Khutbah Jumat 3 Pebruari 2023: Manfaatkan Kesempatan Sebelum Datang Masa Sempit

MANFAATKAN KESEMPATAN SEBELUM DATANG MASA SEMPIT

(Berbuat baik tidak perlu menunggu miskin, sakit, apalagi sudah pensiun)

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat yang berbahagia

Marilah bersama-sama kita memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan marilah bersama-sama kita terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan hanya kepada Allah Azza Wajalla. Sholawat serta salam semoga tetap curahkan kepada baginda nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan rahmat yaitu Addinul Islam.

Hari demi hari berganti bulan. Bulan demi bulan berganti tahun. Tidak lama lagi kita melepas tahun yang lama. Kita masuk ke tahun yang baru 2023. tak terasa sudah satu bulan lewat. Berlakunya satu waktu memberi pesan bahwa usia kita semakin berkurang. Bukan bertambah menjadi lebih muda.

Pertanyaannya: Sudah berapa jam, hari, bulan, dan tahun yang kita lewati? Lalu, amal apa yang sudah kita lakukan? Langkah-langkah apa yang sudah kita kerjakan untuk mewarnai kehidupan ini dengan amal saleh? Apakah layak, momen pergantian musim  disambut dengan foya-foya dan hura-hura, yang tidak mencerminkan pribadi yang seharusnya memanfaatkan sisa-sisa usia dengan kebajikan?

Bercermin dari para Nabi utusan Allah, akan kita temukan jejak-jejak sejarah yang melangit, tentang bagaimana para Nabi ini memanfaatkan kesempatan yang Allah  berikan dengan sebaik-baiknya, sehingga hidup mereka menjadi berkah.

Allah  haturkan pujian kepada para nabi-Nya sebab mereka sigap dalam mengemas kebaikan. Mari kita perhatikan sejumlah peristiwa penting yang diabadikan dalam Al-Quran.

Pertama, Nabi Musa. Beliau begitu berbahagia usai berdialog dengan Allah. Kesempatan berdialog dengan Allah, beliau manfaatkan dengan memohon kepada-Nya dalam untaian doa yang berbunyi:

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thaha ayat 25-28).

Permohonan Nabi Musa dikabulkan Allah  dengan berfirman :

قَالَ قَدْ اُوْتِيْتَ سُؤْلَكَ يٰمُوْسٰى

“Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, wahai Musa!” (QS. Toha: 36)

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat Hafidzakumullah

Teladan kedua bisa kita peroleh dari jejak kehidupan Nabi Zakariya. Pada suatu hari, beliau datang kepada Maryam di mihrabnya.

Terlihat di dekat Maryam banyak buah-buahan dan makanan. Terjadilah percakapan antara beliau berdua:

قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” (QS. Ali Imran : 37)

Mengetahui hal ini, Nabi Zakariya yang sudah tua renta namun tak kunjung memperoleh keturunan, langsung berdoa kepada Allah . Beliau yakin, meski usia sudah tak lagi muda, namun Tuhan yang telah memberikan anugerah kepada Maryam, juga Maha Mampu untuk memberikan keturunan kepada orang yang telah lanjut usia seperti beliau.

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38).

Allah  kabulkan permohonannya dengan  kelahiran seorang putera bernama Yahya.

Jejak harum ketiga yang patut kita ambil sebagai pelajaran dalam hidup ini adalah kisah Nabi Sulaiman. Beliau memiliki 900 kuda yang sangat tangkas. Begitu asyiknya dengan kudanya sampai beliau lupa zikir dan lupa mengerjakan shalat Ashar.

Nabi Sulaiman tersadar dengan kelalaiannya. Beliau sangat menyesal. Beliau bergegas tobat. Sebagai bentuk penyesalannya, beliau sembelih semua kudanya dan membagikan dagingnya kepada para dhuafa. Nabi Sulaiman berdoa,

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي ۖإِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Ia berkata: ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (QS. Shod : 35)

Allah  sambut penyesalan dan kesungguhannya dalam bertobat dengan mengganti kuda-kuda yang disembelih itu dengan angin yang jauh lebih pantas dikendarai Nabi Sulaiman dibanding kuda-kuda tersebut.

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia

Jejak harum keempat dan inilah keteladanan yang paling agung untuk kita tiru, yaitu kehidupan Nabi kita Sayiduna wa Maulana Muhammad.

Pada satu kesempatan Rasul  melihat orang-orang di pasar Madinah tengah sibuk dengan urusan jual beli. Beliau ingin mengingatkan mereka agar jangan sampai terlena dengan urusan dunia hingga meninggalkan urusan akhirat. Di waktu yang bersamaan beliau melintasi bangkai kambing kecil yang telinganya terpotong. Beliau memungut anak kambing itu dan memegang telinganya lalu berkata,

أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ

“Siapakah di antara kalian yang mau membeli bangkai anak kambing ini dengan satu dirham?”

فَقالوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ، وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟!

Mereka menjawab, “Kami tak sudi dengan berapa pun. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Nabi bertanya kembali:

 أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ؟

“Apakah kalian mau anak kambing ini untuk kalian (cuma-cuma)?”

قَالُوا: وَاللَّه لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا أنَّه أَسَكّ، فكَيْفَ وَهو مَيِّتٌ

“Seandainya ia masih hidup, kambing ini tetap cacat, telinganya putus. Apalagi sudah jadi bangkai.” Maka Rasul bersabda :

فَوَاللَّه للدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلى اللَّه مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ

“Demi Allah, sungguh dunia ini lebih hina bagi Allah dari bangkai ini di mata kalian.” (HR. Muslim)

Terakhir, satu kutipan keteladanan Rasul tersaji, pada saat beliau menyampaikan kabar gembira bahwa tujuh puluh ribu orang dari umatnya akan masuk surga tanpa hisab dan azab. Mendengar hal itu, Ukkasyah bin Mihshan berkata, “Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka.” Beliau menjawab: “Kamu termasuk golongan mereka.” Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata: “Mohonkanlah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka.” Beliau menjawab: “Kamu sudah kedahuluan Ukkasyah.” (HR. Bukhari-Muslim)

Inti dari kisah-kisah para Nabi tersebut memberikan pelajaran kepada kita “untuk memiliki gairah yang menggelora dan semangat tanpa batas untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan amal kebaikan”. Hendaknya kita bersegera mengambil dan memanfaatkan kesempatan yang Allah  berikan kepada kita untuk beramal saleh. Jangan menunggu masa sakit, masa tua, masa miskin, dan masa kematian yang datang menjelang. Tapi, sekarang, ya sekarang dan sampai kapan pun jangan pernah kita bosan berbuat baik dan menjadi orang baik.

Al Munawi berkata, “Seseorang baru ingat kalau dia diberi nikmat sehat, ketika dia merasakan sakit. Dia baru ingat diberi kekayaan, setelah jatuh miskin. Dan dia baru ingat memiliki waktu semangat untuk beramal di masa muda, setelah dia nanti berada diusia senja yang sulit beramal.  Penyesalan tidak ada gunanya jika seseorang hanya melewati mada tersebut dengan sia-sia”(At-Taisir Bi Syarh Al-Jami’ Ash Shogir,1/356)

Semoga Allah  menganugerahkan kepada kita kemampuan lahir dan batin dalam mengerjakan kebaikan sampai akhir nafas hidup kita, sehingga berakhir dalam keadaan husnul khatimah.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *