Khutbah Gerhana Bulan Total: 8 Nopember 2022: Sarana Merenungi Keagungan Allah

GERHANA BULAN:

Fenomena Alam Sarana Merenungi Keagungan Allah

Jamaah Shalat Gerhana Bulan Rahimakumullah

Petang ini kita hendaknya terus berupaya meningkatkan takwallah dengan menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Apalagi dalam suasana alam yang terkadang kurang bersahabat yang antara lain ditandai dengan beragam musibah. Termasuk petang ini lantaran telah terjadi gerhana bulan total. Sungguh semua yang terjadi harusnya menyadarkan kita untuk meningkatkan takwallah tersebut.

Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT

Apa yang terlintas di benak kebanyakan orang ketika disebut kata “ibadah”? Barangkali yang paling dominan adalah bayangan tentang seseorang mengerjakan shalat, puasa, haji, umrah, dzikir; mengenakan mukena, berhijab, baju koko, peci, dan gambaran kegiatan formal dan aneka atribut lainnya. Bayangan tersebut tidak sepenuhnya salah. Meskipun, kebanyakan melupakan jenis ibadah lain yang sangat penting, tidak terlihat, namun bernilai tinggi di sisi Allah SWT. Ibadah apakah itu? Yakni berpikir atau tafakur.

Akal merupakan karunia terbesar Allah kepada manusia yang membedakannya dari semua binatang dan benda-benda mati. Nyaris semua kemampuan fisik yang dimiliki manusia, juga dipunyai binatang bahkan binatang bisa lebih andal dalam hal-hal tertentu. Hanya saja, sehebat apa pun kapasitas binatang, ia tetap tidak akan mampu menciptakan peradaban agung lantaran tak mempunyai akal sebagaimana dimiliki manusia. Dengan demikian, pantaslah manusia (al-insân) selalu didefinisikan sebagai hayawân nâthiq, yakni hewan yang berpikir. Akal atau pikiran adalah kunci pembeda.

Hilangnya fungsi akal pada diri manusia berarti menutunkan derajatnya selevel dengan binatang, atau bahkan lebih rendah. Al-Qur’an sendiri menyebut para ahli neraka yang tidak mau menggunakan akal, mata, dan telinganya untuk merenungkan ayat-ayat Allah sebagai:

أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Artinya: Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS al-A’raf: 179)

Jamaah Shalat Gerhana Bulan Total 

Imbauan untuk berpikir, merenung, atau mendayagunakan akal tersebar banyak dalam Al-Qur’an. Redaksinya pun bermacam-macam, ada yang menggunakan akar kata fikr, dzikir, aql, fiqh, ‘ilm, nadhar, dan albâb. Seluruhnya menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan potensi akal manusia. Karena itu pula, merenungi ciptaan Allah bisa lebih utama dibanding ibadah sunnah semalaman. Perintah tentang berpikir dan menghayati ciptaan Allah datang langsung dari Al-Qur’an:

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Ali Imran: 190-191)

Rasulullah SAW juga bersabda:

فَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللهِ، وَلاَ تَتَفَكَّرُوْا فِي اللهِ، فَإِنَّكُمْ لَنْ تَقْدِرُوْا قَدْرَهُ

Artinya: Berpikirlah tentang ciptaan Allah, dan jangan kalian memikirkan Allah karena kalian pasti tak memiliki kemampuan untuk itu. (HR Abu Syekh dari Ibnu ‘Abbas).

Kita memang dilarang memikirkan hakikat Dzat Allah yang memang mustahil dicapai, tapi manusia diperintah untuk memikirkan makhluk-makhluk-Nya, termasuk bumi, bulan, matahari, serta fenomena gerhana.

Hadirin Jamaah Shalat Gerhana Bulan Total yang Berbahagia

Gerhana bulan total merupakan bagian dari fenomena alamiah. Namun, di balik itu ada kekuatan besar yang tampak ketika kita mau merenunginya. Gerhana bulan total terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Peristiwa tersebut berlangsung bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, saat itu cahaya matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi. Fenomena alam ini mengindikasikan bahwa bumi, bulan, matahari, serta seluruh tatanan angkasa bergerak sesuai garis orbit sebagaimana sunnatullah. Keteraturan dan keharmonisan ini menandakan bahwa Allah Maha Mengatur. Kehebatan fakta astronomis ini sukar disangkal lantaran mustahil manusia mengintervensi fenomena gerhana.

Berbeda dengan fenomena biologis tertentu, misalnya bibit tumbuhan yang bisa direkayasa, gerhana bulan total adalah fenomena besar yang tak mungkin dikendalikan manusia. Kenyataan tersebut kian menegaskan kelemahan manusia sebagai hamba di hadapan Allah SWT. Tidak heran bila Imam al-Ghazali dalam Al-Adab fid Din menyerukan seyogianya fenomena gerhana membuat orang semakin menampakkan ketundukan diri kepada Allah SWT, bertobat dari kesalahan-kesalahan, serta semakin meresapi kehadiran Ilahi dalam kehidupannya.

Secara rinci, Imam al-Ghazali mengingatkan:

Artinya: Perilaku yang semestinya ditunjukkan saat terjadi gerhana bulan yakni; senantiasa memiliki rasa takut, menampakkan rasa gelisah, segera bertobat, tidak bersikap mudah bosan, segera melaksanakan shalat, berlama-lama dalam shalatnya, dan merasakan adanya peringatan. 

1. Memiliki rasa takut, orang mukmin yang sejati ialah orang yang takut kepada Allah dengan seluruh organ dan anggota tubuhnya. Sebagaimana yang dikatakan Abu Laits, bahwa takut kepada Allah dapat dilihat indikasinya dalam tujuh anggota badan pertama lidahnya, hatinya, penglihatannya, perutnya, tangannya, kedua kakinya dan ketaatannya.

Dalam surat Al Hasyr ayat 18 Allah SWT berfirman.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertawakal kepada Allah kamu sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan.”

“Takutlah kepada Allah dan taatilah Allah, bersedekah dan beramallah dengan penuh ketaatan agar supaya kamu memetik buah pahalanya kelak di hari kiamat,” kata Imam Ghazali.

2.Menampakkan rasa gelisah, Gelisah adalah suatu kondisi yang menggambarkan ketidakmampuan tubuh dan pikiran untuk beristirahat, rileks, atau berkonsentrasi. Rasa gelisah dapat muncul dengan atau tanpa sebab. Kegelisahan yang bersifat ekstrem disebut dengan agitasi. Namun Gelisah tanpa sebab merupakan hal yang sah-sah saja dialami oleh semua orang. Namun, jika kondisi ini sering terjadi, hal ini akan berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Pada umumnya, gelisah tanpa sebab terjadi karena seseorang sedang merasa tidak nyaman dengan situasi. Tak hanya itu, gelisah juga merupakan suatu bentuk dari gejala gangguan mental.

3. Segera bertobat, Taubat sejatinya merupakan pintu masuk bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, sebab di dalam taubat ada penyesalan terhadap perbuatan tercela yang telah dilakukan di masa silam sekaligus terdapat daya tari (ikhtiar) kebangkitan jiwa dari seorang hamba untuk bebuat kebaikan di masa yang akan datang.

4.Tidak Bersikap Mudah Bosan, kebosanan adalah kombinasi antara kurangnya kegembiraan neurologis serta kondisi psikologis berupa ketidakpuasan, frustrasi atau ketidaktertarikan dan semua yang berhubungan dengan kurangnya stimulasi. kebanyakan orang sepakat bahwa kebosanan itu gak menyenangkan. Meski begitu, kebosanan gak sama dengan sikap apatis karena orang-orang yang bosan dalam beberapa hal termotivasi untuk mengakhiri kebosanan mereka.

5. Segera melaksanakan shalat, berlama-lama dalam shalatnya, Pelaku sholat dijamin dengan keberuntungan, sebagaimana janji Allah di atas. Sehinggapelaksanaan sholat sangatlah besar peranannya dalam Islam, maka perlu untuk selalu diperhatikan dan ditegakkan. Jika tidak, sholat hanyalah gerak badan tanpa makna. Kosong melompong dan berujung pada kepayahan. Pada akhirnya hasilnya hanyalah kebosanan belaka. Rosulullah bersabda mengenai betapa pentingnya sholat; “Yang pertama-tama dipertanyakan (dihisab) terhadap seorang hamba pada hari kiyamat kelak tentang amalnya adalah sholat. Apabila sholatnya baik maka dia beruntung dan sukses, dan apabila sholatnya buruk maka dia kecewa dan merugi” (HR. An-Nasa’i). Rosulullah pernah berkata kepada Bilal; “wahai Bilal bahagiakan aku degan sholat”. Sholat adalah sumber ketenangan jiwa dan kegembiraannya. Maka tidak heran nabi dan sahabat-sahabatnya suka berlama-lama dalam sholat malam hingga membuat kaki beliau bengkak. Apakah rahasia kebahagiaan sholat itu hanya mereka saja yang bisa rasakan sementara kita tidak?

6.Merasakan adanya peringatan. Sistem Peringatan Dini merupakan serangkaian sistem untuk memberitahukan akan timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana maupun tanda-tanda alam lainnya. Peringatan dini pada masyarakat atas bencana merupakan tindakan memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat. Dalam keadaan kritis, secara umum peringatan dini yang merupakan penyampaian informasi tersebut diwujudkan dalam bentuk sirine, kentongan dan lain sebagainya. Namun demikian menyembunyikan sirine hanyalah bagian dari bentuk penyampaian informasi yang perlu dilakukan karena tidak ada cara lain yang lebih cepat untuk mengantarkan informasi ke masyarakat. Harapannya adalah agar masyarakat dapat merespon informasi tersebut dengan cepat dan tepat. Kesigapan dan kecepatan reaksi masyarakat diperlukan karena waktu yang sempit dari saat dikeluarkannya informasi dengan saat (dugaan) datangnya bencana. Kondisi kritis, waktu sempit, bencana besar dan penyelamatan penduduk merupakan faktor-faktor yang membutuhkan peringatan dini. Semakin dini informasi yang disampaikan, semakin longgar waktu bagi penduduk untuk meresponnya.

Bagi Imam al-Ghazali, peristiwa gerhana adalah momen merenungi keagungan Allah yang Maha Agung. Kedahsyatan kekuasaan-Nya yang berhasil dihayati selanjutnya akan mengondisikan kalbu untuk selalu merendah di hadapan-Nya, gelisah dengan dosa-dosa, betah dalam upaya mendekatkan diri, lalu berlanjut dengan memperbanyak istighfar alias memohon ampun kepada Allah. Gerhana adalah bagian dari ayat kauniyah Allah, di samping ayat qauliyah berupa Al-Qur’an. Di dalamnya ada ilmu yang melimpah dan beruntunglah bagi orang-orang yang mau merenungkan ayat jenis ini yang gejalanya ada di mana-mana dan kapan saja: di sekeliling atau bahkan di dalam diri kita sendiri, serta dalam tiap detak jantung dan tarikan napas.

Kita beruntung masih dikaruniai kesadaran oleh Allah SWT untuk mau melaksanakan shalat gerhana ini secara berjamaah dalam kesempatan ini. Melaksanakan shalat dan mendengarkan khutbah adalah sebuah keutamaan. Namun, ada yang lebih utama dari ini, yakni meresapi hakikat femomena alam untuk kemudian semakin mendekatan diri kepada Allah SWT. Ibnu ‘Abbas berkata:

تَذَاكُرُ الْعِلْمِ بَعْضَ لَيْلَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ إِحْيَائِهَا

Artinya: Berkontemplasi (bertafakur) pada sebagian malam lebih aku cintai ketimbang melaksanakan ibadah sunnah sepanjang malam. 

Khutbah Ke II

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *