اَلْحَمْدُ للهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَه. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Segala puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmatnya, sehingga kita dapat berkumpul untuk melaksanakan kewajiban kita di hari yang penuh berkah ini. Tentu, khatib berwasiat kepada jamaah sekalian dan khususnya untuk diri khatib pribadi, marilah sama-sama kita menjaga kualitas ketakwaan kita sembari berusaha secara perlahan untuk meningkatkannya. Sebab dengan ketakwaan, Allah akan memberikan jalan kemudahan di setiap problem kehidupan yang kita alami.
Jemaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Di awal tahun baru 2025, ini marilah kita berintrospeksi apakah tahun ini kita lalui dengan penuh kebaikan, peningkatan ketakwaan serta amal ibadah kita. Apakah pada tahun ini hubungan kita dengan orang-orang sekitar kita semakin harmonis atau sebaliknya. Begitu pun hubungan kita dengan Allah SWT. Pada tahun kemarin, sudah berapa banyak kita belanjakan harta kita di jalan Allah? Atau kita hanya larut dalam ketamakan dan nafsu mengejar dunia tanpa tersentuh hati kita untuk menyedekahkan rezeki yang kita dapat. Begitu pun dengan ragam amal ibadah yang kita lakukan, apakah sudah kita sempurnakan dengan ibadah sunah lainnya? Apakah diri kita tergerak karena mengejar ridha Allah? Atau sejauh ini karena hanya untuk menggugurkan kewajiban saja.
Jemaah yang dirahmati Allah SWT
Sebagai seorang muslim kita mesti memperhatikan perbuatan yang kita lakukan sebab di akhirat nanti akan dipertanggungjawabkan. Jangan sampai kita lalai dan lupa bahwa setelah kehidupan dunia ada kehidupan akhirat. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surah al-Hasyr ayat 18:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat yang tadi dibacakan perlu kita renungi sebagai pengingat di awal tahun ini. Bukan hanya sebagai pengingat sehingga diri kita melakukan muhasabah, akan tetapi untuk memperbaiki diri kita di tahun selanjutnya. Bukan sekadar motivasi yang dibutuhkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, namun kita dituntut untuk bergerak dan melakukan perubahan sedikit demi sedikit dengan usaha yang nyata.
Jamaah yang berbahagia,
Berikut ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki diri:
Pertama, Luruskan dan niatkan diri kita untuk menjadi lebih baik sejak saat ini. Dengan niat, seorang muslim dapat memelihara tujuan yang ingin dicapainya. Itulah mengapa ibadah-ibadah dalam Islam diawali dengan niat. Di sisi lain, Rasulullah SAW pernah bersabda:
نِيةُ المُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ
Artinya: “Niat seorang mukmin lebih utama dari pada amalnya.”
Hadits tersebut menegaskan bahwa niat lebih baik daripada perbuatan yang kita lakukan, oleh sebab itu perlu kita mengawali perubahan diri kita kepada yang lebih baik dengan niat yang baik. Hadis ini, tidak sama sekali mendukung seseorang untuk merencanakan sesuatu kemudian tidak merealisasikannya. Karena niat adalah suatu kehendak yang disertai dengan perbuatan.
Jemaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Yang kedua, melakukan tobat atas kemaksiatan yang kita lakukan di tahun lalu dan berkomitmen untuk berusaha tidak mengulanginya di tahun depan. Mungkin untuk bertobat saja adalah hal yang tidak begitu sulit, namun komitmen untuk tidak mengulanginya butuh usaha yang gigih dari diri seorang muslim. Jamaah sekalian, Rasulullah SAW dalam sehari melakukan tobat seratus kal, kendati beliau sudah dijamin masuk surga. Beliau pernah bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللهِ، فَإِنِّي أَتُوبُ، فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ، مَرَّةٍ
Artinya: “Wahai sekalian manusia, bertobatlah kepada Allah, karena sesungguhnya aku juga bertobat kepada-Nya sehari seratus kali.” (HR. Imam Muslim).
Lantas bagaimana kita melakukan tobat? Cobalah dengan tahapan-tahapan yang ringan. 1) Niat untuk meninggalkan perbuatan tersebut, 2) memohon ampunan kepada Allah SWT atas perbuatan yang selayaknya tidak kita lakukan. Bacalah lafaz-lafaz istigfar seperti astagfirullahal ‘azhim, dan sejenisnya. Lebih utama lagi, apabila mengamalkan sayyidul istigfar yang pernah Nabi ajarkan:
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ َإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Artinya: “Ya Allah, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah dan janji-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau.”
Jemaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Langkah ketiga yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki diri kita adalah mensyukuri nikmat-nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita, khususnya nikmat ketaatan dan ibadah yang dapat kita jalankan sebab adanya rahmat dan taufik dari Allah SWT. Syukur tersesbut sekaligus dijadikan landasan Spirit atau semangat kita dalam memperjuangkan keberuntungan di tahun 2025 ini perlu dikobarkan. Dalam hal ini, kita perlu muhasabah, refleksi, atau introspeksi melalui sebuah hadis Rasulullah SAW berikut.
اغْتَنِمْ خَمْسًا قبلَ خَمْسٍ: شَبابَكَ قبلَ هِرَمِكَ، وصِحَّتَكَ قبلَ سَقَمِكَ، وغِناكَ قبلَ فَقْرِكَ، وفَرَاغَكَ قبلَ شُغْلِكَ، وحَياتَكَ قبلَ مَوْتِكَ
Artinya: “Gunakan lima hal sebelum lima hal, yakni masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum fakirmu, senggangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.”
Kita harus memanfaatkan setiap waktu dengan hal-hal baik yang berguna, bernilai, dan berharga. Sebab, waktu, menurut pepatah orang Barat, adalah uang. Bagi orang Arab, waktu adalah pedang. Jika kita tidak bisa memanfaatkannya secara baik, maka waktu akan menebas kita.
Jemaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Oleh karena itu, khatib dalam khutbah Jumat kali ini mengajak jamaah sekalian untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk bekal kita di akhirat. Sebab, dunia hanyalah perantara, hanyalah jembatan untuk menuju keabadian di akhirat kelak.
Semoga, kita dapat menggunakan waktu dengan sebaik mungkin, mengisinya dengan amal-amal saleh, dan saling mengingatkan kebenaran dan kesabaran. Dengan begitu, kita berharap tidak tergolong dalam orang-orang yang merugi, melainkan termasuk dalam kelompok orang-orang yang beruntung.
Di awal tahun 2025 ini, semoga kita dapat mempersiapkan diri untuk menjadi lebih baik dan lebih saleh. Semoga poin-poin yang telah disampaikan di atas dapat sama-sama kita jalankan. Janganlah menunda-nunda diri untuk melakukan kebaikan. Amin YRA.