. Untuk hal itu, pada artikel ini akan diuraikan pembahasan tentang: (1) konsep dasar resposi/diskusi jurnal; (2) Karateristik Jurnal; (3) Teori Respond dan Diskusi Jurnal, Layan Resposif.
Dengan artikel yang sederha ini, diharapkan dapat membatu siswa siswa PPG dalam mengerjakan tugas Diskusi Jurnal agar dapat memenuhi standar kemampuan yang diharapakan, yang sekaligus pulala dijadikan acuan penilai bagi Dosen yang selam ini belum ditemukan panduanya. Selanjutnya ikuti pembahasan di bawah.
PEMBAHASAN
A. Konsep dasar Responsi dan Diskusi Jurnal
1. Pengertian Respon dan Responsi
Respon berasal dari kata reponse yang berarti jawaban, menjawab, balasan atau tanggapan (reaction) Anggoro dan Chandra (1998:123) Menurut Djalaludin Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan (activity) dari organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiapjenis kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat jugadisebut respon. Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagaihasil atau kesan yang didapat (ditinggal) dari pengamatan tentang subjek,peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan. (Rakhmat, 1999:51).
Respon adalah pemindahan atau pertukaran informasi timbal balik dan mempunyai efek. Respon merupakan reaksi penolakan atau persetujuan dari diri seseorang setelah menerima pesan. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa respon merupakan kecenderungan seseorang untuk memberikan pemusatan perhatian pada sesuatu diluar dirinya karena ada stimuli yang mendorong. Respon bisa juga diartikan sebagai tanggapan, reaksi, atau jawaban. Respon merupakan tanggapan atau umpan balik komunikan dari menafsirkan respon atau tanggapan dari suatu pesan yang telah disampaikan, baik dari media cetak surat kabar maupu elektonik seperti televisi.
Adapun, makna, pengertian, definisi dari kata “responsi” menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) online dan menurut para ahli bahasa. Arti kata Responsi-res-pon-si/résponsi/n dalam kontek IPA Biologi kegiatan atau perubahan pola perilaku makhluk sebagai akibat rangsangan atau fluktuasi keadaan lingkungan (KBI 2008) makna kuci yang terkadung disini “perubahan pola perilaku”.
Pada hakikatnya Responsi adalah semacam ujian untuk mata kuliah yang melakukan kegiatan praktek. Jika kita melakukan praktek-praktek pada suatu mata kuliah maka kita juga akan membuat laporan dari hasil praktek tersebut. Laporan dari hasil praktek tersebut biasanya diperiksa dan akan menjadi bahan penilain dosen. Untuk jelasnya tentang responsi bisa kita ibaratkan seperti ujian yang membahas beberapa bab. Semisal dalam suatu mata kuliah yang sering mengadakan praktek. Jika pada mata kulia tersebut melakukan praktek hingga lima kali, jika sudah mendekati Ujian Akhir Semester maka dari praktek suatu mata kuliah tersebut juga akan mengadakan semacam ujian tetapi dengan praktek. Karena pada makul tadi sudah melakukan praktek selama lima kali maka yang akan diuji dalam ujian praktek juga dari kelima praktek tersebut. Hanya saja yang diujikan secara praktek dalam responsi hanyalah bagian–bagian tertentu dari setiap praktek tersebut.
Bagaimana Sistem dari Ujian Responsi itu? Kebanyakan responsi itu dengan melakukan praktek dari berbagai macam praktek yang pernah dilakukan pada suatu mata kuliah. Akantetapi terkadang pelaksanaan responsi itu menggunakan tes tertulis, tergantung dari kebijaksanaan dosen apakah cocoknya menggunakan tes tertulis atau praktek.Terkadang dari dua-duanya juga digabung. Dalam kontek PPG Praktek merespon/mendisusikan masalah pada Jurnal yang tersedia serta relevan dengan kajian Modul dan tema Kegiatan Belajar.
Istilah respon dalam komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang diharapkan mempunyai hasil dalam setelah komunikasi dinamakan efek, adapula yang menulis efek. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek berupa respon dari komunikasi terhadap pesan yang dilancarkan oleh komunikator (Soenarjo dan Djoenarsih 1983:25).
Respon disini hanya membahasa respon dalam bidang komunikasi yang mana respon pada dasanya adalah efek atau umpan balik yang diberikan oleh komunikan kepada komunikator setelah menerima pesan yang diberikan. Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang berupa lambang-lambang antara dua orang atau di antara sekelompak kecil orang-orang dengan efek dan beberapa umpan balik. Situasi dalam komunikasi interpersonal memungkinkan adanya interaksi antara komunikator dan komunikasi yang berlangsung secara dialogis, dialog adalah bentuk komunikasi interpersonal yang menunjukan terjadinya interaksi. (Efendi, 2003: 60).
Bukan kah pembelajan juga memlukan ilmu komunikasi? Seperti kata instruksi/perintah mengejakan tugas di LMS ada di WAG ada. Malah karater LMS PPG ini, dosen tidak menulis perintah mhs PPG belum bias dan dijamin tidak bias mengejakan perintah itu karaternya.
a. Ciri-Ciri Respon
Ada beberapa cirri pokok dari respon, menurut Efendi, (2003: 61), diantaranya:
- Prilaku tertutup (convert Behavior)Seseorang dalam memberikan respon terhadap stimulus masih terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
- Prilaku terbuka (Over Behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata dan terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam segi kebutuhan dan merasa puas terhadap pesan yang diterima dalam bentuk praktek (practice).
b. Macam-macam respon
Secara umum akibat atau hasil mencakup tiga aspek, yaitu: Kognitif, Afektif, Konatif. Efek kognitif berhubungan dengan pengetahuan yang melibatkan proses berfikir, memecahkan masalah, dan dasar keputusan. Efek afektif berhubungan dengan rasa suka atau tidak suka, opini, sikap. Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku atau tindakan.Berdasarkan teori yang dikutip dari psikologi komunikasi ditulis Jalaluddin Rahmat (1999: 118), Respon di bagi menjadi tiga yaitu:
- Respon kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Respon ini berkaitan dengan dengan tranmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.
- Respon afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Respon ini ada hubungan dengan emosi, sikap, atau nilai.
- Respon behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku.
Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilaikehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi(internasionalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelasdalam mengataur kehidupannya sendiri. Dari beberapa respon diatas yang diartikan sebagai tanggapan dapat dibedakan berdasarkan alat indera yang digunakan, menurutterjadinnya maupun menurut lingkungannya.
2. Mengenal Karakterisirtik Jurnal (masukan yang harus di respon)
Pada Umumnya jurnal yang memikiki Struktur IMRAD dan sekaligus teori ini digunkan oleh para perjunal Nasional dan Internasional
Apa itu IMRAD?
Metode IMRAD (Introduction, Method, Result and Discussion) dikenal sebagai salah satu satu struktur penulisan yang digunakan oleh banyak penulis artikel ilmiah karena strutur ini banyak diterima oleh banyak jurnal ilmiah bereputasi internasional. Berikut penjelasan tentang metode IMRAD. (https://matematika.fmipa.unesa.ac.id/2183), dijelaskan sebagai berikut:
I = Introduction (Pendahuluan)
Bagian ini berisi tentang latar belakang penelitian, keunikan dari pelitian, tinjauan pustaka (literature review), dan Keaslian penelitian (Research Gap).
M = Method, (Metode Penelitian)
Bagian ini menguraikan dengan jelas tentang metode penelitian yang digunakan yang meliputi subjek penelitian, variabel penelitian, teknik pengolahan data, dan instrumen yang digunakan untuk meneliti, serta bagaimana data hasil penelitian itu dianalisis.
R= Result (Hasil Penelitian)
Bagian ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian dapat disajikan dgn dukungan tabel, grafik/gambar. Dalam penyajiannya harus dimulai dengan narasi terlebih dahulu, baru diikuti dengan tabel atau gambar.
D=Discussion (Pembahasan)
Bagian ini jelaskan tentang hasil yang didapatkan dalam penelitian sesuai atau tidak dengan hipotesis, dengan mengemukakan argumentasinya. Kajian teori penelitian yg relevan, hasil penelitian atau pendapat orang lain hendaknya ditulis dengan kalimat sendiri.
PENUTUP/KESIMPULAN (tidak tercantum dalam IMRAD) tapi wajib bagi Jurnal
Bagian ini menjelaskan kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian, hipotesis atau rumusan masalah. Kesimpulan merupakan turunan yang logis dari hasil penelitian. Oleh karena itu tidak perlu menyimpulkan apapun dari hal-hal yang tidak diteliti.
Nah, dalam menuliskan gagasan dengan struktur IMRAD, paling tidak penulis perlu memperhatikan komponen-komponen penting dalam penulisan, yaitu harus memenuhi komponen (1) kejelasan, (2) ketepatan, dan (3) keringkasan, dijelaskan sebagai berikut:
Kejelasan (clarity)
Artikel ilmiah harus konkret dan jelas. Kejelasan itu tidak saja berarti mudah dipahami, mudah dibaca, tetapi juga tidak memberi ruang multitafsir, tidak boleh bersifat samar-samar, tidak boleh kabur, atau dengan katan tidak boleh ada di wilayah berada di wilayah ‘abu-abu’ dalam menyampaikan hasil penelitian.
Kejelasan di dalam artikel ilmiah itu terindikasi oleh hal-hal berikut: (1) bentuk kebahasaan yang lebih dikenal daripada bentuk kebahasaan yang masih harus dicari-cari dulu maknannya, bahkan oleh penulisnya. (2) pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas, tajam, lugas, daripada kata-kata yang berbelit, yang panjang, yang rancu, boros, atau multitafsir, serta (3) penggunaan kata-kata dalam bahasa sendiri daripada kata-kata dalam bahasa asing yang tidak dikenal banyak orang.
Ketepatan (accuracy)
Artikel ilmiah sangat menuntut adanya keakuratan. Hasil penelitian ilmiah dan cara penyajian hasil penelitian itu haruslah disampaikan tepat/akurat. Tepat tidak hanya berarti sesuai dengan kaidah pengumpulan dan analisis data secara ilmiah, tetapi juga tepat dalam penyajiannya ke dalam artikel. Untuk itu, penulis harus cermat dan teliti dalam menyampaikan gagasan atau hasil penelitian, serta tepat dalam memilih rujukan yang sesuai dengan isu yang diangkat.
Keringkasan (brevity)
Artikel ilmiah haruslah ringkas. Dalam hal ini, ringkas tidak selalu pendek. Walapun ada artikel yang memiliki lebih dari 10.000 kata, tetapi tidak terdapat bentuk-bentuk kebahasaan yang bertele-tele, kalimat-kalimat yang bertumpukan, serta kerancuan, maka artikel tersebut dapat dikatakan ringkas.
Kepentingan bagi perespon jurnal dari teori IMROD ini, mengambil masalah yang relevan dengan bahasan dalam Kontek PPG. Masalah dapat diambil sejak pendahuluan ada (Research Gap). Lebih spesipik dapat diambil juga dari bagian D=Discussion (Pembahasan). Dalam bagian ini sudah memberikan umpan sikap pada perespon.
B. Teori Respon dan Diskusi Jurnal
1. Teori Respon dengan (Teori S-O-R)
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan, Karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseirang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi jadi unsur-unsur dalam model ini adalah :
- Pesan (stimulus, S)
- Komunikasi (Organisasi, O)
- Efek (Response, R)
Dalam proses komunikasi berkenan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Untuk hal itu, Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelly (dalam Efendi, 2003: 62), yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting yaitu: (1) perhatian, (2) pengertian, dan (3) penerimaan. Ketiga variabel tersebut, apabila digambarkan maka teori S-O-R adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Teori S-O-R
Sumber: (Efendi, 2003)
Gambar di atas menunjukan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat juga ditolak, komunikasi akan berlangsung jika komunikan akan menaruh pehatian setelah itu pengertian, lalu kemampuan komunikan menerima dan mengelola inilah yang pada melanjutkan ke proses berikutnya yang kemudian melahirkan respon. Komponen dalam model S-O-R:
- Pesan (Stimulus, S); Stimulus, yaitu berupa rangsangan yang didalamnya mengandung pesan- pesan atau gagasa
- Komunikan (Organisme, O); Organisme, yaitu individu atau komunikan yang akan menjadi objek proses komunikasi persuasi
- Organisme merupakan mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
Pesan (Stimulus, S) atau juga bisa disebut masukan dalam kontek PPG diberi beberapa pilihan Jurnal untuk dipilih mana yang paling relevan dengan tema/KB yang sedang dipelajari. Adapun Komunikan (Organisme, O); Organisme, dalam kontek PPG, adalah kemampuan siswa memilih dan mementukan masalah yang terdapat dalam jurnal tersebut serta relevan dengan dengan tema/KB yang sedang dipelajari. Hal ini, memerlukan olah pikir yang tinggi untuk memutukan masalah. Salah memutuskan masalah bisa salah untuk melakukan tidakan (bersikap), atau merespon masalah yang relevan dengan tema/KB yang sedang dipelajari. Teori ini mengajarkan bahwa Respose adalah perubahan sikap. Sikap tersebut diharapkan bisa berbetuk impikasi dan juga berbentuk evaluasi terhadap isi substansi yng ada dalam Jurnal yang dipilih. Itulah kemuan perlu didikusikan/dibabahas.
2. Teori Pembahasan atau Diskusi Jurnal
Pembahasan hasil penelitian/kajian Jurnal adalah sub-bab yang paling orisinal dalam laporan penelitian, termasuk skripsi, Tesis, Disertasi. Pada sub-bab ini, Peneliti wajib mengulas hasil penelitian yang diperolehnya secara panjang lebar dengan menggunakan pandangan orisinalnya dalam kerangka teori dan kajian empirik yang terdahulu. Jogiyanto, dalam Buku Metodologi Penelitian Bisnis (2004:196), menyatakan bahwa: “hasil pengujian (analisis) dalam suatu penelitian (kajian Jurnal) yang tidak dibahas menunjukkan bahwa si periset tidak mempunyai konteks ceritera dari hasil penelitiannya itu. Lalu, bagaimana bisa menyusun pembahasan hasil (penelitian)?“ Dalam kerangka metode ilmiah, ada tiga aspek yang mungkin digunakan untuk menyusun dan mengembangan pembahasan ini, yaitu aspek kajian teoretis, aspek kajian empiris, dan aspek implikasi hasil.
a. Aspek Kajian Teoretis
Salah satu tujuan untuk meneliti adalah untuk memverifikasi teori. Artinya, Peneliti ingin membuktikan apakah suatu teori tertentu berlaku atau dapat diamati pada obyek penelitian tertentu. Pada penelitian seperti ini, hipotesis penelitian perlu diformulasi dan diuji. Ada dua kemungkinan hasil pengujian hipotesis yang bisa diperoleh Peneliti, yaitu:
- hipotesis penelitian (atau teori yang diverifikasi) terbukti atau
- hipotesis penelitian tidak terbukti.
Apa pun hasil yang diperoleh, Peneliti harus memberikan diskusi (pembahasan) terhadap hasil tersebut dalam konteks teori yang mendasari penelitiannya. Kompleksitas dari diskusi pada aspek ini bergantung pada hasil penelitian. Jika kemungkinan pertama hasil penelitian diperoleh, konteks diskusi dapat dilakukan secara lebih mudah. Peneliti dapat merujuk kembali teori-teori yang telah disajikan pada kajian teoretis yang telah dituangkan pada bab tentang kajian pustaka. Dengan kata lain, teori-teori yang relevan dan dapat dijadikan argumentasi untuk mendukung hasil yang diperoleh dapat dikemukakan sebagai bahan diskusi.
Jika kemungkinan kedua dari hasil penelitian diperoleh, diskusi (pembahasan) menjadi lebih kompleks. Peneliti tidak bisa mendasarkan diskusi tersebut pada teori yang mendukung. Ia harus mendiskusikan atau berargumentasi tentang mengapa hasil penelitiannya tidak dapat membuktikan teori tertentu. Argumentasi ini bisa saja diarahkan pada asumsi yang mendasari berlakunya suatu teori. Misalnya, seorang peneliti menemukan bahwa tidak ada keterkaitan terbalik (negatif) antara harga barang dan permintaan barang tersebut (padahal, teorinya mengatakan ada keterkaitan terbalik ini). Peneliti bisa mencermati asumsi apa yang mendasari teori tersebut yang tidak terdapat pada obyek penelitian. Salah satu asumsi, sebagai contoh, bahwa preferensi (selera) konsumen tidak berubah ternyata tidak berlaku dalam obyek penelitian dapat dijadikan sebagai argumentasi. Untuk menguatkan argumentasi semacam ini, tentunya, Peneliti membutuhkan dukungan data atau informasi.
Dalam kontek ini, bagi siswa PPG sudah tersedia pada jurnal yang tersedia serta relevan dengan kajian tema KB. Untuk itu siswa PPG, perlu berfikir tinggi menentukan pilihan Jornal yang tepat dan relevang dengan Tema KB.
b. Aspek Kajian Empiris
Pembahasan hasil penelitian perlu juga dilakukan dengan cara merujuk pada kajian empiris yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Jika hasil penelitian konsisten dengan teori yang ada (atau hipotesis penelitian terbukti), pembahasan dapat diarahkan untuk memberikan rujukan penelitian terdahulu yang sesuai dengan hasil penelitian. Pada konteks ini, Peneliti dapat merecall hasil kajian empirik yang telah terkompilasi pada Bab 2 (tentang kajian pustaka). Biasanya, Peneliti menekankan bahwa hasil penelitiannya telah sesuai (atau mendukung) hasil-hasil penelitian terdahulu.
Dalam konteks dimana hasil penelitian tidak konsisten dengan teori (atau hipotesis tidak terbukti), diskusi pada bagian ini dapat diarahkan untuk menemukan kajian empirik yang bisa menjadi argumentasi yang mendukung hasil penelitian tersebut. Misalnya, seorang peneliti mengkaji suatu struktur pasar dari suatu industri. Berdasarkan teori, Ia mempunyai hipotesis penelitian bahwa struktur pasar industri tersebut adalah persaingan sempurna karena dalam industri tersebut banyak penjual dan pembeli. Namun, hasil penelitiannya menemukan bahwa struktur pasar industri tersebut bukan persaingan sempurna melainkan struktur pasar persaingan monopolistik. Untuk mendiskusikan hal ini, Peneliti tersebut harus (bahkan wajib) mencari kajian empirik yang mendukung hal tersebut untuk dijadikan sebagai bahan diskusi. Dengan kata lain, Ia harus menemukan:
- kajian empirik yang menyatakan bahwa meskipun ada banyak penjual dan pembeli dalam suatu industri, belum tentu industri itu dikatakan sebagai industri yang berstruktur pasar persaingan sempurna dan
- kajian empirik yang menyatakan bahwa struktur pasar ditentukan tidak saja oleh banyaknya penjual dan pembeli tetapi juga oleh tingkat konsentrasi dari penjual dan pembeli.
Dalam konteks dimana hasil penelitian tidak konsisten dengan teori, Peneliti harus bekerja keras untuk menemukan kajian empirik yang sesuai. Ia tidak bisa merecall kajian empirik yang telah terkompilasi dalam Bab 2. Ia harus mencari rujukan baru. Dewasa ini, upaya pencarian ini dapat dilakukan dengan mudah mengingat teknologi internet bisa sangat membantu untuk menemukan referensi atau rujukan baru tersebut.
Dalam kontek ini, bagi siswa PPG sudah tersedia pada Modul yang tersedia serta relevan dengan kajian tema KB. Lebih hots lagi siswa PPG, meliki sejumlah inventarisai pengalaman di lapangan pada waktu mengajar di kelas luring atau di kelas Virtual (daring). Untuk itu siswa PPG, perlu berfikir tinggi untuk membandingkan antara teri yang ada pada Jornal relevan dengan Tema KB, dengan pengalaman dilapangan atau dengan modul yang dipelajar.
c.Aspek Implikasi Hasil Atau Sikap Peneliti
Hasil penelitian, baik yang mampu membuktikan hipotesis maupun yang tidak, pada dasarnya mempunyai implikasi (dampak/konsekuensi) bagi obyek penelitian. Peneliti harus mendiskusikan hasil penelitian ini dalam konteks implikasi tersebut. Dalam hal ini, Peneliti harus menginterpretasikan hasil penelitian dalam konteks implikasi atau konsekuensi praktikal dari hasil penelitian bagi obyek penelitian. Alasan yang mendukung mengapa aspek implikasi ini perlu dikemukakan adalah bahwa penelitian dilakukan berdasarkan suatu basis data historis (yang sudah terjadi). Dengan demikian, jika Peneliti tidak mendiskusikan implikasi dari hasil penelitiannya maka ia hanya berhenti pada konteks cerita historis (yang sudah terjadi). Pembahasan mengenai implikasi hasil penelitian akan membawa konteks penelitian ke arah masa depan, bukan pada masa lalu (historis).
Ingat dalam kontek responsi atau diskusi Jornal PPG ini siswa PPG sudah bertindak sebagai peneliti (mengkaji/membangikan jornal yang tersdia), dituntut untuk mengambil nilai, natijah, atau kongklusi dari hasil diskusi.
B. Layanan Responsif
Layanan Responsif Lampiran Permendikbud Nomor 111 (2014:11) yang didalmnya dijelaskan bahwa layanan responsif adalah “pemberian bantuan kepada peserta didik atau konseli yang menghadapi masalah dan memerlukan pertolongan dengan segera, agar peserta didik atau konseli tidak mengalami hambatan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembanganya” dapat disimpulkan bahwa layanan responsif adalah layanan yang diberikan kepada klien atau peserta didik yang mempunyai masalah dan memerlukan pertolongan sesegera mungkin, sebab jika tidak diberikan pertolongan sesegera mungkin dapat menimbulkan gangguan pada proses pencapaian tugas perkembangan dalam dirinya. Dalam kontek ini siswa PPG, adalah diposiskan siswa berkebuthan khusus “semunya ingin lulus PPG”, diakui atau tidak.
Tujuan layanan responsif adalah “untuk membantu peserta didik atau konseli yang sedang mengalami masalah tertentu yang menyangkut perkembangan pribadi, social, belajar dan karier”.Bantuan yang diberikan bersifat segera, dalam artian pertolongan itu diberikan kepada peserta didik atau klien dalam waktu cepat karena dikhwatirkan dapat menghambat perkembangan dirinya dan berlanjut ketingkat yang lebih serius. Dapat disimpulkan bahwa tujuan layanan responsif adalah membantu pesert didik yang mengalami masalah dalam pembelajaran baik pribadi, akademik atau karier sesegera mungkin supaya masalah dan hambatan dapat segera diselesaikan
Pada Lampiran Permendikbud Nomor 111 (2014:11) yang didalmnya dijelaskan bahwa fokus layanan responsife adalah “pemberian bantuan kepada peserta didik atau konseli yang secara nyata mengalami masalah yang menggangu perkembangan diri dan secara potensional menghadapi masalah tertentu namun dia tidak menyadari bahwa dirinya memiliki masalah”. Masalah yang dihadapi dapat menyangkut tentang pribadi, sosial, belajar dan karir nya. Jika tidak mendapatkan pelayanan segera dari pakar ahli atau konselor (guru BK) maka akan timbul gangguan yang lebih serius yang dapat mengganggu penghambat proses perkembangan diri peserta didik atau konseli, karena tidak terpenuhinya kebutuhan, atau gagal dalam mencapai tugas perkembanganya. Untuk sematara ini, dalam kontek PPG, dosen juga bertindak sebagai guru BK.
Apabila mencermati teori di atas, begitu berat sarat yang harus dipenuhi baik oleh sisa PPG, mapun Dosen karena itu disebut standar minimal akademik yang harus dipenuhi dalam Bentuk Layayan akademik maupun administrative. Maka dairi itu, dengan tidak mengurangi standar akademik, paling tidak bentuk layanan yang dapat diberikan alternatif kepada siswa PPG dalam menyelesaikan RESPONSI/DISKUSI JURNAL, antara lain:
- Merespon Jurnal dengan 1 Masalah
- Merespon Jurnal dengan multi beberapa Masalah
- Contoh Identitas Jurnal
|
PENUTUP
Sekecil, apapun substansi meteri dan sesingkat apapun yang dijajikan di atas, itu semamata-mata hanya bentuk empati berkaitan dengan tugas. Harapannya paling tidak mahasiswa PPG mampu membedakan antara tugas resume modul dan tugas merespon/mendiskusikan jurnal dengan waktu yang bersamaan. Lebih jaunya lagi mahasiswa PPG untuk lebih optimal dalam mengejakan Tugas mendiskusikan/merespon Junal guna mencapai SKM.
PUSTAKA
Jalaludin Rahmat, (1999) Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.Onong Uchjana Effendy, Ilmu, (2003) Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Cet. Ke-3.
Matematika UNESA (2020), Menulis Artikel Illmiah Jurnal Tersdia dalam https://matematika.fmipa.unesa.ac.id/tag/menulis-artikel-ilmiah/ (diakses tanggal 4 juni 2021).
Orlich, D., Harder, R., Trevisa M. (2007) Teach- ing Strategies: Aguide to Effective In- struction. New York: Houghton Mif-flin Company.
Sulisto Anggoro dan Chandra A.P, (1998) Kamus Besar Lengkap Inggris-Indonesia, Solo: Delima.
Soenarjo dan Djoenarsih S. Soenarjo, (1983) Himpunan Istilah Komunikasi, Yogyakarta: Liberty.
Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan Mengengah.