MANUSIA MEMBUTUHKAN BIMBINGAN
Kaum muslimin sidang jumat yang berbahagia, rahimakumullah.
Puji dan syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah Robbul’izzati, pada kesempatan Jumat ini kita dapat melaksanakan kewajiban kita sebagai seorang muslim yaitu shalat Jumat secara berjamaah di masjid yang kita cintai ini. Shalawat dan salam marilah kita sampaikan kepada uswatun hasanah kita yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW. Juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya, semoga kelak di hari kiyamat, kita semua yang hadir di masjid ini mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin yaa Robbal ‘aalimiin.
Mengawali khutbah singkat pada kesempatan ini, sebagaimana biasa khatib berwasiat kepada diri saya dan kepada seluruh jamaah, marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa yaitu melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Kaum muslimin sidang jamaah jumat yang berbahagia, rahimakumullah.
Semua manusia di muka bumi ini membutuhkan bimbingan dan pengajaran dari para guru, para dosen, para kiyai, para ustadz dan para pimpinan. Dalam bidang ilmu apapun manusia tidak bisa menguasai secara baik, benar, utuh dan sempurna, jika tidak dibimbing oleh orang-orang yang ahli dibidangnya. Jangankan memahami ilmu yang benar, memahami ilmu yang sesatpun memerlukan yang namanya bimbingan. Bisa jadi orang yang belajar ilmu sesat terlihat lebih rapi dan lebih cakap dalam mengembangkan ajaran sesatnya, karena mereka benar-benar mendapat bimbingan dari pemimpin atau atasannya. Sementara kita yang mengaku mempelajari ilmu yang benar, malah kita tidak serius untuk memahami ilmu tersebut. Sehingga dari waktu kewaktu terjadi kelemahan dan kekurangan diberbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu mulai saat ini, mari kita benar-benar serius dan fokus untuk mengikuti bimbingan, pengajaran dan pelatihan, sehingga kita menjadi manusia yang cerdas, berakhlak, berprestasi, sukses dan bermanfaat bagi kehidupan.
Dalam ajaran Islam bimbingan itu mesti lengkap dan utuh, agar kita menjadi manusia fi ahsani taqwim (sebaik-sebaik ciptaan) bukan menjadi manusia asfala saafiliin (rendah, hina dan tidak bermartabat). Firman Allah SWT, dalam surah At -Tin :4-5;.
Artinya: “(4) sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; (5) Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah rendahnya (neraka), (QS. At -Tin [95]:4-5).
Kaum muslimin sidang jamaah jum’at yang berbahagia, rahimakumullah.
Manusia fi ahsani taqwim (sebaik-sebaik ciptaan), memilki wawasan tentang spiritualitas, sesungguhnya menggambarkan tentang keberadaan Tuhan. al-Ghazālī, dalam kitabnya Misykah al-Anwār menyebutkan ”sebab sifat-sifat manusia adalah pantulan sifat-sifat Tuhan, tidak dibatasi oleh ruang dan tidak mengandung kategori kuantitas dan kualitas, bentuk, warna serta ukuran, sehingga sulit memahami konsep ini” Namun demikian, spiritualitas memegang peranan penting dalam pendidikan manusia, sehingga untuk mengetahui eksistensi spiritualitas dalam hubungannya dengan pendidikan, maka perlu mengenal berbagai potensi spiritual dalam pendidikan. Bimbingan spiritualitas merupakan sesuatu yang lain dari fisik dan bentuknya berbeda dengan bentuk fisik.
Kaum muslimin sidang jamaah jum’at yang berbahagia, rahimakumullah.
Menurut al-Gḥazālī, spiritualitas diwakili oleh berfungsinya secara tepat term al-rūḥ, al-qalb, al-nafs, al-‘aql dalam diri manusia yang semuanya merupakan sinonim. Agar manusia menjadi fi ahsani taqwim (sebaik-sebaik ciptaan). Ada empat hal yang mesti mendapat bimbingan dalam diri manusia secara serius, sungguh-sungguh dan terus menerus (istiqamah) yaitu:
Pertama ruh (jiwa). Ruh ini mesti dibimbing dengan kalimat tauhid (la ilaha illallah) sampai benar-benar meresap. Kita mesti belajar dari guru-guru kita tentang hakekat dzat Allah, shifat Allah dan af’al Allah, agar tauhidnya benar-benar tangguh, tidak bergeser sedikitpun walau diterjang badai kehidupan bagaimanapun besarnya. Makin besar ujian dan cobaannya, makin kokoh dan makin mapan ketauhidannya.
Kedua, hati (qalb). Hati ini mesti dibimbing oleh guru-guru yang shalih, agar selalu bersih tidak ada penyakit seperti iri, dengki, dendam, egois, sombong dan lain sebagainya.
Hati yang bersih akan membuat suasana menjadi lega, plong, tulus dan bahagia. Sementara hati yang kotor membuat tertekan, gelisah dan menderita.
Perlu diketahui bahwa hati yang bersih (qalbun salim) inilah yang akan bermanfaat dihadapan Allah di akhirat nanti. Dimana pada waktu itu tidak bermanfaat lagi harta benda dan anak, kecuali orang yang menghadap kepada Allah dengan hati yang bersih. Demikian Allah firmankan dalam Al Quran surat Asy Syu’ara ayat 88-89 :
Artinya: “..(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (QS. Asy Syu’ara [26]:88-89).
Ketiga, akal; Akal hendaknya selalu dibimbing agar cerdas, pintar dan waras. Manusia mesti menempuh pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi. Makin tinggi tingkat pendidikannya, makin cerdas pula pemikirannya. Sehingga tidak mudah dibodoh-bodohi orang lain. Orang yang berakal akan memikirkan hal-hal yang maju dan terbaik dalam hidup. Berpikir tentang masa depan demi kemaslahatan hidup dalam keluarga, bangsa dan agama.
Keempat, jasad; Jasad ini mesti dibimbing dengan akhlakul karimah, keahlian dan keterampilan. Seluruh organ tubuh difungsikan sebaik-baiknya dengan sikap yang mulia, ucapan yang mulia, etika dan adab yabg mulia. Juga memiliki keahlian sesuai dengan bakat dan bidang yang disenangi. Juga terampil dengan melahirkan karya-karya nyata yang bermanfaat dan menghasilkan produk-produk yang mengagumkan. Sehingga keberadaan kita di muka bumi ini memberi andil yang besar bagi kebaikan dan kemaslahatan hidup kepada sesama (rahmatal lil’aalamiin).
Semoga uraian khutbah jumat ini, mencerahkan akal dan nurani kita, sehingga menjadi makhluk yang cerdas di muka bumi. Aamiin.
Khutbah ke II.