Melukis Masa Depan dengan Kuas Pengetahuan dan Kontribusi UIN Bandung untuk Indonesia Emas 2045

Wawancara Eksklusif  dengan: Prof. Dr. H. A. Rusdiana, MM. Anggota Senat, dan Dewan Guru Besar UIN SGD Bandung. Guru besar Manajemen Pendidikan UIN Bandung. Peraih Nominasi Penulis Oponi terproduktitf di Koran Harian Umum Kabar Priangan (15/5/2025). Dewan Pembina PERMAPEDIS Jawa Barat; Dewan Pakar Perkumpulan Wagi Galuh Puseur. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Mishbah Cipadung Bandung dan Yayasan Pengembangan Swadaya Mayarakat Tresna Bhakti Cinyasag Panawangan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat.

“Melukis Masa Depan dengan Kuas Pengetahuan” sebagai panggilan intelektual dan spiritual untuk membentuk generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045, melalui perpaduan ilmu, nilai teologis, dan kontribusi nyata bagi bangsa.”

Indonesia saat ini sedang menghadapi momentum besar dalam sejarah demografinya. Bonus demografi yang diperkirakan mencapai puncaknya pada 2030, dan visi besar “Indonesia Emas 2045” yakni menjadi negara maju dan berdaya saing tinggi pada usia 100 tahun kemerdekaannya menuntut kontribusi aktif dari berbagai pihak, terutama institusi pendidikan tinggi. Dalam konteks tersebut, Sidang Senat Terbuka Wisuda Ke-103 UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang mengusung tema “Melukis Masa Depan dengan Kuas Pengetahuan” menjadi sangat relevan. Tema ini bukan sekadar seremoni akademik, melainkan sebuah refleksi atas peran ilmu pengetahuan dalam membentuk masa depan bangsa. Namun demikian, masih terdapat kesenjangan antara idealisme akademik dan realitas sosial, terutama dalam memetakan nilai-nilai yang bisa diaktualisasikan untuk menyambut Indonesia Emas. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan menjawab tiga hal penting: (1) menggali nilai inti dari tema wisuda ke-103, (2) mengeksplorasi nilai teologisnya dalam konteks pembangunan bangsa, dan (3) menunjukkan kontribusi strategis UIN Bandung dalam menghadapi Indonesia Emas 2045. Mari kita elaborasi satu-persatu:

Pertama: Nilai Inti dari Tema “Melukis Masa Depan dengan Kuas Pengetahuan” dalam Konteks Indonesia Emas 2045; Tema ini mengandung pesan mendalam bahwa masa depan bukanlah sesuatu yang datang secara kebetulan, melainkan hasil dari proses kreatif, ilmiah, dan spiritual. “Kuas Pengetahuan” merepresentasikan alat untuk membentuk masa depan yang beradab dan berdaya saing. Dalam konteks Indonesia Emas 2045, tema ini menyiratkan tiga nilai utama: 1) Kreativitas Intelektual: Mahasiswa dan lulusan dituntut tidak hanya sebagai pengguna ilmu, tetapi sebagai pencipta solusi inovatif. 2) Kemandirian Berpikir: Pengetahuan menjadi basis untuk pengambilan keputusan, bukan sekadar dogma atau tradisi; 3) Komitmen Transformasi Sosial: Pengetahuan harus berdampak, menjadi motor perubahan di tengah masyarakat, sejalan dengan SDGs dan arah pembangunan nasional. Dengan demikian, tema ini menyiratkan bahwa pendidikan tinggi harus menjadi katalisator perubahan, bukan hanya tempat transisi akademik.

Kedua: Nilai Teologis dalam Tema Tersebut untuk Mendukung Indonesia Emas 2045; Dalam perspektif teologis Islam, pengetahuan (‘ilm) adalah anugerah sekaligus amanah dari Allah SWT. Tema “Melukis Masa Depan dengan Kuas Pengetahuan” juga dapat dibaca sebagai panggilan spiritual untuk mewujudkan peran manusia sebagai khalifah fil ardh pemimpin di muka bumi. Beberapa nilai teologis yang dapat dieksplorasi: 1) Syukur dan Ibadah Ilmu: Proses belajar dan mengajar adalah bagian dari ibadah. Seperti yang disampaikan Rektor UIN Bandung, rasa syukur dan bakti kepada orang tua adalah syarat keberkahan ilmu; 2) Amanah dan Tanggung Jawab: Ilmu bukan milik pribadi, melainkan tanggung jawab sosial yang harus diamalkan; 3) Keadilan dan Moderasi (Wasathiyah): Pengetahuan harus membawa keseimbangan, tidak ekstrem, dan inklusif terhadap keberagaman masyarakat Indonesia.  Nilai-nilai ini menegaskan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan harus disertai dengan integritas moral dan spiritual, agar arah pembangunan tidak kehilangan ruh kemanusiaan.

Ketiga: Kontribusi Strategis UIN Bandung dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045; Sebagai lembaga pendidikan Islam terkemuka, UIN Sunan Gunung Djati Bandung telah menunjukkan kontribusi signifikan dalam mencetak lulusan unggul yang berintegritas. Beberapa kontribusi kunci antara lain: 1) Integrasi Ilmu Keislaman dan Ilmu Modern: UIN Bandung berhasil membangun kurikulum yang menggabungkan spiritualitas, etika, dan ilmu kontemporer; 2) Pemberdayaan Sosial dan Moderasi Beragama: Kampus ini aktif membina sikap toleran, empati, dan cinta tanah air yang sangat penting untuk menjaga stabilitas sosial; 3) Inovasi dan Kewirausahaan: Dengan mendukung riset, inkubasi bisnis, dan kompetensi digital, UIN Bandung memberi solusi nyata bagi tantangan masa depan seperti transformasi digital, perubahan iklim, dan krisis kemanusiaan. 3) Kampus Rahmatan lil Alamin: UIN Bandung menegaskan identitasnya sebagai kampus yang inklusif dan siap bersaing secara global namun tetap berakar pada nilai-nilai Islam yang moderat.  Dengan pendekatan tersebut, UIN Bandung berperan sebagai pusat pengembangan human capital dan moral capital yang dibutuhkan untuk menghadapi era Indonesia Emas.

Tema wisuda ke-103 UIN Bandung merupakan refleksi mendalam atas peran ilmu dalam membentuk masa depan bangsa. Nilai-nilai kreativitas, tanggung jawab sosial, dan spiritualitas menjadi fondasi utama. Dalam konteks Indonesia Emas 2045, peran UIN Bandung sangat strategis dalam membentuk generasi unggul yang berakhlak, berilmu, dan berdaya saing global. Dengan ini, merekomendasikan pada para pemangku kepentingan: 1) Pemerintah perlu mendukung lebih banyak integrasi antara pendidikan umum dan keislaman dalam pengembangan kurikulum nasional; 2) Lulusan perguruan tinggi harus didorong menjadi agent of change di tengah masyarakat, bukan hanya pencari kerja; 3) Kolaborasi antara kampus, industri, dan komunitas harus diperkuat untuk membentuk ekosistem inovasi nasional;

Melalui proses akademik dan spiritual yang dibentuk oleh UIN Bandung, para wisudawan diharapkan mampu menjadi aktor penting dalam melukis masa depan Indonesia. Mereka bukan sekadar penerima gelar, melainkan pemegang kuas yang akan menentukan arah dan warna bangsa menuju 2045—bangsa yang adil, makmur, toleran, dan berpengetahuan tinggi. Wallahu A’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *