Khutbah Jum’at 7 Oktober 2022

Meneladani Rasulullah SAW dalam Aspek Kehidupan

 

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Alla Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan berbagai nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhitung banyaknya, atas diri kita, keluarga kita, dan negeri kita ini. Sampai hari ini Allah Subhanahu wa Ta’ala masih memberikan hidayah dan taufik-Nya kepada kita sehingga kita masih tetap kokoh di atas iman dan Islam dan berpegang teguh dengan semua tuntutan dan tuntunan Iman dan Islam dalam kehidupan ini.

Allah Ta’ala masih memberikan waktu dan kesempatan kepada kita semua, untuk bertaubat atas segala dosa kita di masa lalu, menambah amal shaleh dengan meningkatkan ketakwaaan kepada Allah Ta’ala. Semua ini bila kita jalani secara istiqamah akan mengantarkan kita kepada keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Shalat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita yang mulia, Muhammad keluarganya, para sahabatnya serta semua kaum muslimin mengikuti sunnah beliau lahir dan batin dengan penuh keikhlasan dan kesabaran hingga hari kiamat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Saat ini kita berada di bulan Rabiul Awal, satu hari menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Orang suda menyebutnya Bulan Mulud. bulan yang di dalamnya selalu diingatkan dengan kelahiran seorang manusia yang mulia nasabnya, terpuji sifatnya dan sangat sempurna nan agung akhlak dan perilakunya, yaitu Nabi kita Muhammad. Sedemikian hebatnya kualitas akhlak Nabi Muhammad sehingga beliau menjadi Nabi terbaik dari kalangan Ulul Azmi, dan menjadi pemimpin seluruh para Nabi bahkan seluruh umat manusia semenjak dari nabi Adam ‘alaihis salam hingga umat Islam terakhir yang nyawanya dicabut menjelang terjadinya hari kiamat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat yang Maha Agung dan Mulia memberikan pengakuan atas kebesaran jiwa, kemuliaan akhlak, ketinggian sifat-sifat Nabi Muhammad dalam firman-Nya,

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيۡمٍ

Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. [Nun: 4]

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dengan akhlak yang sedemikian agungnya, pribadi yang sangat konsisten melalukan apa pun yang beliau ajarkan kepada umatnya, beliau menjadi sebuah contoh hidup yang menjadikan para sahabat saat itu dengan sangat mudah memahami maksud-maksud ayat al-Quran dalam berbagai momen, situasi dan peristiwa. Selain itu, karena kuatnya konsistensi Nabi Muhammad terhadap ajaran al-Quran, menjadikan beliau menjadi contoh hidup bagaimana mempraktekkan tuntunan Al-Quran dalam lingkup pribadi, keluarga, masyarakat, negara, dalam situasi perang dan damai.

Demikian pula dalam hal berinteraksi dengan non Muslim baik sebagai non Musim tersebut individu maupun berupa komunitas dan negara. Semuanya menjadi tuntunan dan teladan yang harus diikuti. Bahkan meneladani Nabi merupakan salah satu dari bukti terkuat dari keimanan dan kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Al-Ahzab: 21]

Allah Juga berfirman,

قُلۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوۡنِىۡ يُحۡبِبۡكُمُ اللّٰهُ وَيَغۡفِرۡ لَـكُمۡ ذُنُوۡبَكُمۡؕ‌ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. [Ali Imran: 31]

Orang yang mencintai Nabi Muhammad pasti akan meneladaninya dengan sebaik-baiknya. Semakin besar cintanya kepada beliau maka semakin kuat dan lengkap pula bentuk-bentuk meneladaninya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang sempurna dalam imannya dan akhlaknya, sempurna dalam muamalahnya atau inetraksi sosialnya dan sempurna pula dalam kepemimpinannya. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Nabi sebagai teladan yang menyeluruh dan sempurna. Mari kita lihat beberapa aspek keteladanan dalam diri Nabi:

1. Teladan Ibadah Rasul

Nabi  adalah teladan sempurna dalam masalah ibadah. Beliau banyak beribadah di malam hari sebagaimana digambarkan oleh istrinya ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا

“Nabi  biasa bangun malam sampai kedua telapak kakinya luka terpecah, maka ‘Aisyah bertanya,”Wahai Rasulullah! Mengapa anda melakukan semua ini. Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah lalu maupun di masa datang?” Beliau  menjawab,”Tidakkah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?” [Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim]

Selain itu beliau juga senantiasa berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di setiap keadaannya. Hal ini bisa diketahui dari berbagai hadits yang menghasung kaum Muslimin untuk banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2. Teladan Akhlak dan Sifat Rasul

Mengenai akhlak, maka cukuplah gambaran ‘aisyah radhiyallahu ‘anha tentang akhlak Rasulullah adalah al-Quran. Dalam sebuah hadits disebutkan:

– سُئِلَتْ عائِشةُ عن خُلُقِ رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فقالَتْ: كان خُلُقُه القُرآنَ.

‘Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah  lantas menjawab,”AKhlaknya adalah Al-Quran.” [hadits riwayat Ahmad (25813). Hadits ini shahih menurut Syaikh Syu’aib Al-Arnauth]

Maksud dari hadits ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Alaqi bin Abdul Qadiras-Saqqaf, adalah akhlaknya itu sedemikian sempurna sebagaimana digambarkan dalam al-Quran di setiap jenis akhlak.

Beliau melaksanakan apa yang Allah Ta’ala perintahkan dalam al-Quran, tidak melanggar apa saja yang Allah larang dalam Al-Quran baik berupa perkataan maupun perbuatan, janji dan ancaman-Nya dan seterusnya.

Jadi, akhlaknya adalah apa saja yang terdapat di dalam al-Quran dalam segala hal yang dipuji dan diserukan untuk berakhlak dengannya, beliau menghiasai dirinya dengannya dan apa saja yang diminta untuk dijauhi beliau menjauh darinya.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa Al-Quran adalah sumber dari akhlak mulia. Hadits ini menyisyaratkan agar beradab dengan adab al-Quran dan berakhlak dengan akhlak al-Quran, mengambil petunjuk dari al-Quran, melaksanakan perintahnya dan menjauhi segala larangannya.[i]

3, Teladan Urusan Keluarga

Dalam sebuah hadits dari Ibnu ‘Abas radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi , beliau bersabda,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي» رواه الترمذي.

“Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan Aku adalah yang paling baik di antara kalian kepada keluargaku.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi].

Syaikh bin Baz rahimahullah mengatakan yang dimaksud dengan “ahlihi” “keluarganya” adalah istri-istrinya, anak-anaknya, ibu dan ayahnya.[ii]

Sedangkan menurut penulis Tuhfatul Ahwadzi Syarh Jami’ At -Tirmidzi, Syaikh Abdurrahman Mubarokfuri saat menjelaskan makna hadits ini mengatakan, maksudnya adalah anak dan istrinya dan yang memiliki hubungan rahim dengannya.

Ada juga ulama yang berpendapat, para istrinya dan para kerabatnya. Hal ini menunjukkan kebaikan akhlak seseorang. Dan Rasulullah  adalah orang yang paling baik pergaulannya dengan keluarganya pada tataran akhlak yang paling agung.[iii]

4. Teladan Rasul Urusan Sosial

Nabi adalah orang yang paling baik pergaulannya dengan masyarakat. Beliau bersikap tawadhu’ dan peduli serta perhatian kepada semua orang, bersikap penuh kasih dan ramah bahkan kepada anak-anak kecil dan orang-orang yang sudah tua.

Bila ada yang bersalaman dengannya maka beliau tidak pernah menarik tangannya sebelum orang itu menariknya. Bila sedang bertatap muka ddengan seseorang beliau tidak pernah memalingkan wajahnya sampai dia memalingkan wajahnya terlebih dahulu.

Dan beliau belum pernah menjulurkan kedua kakinya di hadapan orang yang sedang duduk bersamanya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi radhiyallahu ‘anhu. Cukuplah firman Allah berikut ini menggambarkan betapa mulianya Nabi hubungannya dengan para sahabat dan tetangganya dalam kehidupan bermasyarakat:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [At-Taubah: 128].

5. Teladan Rasul Dalam Kepemimpinan

Dalam masalah kepemimpinan atau leadership maka beliau adalah pemimpin paling adil yang pernah dikenal dalam sejarah kemanusiaan. Beliau sangat tegas dan konsisten dalam menjalan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hukum yang datang dari dzat yang Maha Adil, yang paling mengetahui apa yang terbaik dan paling bermaslahat buat para makhluk-Nya. Tidak mungkin ada kezhaliman walau sedikit pun dalam hukum Allah Ta’ala.

Bila hukum Allah ini dijalankan dengan sangat konsisten oleh seorang pemimpin dalam kehidupanbermasyarakat, pastilah masyrakat tersebut akan merasakan keadilan hukum benar-benar tegak di tengah-kehidupan mereka dan sirnahlah kezhaliman.

Sekedar satu bukti dari sekian banyak bukti yang ada tentang ketegasan dan konsistensi Rasulullah  terhadap hukum Allah subhanahu wa Ta’ala adalah kisah berikut ini:

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,

أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ، فَقَالُوا: مَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالُوا: وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ، حِبُّ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللهِ؟» ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ، فَقَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمِ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمِ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ، وَايْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا»

”Sesungguhnya orang-orang Quraisy mengkhawatirkan keadaan wanita dari Bani Makhzum yang mencuri (maksudnya tertangkap telah mencuri,pent). Mereka berkata, ‘Siapa yang bisa berbicara kepada Rasulullah  tentang wanita ini ?’

Mereka menjawab, ‘Siapa yang berani bicara kepada beliau kecuali Usamah (bin Zaid) yang dicintai oleh Rasulullah .’ Maka Usamah pun berbicara kepada Rasulullah  (untuk membebaskan wanita itu dari hukuman, pent).

Rasulullah  kemudian bersabda, ‘Apakah kamu hendak memintakan syafaat (pengampunan dari hukuman) berkaitan dengan (hukum) had Allah?’ Rasulullah  berdiri lalu berkhutbah, ‘Wahai manusia, sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang yang memiliki kedudukan di antara mereka melakukan pencurian, maka mereka bebaskan.

Namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah (rakyat biasa), maka mereka menegakkan hukum had atas orang tersebut. Demi Allah, sungguh jika Fathimah binti Muhammad mencuri, aku benar-benar akan memotong tangannya.” [Al-Bukhari no. 6788 dan Muslim no. 1688].

Ma’asyiral Muslimin arsyadakumulah,

Dari paparan khutbah pertama jelas kita ketahui bahwa aspek-aspek yang perlu diteladani dari diri Rasulullah  cukup banyak. Apa yang kami sebutkan itu hanyalah sebagian saja. Oleh karenanya, kita seharusnya meningkatkan semangat untuk mempelajari peri kehidupan Nabi Muhammad  secara lebih lengkap berdasarkan sumber-sumber yang benar atau riwayat yang shahih. Kita baca buku tulisan karya ulama yang mu’tabar tentang sirah Nabi  yang shahih. Karena banyak kisah di zaman Nabi  yang ternyata tidak shahih namun kadung diyakini sebagai riwayat yang benar. Tujuannya, agar kita tidak terperangkap pada bentuk mengambil teladan kepada Nabi  secara parsial atau setengah-setengah. Saat shalat dan puasa serta haji mengambil teladan Nabi .

Giliran persoalan berbusana dan berbicara, pergaulan antara laki dan perempuan,kehidupan berumah tangga dan hubungan bertetangga, tidak meneladani nabi  . Namun justru mengikuti trend masyarakat yang cenderung mengikuti hawa nafsunya karena menjadikan gaya hidup dan perilaku orang barat sebagai kiblatnya.

Demikian pula dengan sebagian pemimpin kaum Muslimin yang justru mengikuti tokoh-tokoh kafir dalam masalah kepemimpinan. Metode Nabi Muhammad menjalankan kepemimpinan Islami sama sekali tidak diteladani. Wal ‘iyadzu billah.

Semoga Allah Ta’ala berkenan mengaruniakan kepada kita semuanya ilmu serta taufik untuk bisa meneladani Rasulullah dalam berbagai aspek kehidupan dalam batas maksimal kemampuan yang kita miliki. ***

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah Kedua

Khutbah II

اَلحمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وأَشْهَدُ أَنَّ سَيّدَنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ. اللّٰهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ على سيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ أَمَّا بَعْدُ: فيَآ أَيُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَاَلى وَذَرُوا الْفَواحِشَ ما ظهَرَ مِنْها وَمَا بَطَنَ، وحَافَظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والْجَماعَةِ . وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ، فَقالَ تَعَالَى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَمَلائِكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمً. اَللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سيِّدِنا محمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا محمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اَللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاء الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكَانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ و عُثْمانَ وَعَلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اَللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَةً، ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوالِ يَومِ الْقِيامَةِ. اَللَّهمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسْلِمِيْنَ، وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ، ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وَأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا والزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْها وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً، وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِعِبادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسانِ وَإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَرُ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والرِّبَا وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَر

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *