MENGGALI PRESTASI DARI PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO
A. Pendahuluan
Salah satu problema yang sejak dulu muncul dalam proses pembelajaran adalah berkenaan dengan model pembelajaran atau secara lebih spesifik berkenaan dengan metode mengajar, dimana salah satunya adalah proses pembelajaran didominasi oleh model pembelajaran konvensional atau tradisional dengan metode ceramah sebagai andalannya. Disamping itu memberikan materi dengan cara yang kurang menarik dan membosankan, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dan mengembangkan keterampilan serta kurang mewujudkan interaksi antar siswa dan belum mampu menumbuhkan budaya belajar di kalangan siswa. Hal tersebut tentu bukan tanpa alasan, jika dipandang dari proses pembelajaran, mungkin kesan itu timbul akibat mata kuliah tersebut kurang menyentuh kebutuhan mereka atau penyajiannya yang tidak membangkitkan minat belajar. Dikarenakan sejauh ini dalam merencanakan pembelajaran nampaknya hanya terfokus pada target pencapaian kurikulum, tetapi tidak mempertimbangkan penggunaan strategi belajar untuk mengembangkan kebiasaan berfikir kreatif dan jarang memberikan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah dimiliki siswa sebelumnya, serta kurang mewujudkan interaksi antara siswa dan fenomena sosial yang ada di lingkungan sekitar. Maka tidak heran apabila diakhir perkuliahan ditemukan indeks pretasi mahasiswa rendah.
Untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan, pendidikan tradisional yang sangat quantitatively-oriented and knowledge-based tidak lagi relevan. Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat; baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan. Untuk itu, pendidikan yang relevan saat ini harus bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni pebelajar menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni pebelajar belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni pebelajar belajar untuk menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama manusia. (Budimansyah (2003: 9).
Poses pembelajaran di perguruan tinggi tidak sebatas memberikan mata kuliah, materi maupun konsep-konsep penting, namun juga harus memberikan pengalaman belajar (Hamzah, 2014:55), dan hal tersebut dapat difasilitasi dengan penilaian portofolio. Penilaian portofolio memungkinkan adanya umpan balik karena karya yang terekam dalam file tidak hanya dikumpulkan lalu selesai begitu saja namun akan dianalisis secara kolaboratif dengan melibatkan dosen dan mahasiswa serta dapat digunakan untuk memantau perkembangan dan mendiagnosa kesulitan belajar mahasiswa.
Atas dasar itulah maka pembelajaran perlu menggunakan model inovatif yaitu model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa sebagai subjek belajar, peristiwa dan masalah sebagai sumber belajar, sedangkan dosen bertindak sebagai director of learning, yaitu pihak yang mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar. Salah satu model yang mampu mengembangkan hal-hal tersebut adalah Model Pembelajaran Berbasis Portofolio (Portfolio Based Learning). Confrey dalam Arnie Fajar (2002:46), mengemukakan bahwa; Inti dari kegiatan pendidikan adalah memulai pelajaran dari apa yang diketahui siswa. Diskusi adalah salah satu bentuk kondisi belajar yang menyediakan kesempatan agar semua siswa mau mengungkapkan gagasan, pengujian, dan hasil penelitian sederhana, demonstrasi dan peragaan prosedur ilmiah dan kegiatan praktis lain, memberi peluang siswa untuk mempertajam gagasannya. Konsep dapat mudah terbentuk pada diri siswa melalui aktivitas atau eksperimen.
Dalam proses pembelajaran diyakini bahwa untuk mempertahankan irama belajar siswa agar tidak menurun harus terdapat variasi proses dan cara belajar. Arnie Fajar (2002:75) menyebutkan bahwa ”kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka siswa akan mengingat hanya 20% karena siswa hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru/dosen meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.
Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio, disamping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh pengalaman atau terlibat secara mental. Pengalaman fisik dalam arti melibatkan siswa atau mempertemukan siswa dengan objek pembelajaran. Pengalaman mental dalam arti memperhatikan informasi awal yang telah ada pada diri siswa, dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun (merekonstruksi) sendiri-sendiri informasi yang diperolehnya
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan tulisan ini, mengidentifikasi pembelajaran berbasis portofolio. Seinring dengan pembelajaran perlu menggunakan model inovatif yaitu model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa sebagai subjek belajar, peristiwa dan masalah sebagai sumber belajar, sedangkan dosen bertindak sebagai director of learning, yaitu pihak yang mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar. Dengan teridentifikasinya konsep, prinnsip dan aplikasinya pembelajaran berbasis portofolio. Diharapkan dapat mahasiswa: memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri;-Tumbuhkembangnya kemandirian belajar; meningkatnya partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian, dan bukti refleksi diri. meningkatnya aktivitas dan hasil belajar.
B. Konsep Pembelajaran Berbasis Portofolio
1. Pengertian Portofolio
Secara etimologi, portofolio berasal dari dua kata, yaitu port (singkatan dari report) yang berarti laporan dan folio yang berarti penuh atau lengkap. Jadi portofolio berarti laporan lengkap segala aktivitas seseorang yang dilakukannnya (Erman S. A., 2003 dalam Nahadi dan Cartono, 2007). Paulson (1991) dalam Nahadi dan Cartono (2007) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian, dan bukti refleksi diri. Menurut Gronlund (1998: 159) portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang tertarik berkepentingan.
Secara umum portofolio merupakan kumpulan dokumen seseorang, kelompok, lembaga, organisasi, perusahaan atau sejenisnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Portofolio yang terkait dengan siswa sebagaimana yang dikemukakan Puckett dan Black (1994) serta Marsh (1996) seperti yang dikutip Diknas (2004: 3) mengatakan bahwa portofolio merupakan folder atau dokumen yang berisi contoh hasil karya siswa yang menurut siswa: (1) sangat berarti, (2) merupakan karya terbaik, (3) merupakan karya favorit, (4) sangat sulit dikerjakan, tetapi berhasil dan (5) sangat menyentuh perasaan, atau memiliki nilai kenangan. Jadi portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang menggambarkan kompetensi yang dicapai dalam belajar.
Menurut Fajar (2004) portofolio sebagai suatu proses sosial pedagogis adalah pengalaman belajar yang terpadu dan dialami mahasiswa sebagai suatu kesatuan (collection of learning experience) yang terdapat dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Sebagai sebuah kumpulan hasil pekerjaan mahasiswa, portofolio dapat dijadikan bukti untuk menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih, menampilkan karya, prestasi dan kemampuan peserta didik. Isi portofolio yang disusun oleh mahasiswa dapat disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa. Dalam hal ini penulis merancang isi portofolio siswa terdiri atas ringkasan materi, jurnal belajar, makalah kelompok, tugas kelompok, catatan hasil presentasi dan lembar refleksi diri akhir materi. Dengan menyelesaikan tugas-tugas tersebut dan menyusunnya ke dalam portofolio, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan reflektif serta memotivasi mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Portofolio sebagai kumpulan pekerjaan peserta didik yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih (Pantiwati, 2011, dalam Nuraeni, (2019:80) Kumpulan ini harus mencakup aktivitas peserta didik dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu eriode tertentu. Dalam hal ini, penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya mahasiswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh dosen dan mahasiswa sendiri. Portofolio sebagai salah satu alat penilaian autentik, telah dianjurkan untuk digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1985, dengan beberapa alasan, yakni: (a) memungkinkan siswa melakukan refleksi terhadap kemajuan belajarnya, (b) memungkinkan siswa memilih sendiri hasil karya yang menjadi isii Portofolionya dan memberi alasan mengapa hasil karya tersebut penting, (c) siswa harus mampu menunjukkan kemampuan berpikir dan keterampilannya, (d) memberi gambaran atas apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan siswa, (e) memungkinkan guru/dosen mengetahui hasil belajar yang penting menurut siswa, (f) menjadi bukti otentik hasil belajar siswa bagi siswa, orang tua dan masyarakat, Marsh (dalam Diknas, 2004: 4).
Portofolio bagi siswa merupakan bukti autentik dari hasil belajarnya, dan bagi guru/dosen dapat digunakan sebagai alat penilaian ketercapaian kompetensi siswa dan kompetensi diri sendiri, sedangkan bagi orang tua dan masyarakat merupakan merupakan bukti hasil belajar siswa secara nyata. Pada Kurikulum 2004, portofolio diposisikan sebagai tugas yang terstruktur. Portofolio berisi hasil karya siswa yang diberikan guru/dosen dan penyelesaiannya membutuhkan kemandirian dan keberanian siswa mencari dan bertanya mengenai tugas yang diberikan. Dengan demikian Portofolio hendaknya memenuhi tiga kriteria utama, yaitu: (1) pada dasarnya disusun oleh siswa, (2) memiliki kriteria penilaian yang jelas (explicit criteria), dan (3) menggambarkan pencapaian Kompetensi Dasar tertentu (Diknas, 2004: 5).
Berdasarkan isinya, jenis portofolio dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a) portofolio untuk beberapa/semua mata pelajaran, dan (b) portofolio untuk satu mata pelajaran (Diknas, 2004: 6). Portofolio untuk semua/beberapa mata kuliah menggambarkan profil kemampuan dari siswa. Portofolio ini berisi berbagai hasil karya siswa dari berbagai mata pelajaran. Jenis portofolio ini dapat dibuat siswa dengan bimbingan wali kelas atau guru/dosen kelas. Isi portofolio meliputi hal-hal berikut: (a) halaman muka dengan identitas siswa (nama, nomor, kelas), (b) daftar isi atau ringkasan dari portofolio yang menggambarkan isi portofolio, (c) hasil karya/prestasi siswa yang menjadi tugas portofolionya dan menurut siswa penting untuk disertakan sebagai isi portofolionya, dan (d) lembar catatan dan komentar guru/dosen .
2. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio.
a. Makna Model pembelajaran berbasis portofolio
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif (CBSA) dan cara mengajar guru/dosen aktif. Karena sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar guru/dosen dan siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan (Fajar, 2002:4). Sedangkan menurut Budiono (2001:1), model pembelajaran berbasis portofolio merupakan satu bentuk dari praktek belajar kewarganegaraan, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik.
Menurut Wayatt dan Looper (1999: 2) portofolio diartikan sebagai suatu koleksi yang sangat pribadi dari benda-benda hasil karya manusia yang cerdas dan refleksi dari suatu prestasi pembelajaran, kekuatan, dan kerja terbaik. Lebih lanjut dikatakan bahwa portofolio membantu siswa melihat apa yang mereka pikirkan, rasakan, kerjakan, dan perubahan dari sebuah periode waktu, Wayatt dan Loooper (1999: 31). Dari pengertian ini terlihat bahwa portofolio identik dengan kumpulan dari hasil karya siswa yang terbaik. Mengacu pada pengertian ini, maka portofolio siswa adalah sekumpulan informasi tentang kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran matematika berlangsung.
Di Amerika Serikat sejak tahun 1985 (Marsh, dalam Diknas, 2004: 4), telah dianjurkan portofolio sebagai salah satu alat penilaian autentik dengan beberapa alasan, yaitu; (a) memungkinkan siswa melakukan refleksi terhadap kemajuan belajarnya, (b) memungkinkan siswa memilih sendiri hasil karya yang menjadi isi portofolionya dan memberi alasan mengapa hasil karya tersebut penting, (c) siswa harus mampu menunjukkan kemampuan berpikir dan keterampilannya, (d) memberi gambaran atas apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan siswa, (e) memungkinkan guru/dosen mengetahui hasil belajar yang penting menurut siswa, (f) Menjadi bukti otentik hasil belajar siswa bagi siswa, orang tua dan masyarakat.
Model pembelajaran berbasis portofolio menurut Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2004:71) merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami materi perkulihan CE secara mendalam dan luas melalui pengembangan materi yang telah dikaji di kelas dengan menggunakan berbagai sumber bacaan atau refeerensi. Pengembangan materi dapat ditempuh dengan meninjau materi yang disajikan oleh dosen dari berbagai perspektif.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Portofolio :
Secra umum ciri-ciri model pembelajaran berbasis portofolio; Sebagai proses belajar mengajar diawali dengan isu atau masalah yang memerlukan suatu pemecahan (problem solving), Portofolio sebagai proses belajar dilakukan secara berkelompok. Dophan dalam Acep S. (1997:24) mengemukakan, ciri-ciri portofolio sebagai berikut:
- Ada keterlibatan langsung hasil kerja/karya siswa secara nyata,
- Mengumpulkan beberapa hasil kerja/karya yang terbaik,
- Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa,
- Memilih kriteria untuk menilai portofolio hasil kerja siswa,
- Mengharuskan siswa untuk menilai dirinya secara terus menerus berdasarkan hasil portofolionya,
- Menentukan waktu untuk membahas portofolio,
- Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses penilaian portofolio.
c. Tujuan Model pembelajaran berbasis portofolio
Secara umum, tujuan pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio dapat dihubungkan dengan 3 aspek tujuan yakni: untuk mengukur hasil belajar peserta didik adalah aspek kognitif; aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam beberapa taksonomi seperti taksonomi Bloom (aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor), taksonomi Solo (structure of Observed Learning Outcome) (level belajar pada aspek kognitif), taksonomi Madaus (aspek kognitif), taksonomi Harrow (aspek psikomotorik), dan taksonomi dari NLSMA (The National Longitudinal Study Of Mathematical Abilities). Yang dimaksud dengan taksonomi menurut Winkel adalah suatu sistem klasifikasi yang khusus berdasarkan hasil penelitian ilmiah mengenai hal yang digolong-golongkan dalam hal tersebut. (Tawil, 2014).
Melalui model pembelajaran portofolio mahasiswa tidak sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan saja, tetapi siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai. Disamping itu, siswa juga dapat memiliki sejumlah kecakapan hidup (life skills) berupa kemampuan berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain dan masyarakat atau lingkungan di mana ia berada (Budimansyah, 2002). Diane Coates mengakui bahwa Portofolio memberikan banyak keuntungan karena digunakan sebagai titik pertemuan antara pengajaran dan penilaian, dimana, keduanya menampilkan sebuah sinergi (Coates, 1995:1). Dalam model pembelajaran berbasis portofolio siswa dituntut untuk berpikir cerdas, kreatif, parsitipatif, prospektif dan bertanggung jawab. Secara rinci melalui model pembelajaran pembelajaran berbasis portofolio diharapkan siswa dapat:
- Memperoleh pengalaman yang lebih besar tentang masalah yang dikaji.
- Belajar bagaimana cara yang lebih kooperatif dengan orang lain untuk memecahkan masalah.
- Meningkatkan keterampilan dalam meneliti.
- Memperoleh pemahaman yang lebih baik.
- Belajar bagaimana berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah.
- Meningkatkan rasa percaya dirinya, karena merasa telah dapat memecahkan masalah. (Fajar, 2005:47).
Lebih spesifik Martinis Yamin, (2013: 189), mengidentifikasi tujuan dilaksanakanya pembelajaran portofolio adalah sebagai berikut:
- Menghargai dan memberi perhatian pada perkembangan hasil belajar siswa
- Dapat membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri pada siswa
- Dapat mendokumentasikan hasil proses pembelajaran yang sudah berlangsung.
Dengan demikian, peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang di kembangkan melalui pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Pada hakikatnya dengan pembelajaran berbasis portofolio, disamping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh pengalaman atau terlibat secara mental. Pengalaman fisik dalam arti melibatkan siswa atau mempertemukan siswa dengan objek pembelajaran. Pengalaman langsung dalam arti memperhatikan informasi awal yang telah ada pada diri siswa, dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun (merekonstruksi) sendiri-sendiri informasi yang sudah diperolehnya.
d. Peranan Portofolio dalam Pembelajaran
Model Pembelajaran Berbasis Portofolio adalah teori belajar konstruktivisme, yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa si pelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungannya. Prinsip yang paling umum dan paling esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme, bahwa dalam merancang suatu pembelajaran adalah anak-anak (siswa) memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah (kelas). Pemberian pengalaman belajar yang beragam memberikan kesempatan siswa untuk mengelaborasikannya.
Setiap portofolio harus memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting untuk ditampilkan. Tampilan portofolio berupa tampilan visual dan audio yang disusun secara sistematis, melukiskan proses berpikir yang didukung oleh seluruh data yang relevan. Secara utuh melukiskan “integrated learning experinces” atau pengalaman belajar yang terpadu dan dialami oleh siswa dalam kelas sebagai suatu kesatuan.(Mury Yusuf, 2001:3). Menurut Andi, (2011: 95), dalam Pembelajaran Berbasis Portofolio memungkinkan bagi siswa untuk:
- Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru/dosen atau dari bacaan dengan penerapannya sehari-hari.
- Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas. Baik informasi yang sifatnya bacaan, penglihatan, maupun orang/pakar/tokoh.
- Membuat alternatif untuk mengatasi topik yang dibahas.
- Membuat suatu keputusan sesuai kemampuannya yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya.
- Membuat rumusan yang akan dilakukan guna mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
Selain itu, portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru/dosen agar siswa memiliki kemampuan mengungkapkan dan mengekspresikan sebagai individu maupun kelompok.
e. Keungulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Hill dan Ruptic (1994: 6), memberikan beberapa makna tentang keunngulan portofolio, yaitu:
- Port adalah tempat atau dalam bahasa komputer bisa juga disebut falil, yang digunakan dan dapat dibawa kemana-mana, dan folio adalah sebuah kelompok kertas, sehingga Portofolio adalah kumpulan kertas atau data, yang dapat dibawa kemana-mana,
- Potofolio adalah sesuatu untuk memperlihatkan pekerjaan di dalamnya,
- Portofolio adalah tempat menyimpan benda-benda yang dapat ditinjau dari belakang,
- Portofolio adalah kumpulan benda-benda yang membanggakan yang memperlihatkan keberhasilan, dan
- potofolio adalah sebuah koleksi yang dapat disimpan untuk kehidupan anda.
Beberapa pengertian ini menunjukkan bahwa portofolio adalah kumpulan informasi dari seseorang berupa hasil-hasil karya yang membanggakan yang sangat bermakna yang diperoleh atau dilakukan selama hidupnya.
Zuriah (2003:2) menguatkan, bahwa model pembelajaran berbasis portofolio memungkinkan mahasiswa untuk:
- berlatih memadukan antara konsep/teori yang diperoleh dari penjelasan dosen atau dari buku referensi dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
- siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas/kampus baik informasi yang sifatnya benda/bacaan, penglihatan objek langsung, TV/radio/internet maupun orang/pakar/tokoh,
- membuat alternatif untuk mengatasi topik/objek yang dibahas,
- membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang ada di masyarakat, dan
- merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2004:71 ) berpendapat bahwa, “Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan suatu inovasi pemebelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami materi perkuliahan Civic Education secara mendalam dan luas melalui pengembangan materi yang telah dikaji di kelas dengan menggunakan berbagai sumber bacaan atau referensi.
Model ini memiliki beberapa keunggulan, seperti: (1) mampu mendorong keaktifan mahasiswa apabila pengambangan materi ditugaskan kepada mahasiswa secara mandiri atau kelompok kecil; (2) mendorong eksploasi materi yang relevan dengan pokok bahasan sehingga adapat diperoleh sejumlah dokumen bahan kuliah sebagai upaya perluasan pengetahuan mahasiswa dan dosen; (3) mudah dilakukan apabila tersedia perpustakaan yang memadahi, Compact Disc (CD) maupun internet; (4) sangat menguntungkan dalam keluasan pengetahuan karena melalui pengembangan materi yang beragam atas satu topik sejenis akan diperoleh sejumlah besar materi namun memiliki sudut pandang berbeda-beda; (5) dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi peserta didik, seperti belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), memberanikan diri untukberperan serta dalam kegiatan antara mahasiswa, antar-sekolah dan antar-anggota masyarakat; (6) mengacu pada sejumlah prinsip dasar pembelajaran, yaitu prinsip belajar mahasiswa aktif, (student active learning), kelompok belajar kooperatif (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik dan mengajar yang reaktif (reactive teaching)”.
Kelemahan pada penilaian portofolio, menurut Sanjaya (2008:370-371) meliputi: (1) memerlukan waktu dan kerja keras; (2) memerlukan perubahan cara pandang guru/dosen, masyarakat dan orang tua; (3) memerlukan perubahan gaya belajar, yang selama ini ditentukan oleh keberadaan guru/dosen; (memerlukan perubahan sistem pembelajaran.
Sebagai suatu inovasi, model penilaian berbasis portofolio dilandasi juga oleh; (1) Membelajarkan kembali (Re-edukasi). Menurut cara berpikir yang baru, menilai itu bukan memvonis siswa dengan harga mati, lulus atau gagal. Menilai adalah mencari informasi tentang pengalaman belajar peserta didik dan informasi tersebut dipergunakan sebagai balikan (feedback) untuk membelajarkan mereka kembali. (2)Merefleksi pengalaman Belajar. Merupakan suatu gagasan apabila penilaian dijadikan media untuk merefleksi (bercermin pada pengalaman yang telah siswa miliki dan kegiatan yang telah mereka selesaikan. Refleksi pengalaman belajar merupakan suatu cara untuk belajar, menghindari kesalahan di masa yang akan datang dan untuk meningkatkan kinerja (Budimansyah, 2002:109-110).
3. Prinsip-Prinsip Dasar Model Pembelajaran Berbasis Portofolio.
Secara umum, model pembelajaran ini memiliki landasan pemikiran yang kuat, yaitu membelajarkan kembali (Re-edukasi), dan merefleksi pengalaman belajar. Disamping Model pembelajaran berbasis portofolio memiliki prinsip dasar yang kuat seperti prinsip belajar siswa aktif, kelompok belajar kooperatif, pembelajaran partisipatorik, dan reactive teaching (Budimansyah, 2002: 5).
a. Prinsip Belajar Siswa Aktif
Proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio (MPBP) berpusat pada siswa. Dengan demikian model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktivitas siswa hampir di seluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan di lapangan, dan pelaporan. Dalam fase perencanaan aktifitas siswa terlihat pada saat mengidentifikasi masalah dengan menggunakan teknik bursa ide (brain storming). Setiap siswa boleh menyampaikan masalah yang menarik baginya di samping tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah terkumpul, siswa melakukan voting untuk memilih salah satu masalah dalam kajian kelas.
b. Kelompok Belajar Kooperatif
Prinsip ini merupakan proses pembelajaran yang berbasis kerjasama. Kerja sama antar siswa dan antar komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerja sama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama antar siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama. Semua pekerjaan disusun, orang-orangnya ditentukan, siapa mengerjakan apa, merupakan satu bentuk kerjasama itu.
c. Pembelajaran Partisipatorik
Model pembelajaran portofolio melatih siswa belajar sambil melakoni (learning by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa belajar hidup berdemokrasi. Sebab dalam tiap langkah dalam model ini memiliki makna yang ada hubungannya dengan praktek hidup demokrasi. Sebagai contoh pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memiliki makna bahwa siswa dapat menghargai dan menerima pendapat yang didukung suara terbanyak. Pada saat berlangsungnya perdebatan, siswa belajar mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menyampaikan kritik dan sebaliknya belajar menerima kritik, dengan tetap berkepala dingin.
d. Reactive Teaching
Penerapkan model pembelajaran berbasis portofolio, guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang seperti itu akan tercipta kalau guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi bagi kehidupan nyata. Demikian juga guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran selalu menarik, tidak membosankan. guru harus punya sensifitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa.
4. Paradigma baru pada pembelajaran Berbasi Portofolio
Paradigma baru pada pembelajaran Portofolio menghendaki inovasi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang dilakukan oleh guru Agama Islam dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan usaha atau kreatifitas guru dalam hal ini yaitu kebiasaan guru mengumpulkan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui pertanyaan, observasi, pemberian tugas, dan test. (Abdul Majid, 2004:190).
Agar pelaksanaan model pembelajaran berbasis Portofolio dapat berjalan dengan baik Budimansyah (2002:14), menetapkan lima langkah pembelajaran portofolio sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi Masalah
Pada tahap ini dosen bersama mahasiswa mendiskusikan tujuan dan mencari masalah yang terjadi pada lingkungan terdekat, misalnya masalah yang ada dalam keluarga, sampai dengan masalah lingkungan terjauh, misalnya masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarbangsa. Dalam mencari masalah ini, tentunya tidak boleh lepas dari tema atau pokok bahasan yang akan kaji.
b. Memilih Masalah untuk Kajian Kelas
Berdasarkan perolehan hasil wawancara dan temuan informasi tersebut, kelompok kecil supaya membuat daftar masalah, yang selanjutnya secara demokratis kelompok ini supaya menentukan masalah yang akan dikaji.
c. Mengumpulkan Informasi tentang Masalah yang akan Dikaji oleh Kelas
Pada langkah ini, masing-masing kelompok kecil bermusyawarah dan berdiskusi serta mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang akan banyak memberikan banyak informasi sesuai dengan masalah yang akan dikaji. Setelah menentukan sumber-sumber informasi, kelompok membagi ke dalam tim-tim peneliti, yang tiap tim peneliti hendaknya mengumpulkan informasi dari salah satu sumber yang telah diidentifikasi.
d. Mengembangkan Portofolio Kelas
Portofolio yang dikembangkan meliputi dua seksi, yaitu: (1) seksi penayangan, yaitu portofolio yang akan ditayangkan sebagai bahan presentasi kelas pada saat show-case; dan (2) seksi dokumentasi, yaitu portofolio yang disimpan pada sebuah map jepit, yang berisi data dan informasi lengkap setiap kelompok portofolio.
e. Penyajian Portofolio (Show-Case)
Setelah portofolio kelas selesai, kelas dapat menyajikannya dalam kegiatan show-case (gelar kasus) Kegiatan ini akan memberikan pengalaman yang sangat berharga kepada mahasiswa dalam hal menyajikan gagasan-gagasan kepada orang lain, dan belajar meyakinkan mereka agar dapat memahami dan menerima gagasan tersebut. Langkah ini diadakah hanya di hadapan para mahasiswa dan beberapa dosen yang dapat hadir, mengingat terbatasnya waktu.
f. Merefleksikan Pengalaman Belajar
Dalam melakukan refleksi pengalaman belajar siswa, guru/dosen melakukan upaya evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah mempelajari berbagai hal yang berkenaan dengan topik yang di pelajari sebagai upaya belajar kelas secara kooperatif. Penyajjian portofolio kelas kepada audien yang telah dilakukan, sangat bermanfaat dalam pelaksanaan refleksi ini, sebab pertanyaan-pertanyaan dan reaksi dari audien memberikan umpan balik yang penting bagi kelas. Setelah dilakukan evaluasi dari materi yang dibahas dalam pembelajaran, hasil kerja siswa yang berupa portofolio itu pun disimpan dan dijadikan dokumentasi bagi guru dan sekolah.
Secara teknis, pendekatan portofolio dimulai dengan membagi peserta didik dalam kelas ke dalam beberapa kelompok, lazimnya dilakukan menjadi 4 atau sesuai menurut keadaan dan keperluannya. Berdasarkan urutannya, setiap kelompok membidangi tugas dan tanggung jawab masing-masing, pada gambar berikut:
Gambar: 1 Pembgian Kelompok Portofolio
Sumber: dikembangka oleh Penulis
- Kelompok portofolio- I (satu)
Menjelaskan masalah. Dalam tugasnya, kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah mereka pilih untuk dikaji dalam kelas.
- Kelompok portofolio-II (dua)
Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk memecahkan masalah. Dalam tugasnya, kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan saat ini dan atau kebijakan yang dirancang untuk memecahkan masalah.
- Kelompok portofolio-III (tiga)
Membuat satu kebijakan publik yang didukung oleh kelas. Dalam tugasnya, kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu kebijakan publik tertentu yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta memberikan pembenaran terhadap kebijakan tersebut.
- Kelompok portofolio-IV (empat)
Membuat satu rencana tindakan agar pemerintah (setempat) dalam masyarakat mau menerima kebijakan kelas. Dalam tugasnya, kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat suatu rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana warga negara dapat mempengaruhi pemerintah (setempat) untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas. (Trianto, 2009: 276).
C. Penilaian Pembelajaran Berbasis Portofolio
1. Hakikat Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan seseorang. Penilaian portofolio merupakan proses yang berkelanjutan (yaitu, penilaian berkelanjutan), charting kemajuan siswa ke arah standar yang diharapkan di setiap keluar hasil belajar. Untuk masing-masing kandidat dalam mendapatkan keuntungan dari penilaian berkelanjutan, portofolio supervisor keharusan memiliki sesi review berkala untuk membahas penilaian dengan siswa dan memantau kemajuan siswa ke arah hasil belajar kurikulum. (Mokhtaria, 2015: 155).
Dalam sistem penilaian portofolio, guru/dosen membuat file untuk masin-gmasing peserta didik, berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar mereka dalam file portofolio, guru mengumpulkan bukti fisik dan catatan prestasi siswa, seperti hasil ulangan, hasil tugas mandiri, serta hasil praktikum. Selain prestasi akademik, isi file juga dapat dielaborasi dengan lembar catatan prestasi non akademik, yakni rekaman profilepeserta didik yang meliputi aspek kerajinan, kerapihan, ketertiban, kejujuran, kemampuan kerjasama, sikap, solidaritas, toleransi, kedisiplinan, prestasi olah raga, kesenian, kepramukaan, dan lain-lain. (Arifin, 2009: 198).
Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya peserta didik berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Semua tugas yang dikerjakan peserta didik dikumpulkan, dan diakhir satu unit program pembelajaran diberikan penilaian. Dalam menilai dilakukan diskusi antara peserta didik dan guru menentukan skornya. (Nazarudin, 2007: 186)
Penilaian portofolio berbeda dengan jenis penilaian lainnya. Penilaian portofolio adalah suatu pendekatan atau model penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu tugas melalui pengumpulan bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang dibangun oleh peserta didik, sehingga hasil pekerjaan tersebut dapat dinailai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu. Jadi, penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja peserta didik.
2. Tujuan dan Peran Penilaian Portofolio
Secara umum tujuan Penilaian portofolio sebagai alat formatif maupun sumatif: (1) Penilaian Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam merefleksi pembelajaran mereka sendiri. Portofolio seperti ini difokuskan pada proses perkembangan peserta didik dan digunakan untuk tujuan formatif dan diagnostik. (2)Penilaian portofolio sebagai alat sumatif ditujukan untuk penilaian pada akhir semester atau akhir tahun pelajaran. Hasil penilaian portofolio sebagai alat sumatif ini dapat digunakan untuk mengisi angka rapor peserta didik, yang menunjukkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. (Mahardika, 2018: 38).
Disamping itu, tujuan penilaian portofolio berfungsi unuk: (1) Penilain portfolio juga dapat digunakan untuk mendukung dan mendokumentasikan pengembangan pribadi, profesional, dan intelektual siswa; (2) Portofolio digital elektronik yang menyimpan konten visual dan auditori (termasuk teks, images, video, dan suara) untuk menunjukkan kompetensi dan refleksi dalam bidang pengetahuan untuk guru/dosen, kolega, profesional, atau komunitas. Platform ini tidak hanya sarana belajar untuk mendukung berbagai proses pedagogis dan penilaian purpos, tetapi juga menyangkut ruang virtual di web berdasarkan lingkungan. (Dergisi, 2009:213).
Pada hakikatnya, tujuan penilaian portofolio adalah untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat. Rapor merupakan bentuk laporan prestasi peserta didik dalam belajar dalam kurun waktu tertentu. Portofolio merupakan lampiran dari rapor, dengan demikian rapor tetap harus dibuat.
Secara khusus tujuan portofolio ditetapkan oleh apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan menggunakan penilaian portofolio tersebut. Fakta yang paling penting dalam portofolio adalah digunakannya penilaian tertulis (paper and pencil assessment), project, produck, dan catatan kemampuan (records of performance). Penilaian portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain:
- Menghargai perkembangan yang dialami peserta didik.
- Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.
- Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik.
- Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi.
- Meningkatkan efektifitas proses pengajaran.
- Bertukar informasi dengan sesama teman peserta didik dan lainnya.
- Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada peserta didik.
- Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.
- Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan.(Dergisi, 2009:215).
3. Fungsi Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio berngsi sebagai (1) Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik, tanggung jawab dalam belajar, perluasan dimensi belajar, dan pembaharuan proses pembelajaran; (2) sebagai alat pengajaran merupakan komponen kurikulum, karena potofolio mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan menunjukkan hasil kerja mereka; (3) sebagai alat penilaian otentik (authentic assessment); dan sebagai sumber informasi bagi siswa untuk melakukan self-assessment. (Surapranata & Hatta, 2004: 76).
4. Prinsip-prinsip Penilaian Portofolio
Dalam penilaian portofolio harus terjadi interaksi multi arah, yaitu dari guru ke siswa, dari siswa ke guru, dan dari siswa ke siswa. Depdiknas (dalam Mahardika, 2018:40), mengemukakan bahwa “pelaksanaan penilaian portofolio hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
a. Mutual trust (saling mempercayai)
Saling mempercayai, artinya jangan ada saling mencurigai antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Mereka harus sama-sama saling percaya, saling membutuhkan, saling membantu, terbuka, jujur, dan adil, sehingga dapat membangun suasana penilaian yang kondusif.
b. Confidentiality (kerahasiaan bersama)
Kerahasiaan bersama), artinya semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada, baik perorangan maupun kelompok, harus dijaga kerahasiaannya, tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada siapapun sebelum diadakan pameran. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik yang mempunyai kelemahan tidak merasa dipermalukan.
c. Joint Ownership (milik bersama)
Milik bersama), artinya semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada harus menjadi milik bersama antara guru dan peserta didik, karena itu harus dijaga bersama, baik penyimpanannya maupun
d. Satisfaction (kepuasan)
Satisfaction (kepuasan), artinya semua dokumen dalam rangka pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator harus dapat memuaskan.
d. Relevance (kesesuaian)
Kesesuaian, artinya dokumen yang ada harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
5. Jenis Penilaian Portofolio
Apabila dilihat dari jumlah peserta didik, maka penilaian portofolio dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu portofolio perorangan dan portofolio kelompok. Menurut Cole, Ryan, and Kick (1995) dalam (Mahardika, 2018: 42), portofolio dapat dibagi beberapa jenis, yaitu:
a. Portofolio Proses
Jenis portofolio proses menunjukkan tahapan belajar dan menyajikan catatan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu. Portofolio proses menunjukkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator yang dituntut oleh kurikulum, serta menunjukkan semua hasil dari awal sampai dengan akhir dalam kurun waktu tertentu. Portofolio proses untuk menolong peserta didik mengidentifikasi tujuan pembelajaran, perkembangan hasil belajar dari waktu ke waktu, dan menunjukkan pencapaian hasil belajar. Pendekatan ini lebih menekankan pada bagaimana peserta didik belajar, berkreasi, termasuk mulai dari draft awal, bagaimana proses awal itu terjadi, dan tentunya sepanjang peserta didik dinilai.
Salah satu bentuk portofolio proses adalah portofolio kerja (working portfolio) yaitu bentuk yang digunakan untuk memantau kemajuan dan menilai peserta didik dalam mengelola kegiatan belajar mereka sendiri. Peserta didik mengumpulkan semua hasil kerja termasuk coretan-coretan (sketsa), buram, catatan, kumpulan untuk rangsangan, buram setengah jadi, dan pekerjaan yang sudah selesai.
Portofolio kerja bermanfaat untuk memberikan informasi bagaimana peserta didik mengorganisasikan dan mengelola kerja, merefleksi dari pencapaiannya, dan menetapkan tujuan dan arahan. Informasi ini dapat digunakan untuk diskusi antara peserta didik dengan guru. Melalui portofolio kerja ini, dapat membantu peserta didik mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Informasi ini dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa. Keberhasilan portofolio kerja bergantung kepada kemampuan untuk merefleksikan dan mendokumentasikan kemajuan proses pembelajaran. Dalam portofolio kerja yang dinilai adalah cara kerja (pengorganisasian) dan hasil kerja. Adapun kriterianya antara lain:
- Adakah pembagian kerja diantara anggota kelompok ?
- Apakah masing-masing anggota bekerja telah sesuai dengantugasnya?
- Berapa besar kontribusi kerja para anggota kelompok terhadap hasil yang dicapai kelompok ?
- Adakah bukti tanggung jawab bersama ?
- Apakah kelengkapan data yang diperoleh telah sesuai dengan tugas anggota kelompok masing-masing?
- Apakah informasi yang diperoleh akurat ?
- Apakah portofolio telah disusun dengan baik ?
b. Portofolio produk
Jenis penilaian portofolio ini hanya menekankan pada penguasaan (materi) dari tugas yang dituntut dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator pencapaian hasil belajar, serta hanya menunjukkan evidence yang paling baik, tanpa memperhatikan bagaimana dan kapan evidence tersebut diperoleh. Contoh portofolio produk adalah portofolio tampilan (show portfolio) dan portofolio dokumentasi (documentary portfolio).
Penilaian protofolio produk atau dapat juga disebut penilaian kinerja ini dapat dikembangkan dan diaplikasikan misalnya dalam memberikan muatan ketrampilan pada siswa, maka siswa dalam mengaplikasikannya dengan beragam praktik kinerja seperti keterampilan memanen sayuran, merawat tanaman, dan mengemas/mengolah menjadi produk yang layak jual.
c. Portofolio Tampilan
Portofolio bentuk ini merupakan sekumpulan hasil karya peserta didik atau dokumen terseleksi yang dipersiapkan untuk ditampilkan kepada umum. Misalnya, mempertanggungjawabkan suatu proyek, menyelenggarakan pameran, atau mempertahankan suatu konsep. Bentuk ini biasanya digunakan untuk tujuan pertanggungjawaban (accountability). Aspek yang dinilai dalam bentuk ini adalah:
- Signifikansi materi: apakah materi yang dipilih benar-benar merupakan materi yang penting dan bermakna untuk diketahui dan dipecahkan? atau seberapa besar tingkat kebermaknaan informasi yang dipilih berkaitan dengan topik yang dibahasnya?
- Pemahaman: seberapa baik tingkat pemahaman siswa terhadap hakikat dan lingkup masalah, kebijakan, atau langkah-langkah yang dirumuskan?
- Argumentasi: apakah siswa atau kelompok siswa dalam mempertahankan argumentasinya sudah cukup memadai?
- Responsifness (kemampuan memberikan respon): seberapa besar tingkat kesesuaian antara respon yang diberikan dengan pertanyaan?
- Kerjasama kelompok: apakah anggota kelompok turut berpartisipasi dalam penyajian? Adakah bukti yang menunjukkan tanggung jawab bersama? Apakah para penyaji menghargai pendapat orang lain? Adakah kekompakan kerja diantara para anggota kelompok?
d. Portofolio Dokumen
Portofolio dokumen menyediakan informasi baik proses maupun produk yang dihasilkan oleh peserta didik. Model portofolio ini sangat bermanfaat bagi peserta didik dan orang tua untuk mengetahui kemajuan hasil belajar, kelebihan dan kekurangan dalam belajar secara perorangan. Berdasarkan dokumen ini, baik peserta didik maupun guru dapat melihat:
- Proses apa yang telah diikuti?
- Kerja apa yang telah dilakukan?
- Dokumen apa yang telah dihasilkan?
- Apakah hal-hal pokok telah terdokumentasikan?
- Apakah dokumen disusun berdasarkan sumber-sumber data masing-masing?
- Apakah dokumen berkaitan dengan yang akan disajikan?
- Standar atau kompetensi mana yang telah dicapai sampai pada pekerjaan terakhir?
Indikator untuk penilaian dokumen itu antara lain: kelengkapan, kejelasan, akurasi informasi yang didapat, dukungan data, kebermaknaan data grafis, poster dan kualifikasi dokumen.
D. PENUTUP
Secara umum portofolio merupakan kumpulan dokumen seseorang, kelompok, lembaga, organisasi, perusahaan atau sejenisnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa. Karena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.
Pembelajaran berbasis portofolio memposisikan siswa sebagai titik sentralnya (student oriented). Dalam proses pembelajaran siswa harus dimotivasi untuk mau dan mampu melakukan sesuatu untuk memperkaya pengalaman bekerjanya dengan lebih mengintensifkan interaksi dengan lingkungannya. Dengan interaksi ini diharapkan mam pu membangun pemahaman terhadap dunia sekitar, kepercayaan diri dan kepribadian siswa yang paham akan keanekaragaman yang ada gilirannya dapat tumbuh sikap positif dan perilaku toleran terhadap kebinekaan dan perbedaan pola kehidupan.
Dengan demikian pembelajaran portofolio merupakan model pembelajaran partisipatorik, yaitu belajar sambil menjalankan (learning by doing) dengan proses sebagai berikut (1) mengidentifikasi masalah; (2) memilih masalah sebagai bahan kajian kelas; (3) mengumpulkan informasi masalah yang akan dikaji; (4) mengembangkan portofolio kelas; (5) menyajikan portofolio; dan (6) merefleksikan pengalaman belajar.
Penilaian Portofolio dimaknai sebagai kumpulan karya siswa yang di susun secara sistematis secara terorganisir sebagai hasil dari usaha pembelajaran yang telah dilakukanya dalam kurun waktu tertentu. Penilaian portofolio bertujuan sebagai alat formatif maupun sumatif. Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dari hari kehari dan untuk mendorong peserta didik dalam merefleksi pembelajaran mereka sendiri. Penilaian portofolio sebagai alat sumatif ditujukan untuk penilaian pada akhir semester atau akhir tahun pelajaran
Secara teknis (1) Jenis penilaian portofolio proses digunakan menunjukkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator yang dituntut oleh kurikulum, serta menunjukkan semua hasil dari awal sampai dengan akhir dalam kurun waktu tertentu. (2) Jenis penilaian portofolio produk menekankan pada penguasaan (materi) dari tugas yang dituntut dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator pencapaian hasil belajar, serta hanya menunjukkan evidence yang paling baik, tanpa memperhatikan bagaimana dan kapan evidence tersebut diperoleh. (3) Jenis penilaian portofolio tampilan digunakan untuk tujuan pertanggungjawaban (accountability). (4) Penilaian portafolio dokumen berguna untuk mengetahui kemajuan hasil belajar, kelebihan dan kekurangan dalam belajar secara individu maupun kelompok.
REFERENSI
Abdul Majid, (2004), Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi, Bandung: Rosda Karya.
Andi (2011). Wealth Management. Yogyakarata: Andi Offset
Arends, Richard. (1997). Classroom Instructional and Management. New York: MCGraw-Hill.
Bagus Mahardika, (2018). Penerapan Metode Penilaian Berbasis Portofolio Dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Elementary. 4: 1 (Juni 2018), 22-46.
Boediono. (2002). Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Buchori, M. (2000). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Budimansyah, D. (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian BerbasisPortofolio. Bandung: Genesindo.
Budiningarti, Hermin.(1998). Pengembangan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawpada Pengajaran Fisika di SMU. Tesis. Surabaya: PPs IKIP Surabaya.
Delors, J. (1996.) Learning: The Treasure Within. France: UNESCO Publishing.
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip desain pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Diknas. (2004). Pedoman Penilaian dengan Portofolio. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2002. Modul Acuan Proses Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Fajar, Arni. (2002). Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hamzah, A. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hill, Bonnie Campball and Cynfia Ruptic. (1994). Practical Aspects Of Authentic Assessment: Putting The Pieces Togather. Washington: MCGraw-Hill.
Joyce, Bruce and Marshal Weil. (1996). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Krulik and Reys. (1980). Problem Solving in School Mathematics. Washington DC: NCTM.
Lahmer Mokhtaria, (2015) “The Use of Portfolio as an Assessment Tool,” International Journal Of Scientific &LorraineTechnology Research 4: 7 (Juli, 2015). 133-147.
Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah. (2004), Direktori Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), Yogyakarta: Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah.
Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah. (2007). Buku Metode Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Teaching Method for Civic Education) di Perguruan Tinggi Muhammadiyah, Draft, belum diterbitkan
Marhaeni, A.A.I.N. 2005. Pengaruh Asesmen Portofolio dan Motivasi Berprestasi terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris (disertasi tak dipublikasikan), Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
__________________. (2006). Menggunakan Asesmen Otentik dalam Pembelajaran. Makalah disampaikan dalam pelatihan pembelajaran bagi pengajar-pengajar SMA Negeri 1 Denpasar tanggal 19 Agustus 2006
__________________. (2006). Menggunakan Pembelajaran Kontekstual di SMP. Makalah disampaikan dalam workshop tentang pembelajaran di SMP Negeri 1 Negara, tanggal 31 Juli 2006.
Martinis Yamin, 2013, Profesionalisasi Guru dan Implementasi, Jakarta: eferensi(GP Press Group), h.189
Millan,Mc & Schumacher,S., 2001. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Kencana Prenada Media Group.Research in Education, London : Longman.
Mury A. Yusuf, Strategi Pembelajaran dan Evaluasi Program (Perguruan Islam) Berbasis Budaya Minangkabau dan Barat, disampaikan pada SEMILOKA Pesantren Bersejarah (Perguruan Islam) Minangkabau di Sumatera Barat, 17-19 Januari, 2001 di Bukit Tinggi, h. 3
Nahadi dan Cartono. (2007). Metode dan Pendekatan dalam Pembelajaran Sains. Program. Doktor Pendidikan IPA Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan.
Nazarudin, (2007). Manajemen Pembelajaran Implementasi Konsep, Karakteristik Dan Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum. Yogyakarta: Teras,), 186.
Nitko A.J. (1996). Educational Assessment of Students, 2nd Ed. Columbus Ohio : Prentice Hall.
O’Malley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company.
Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn and Bacon.
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005). Student Self-Evaluation: What Research Says and What Practice Shows. Internet download.
Ruseffendi, E. T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung: Tarsito.
Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.
Sanjaya, W., (2008). Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran , Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Saripuddin, Udin W dan T. Sukamto. 1996. Teori-teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. PAU untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Jakarta: Ditjen DIKTI.
Sujana. D(1989). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Karunia.
Sumana Surapranat, Muhamad Hatta, (2006) Penilaian portofolio implementasi kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sumarna Surapranata dan M. Hatta, (2004) Penialain Portofolio implementasi Kurikulum Bandung: Remaja Rosdakarya,
Tawil, Muh dan Liliasari (2014). Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam pembelajaran IPA. Makasar: Badan Penerbit UNM
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group.
Uluslararası dan Ara Tırmalar Dergisi, (2009). “The Effects of Portfolio Assessment on Reading, Listening And Writing Skills of Secondary School Prep Class Students,” The Journal of International Social Research. 2: 9 (September, 2009). 515
Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You Have to Have A Portfolio, a Teacher’s Guide to Preparation and Presentation. California: Corwin Press Inc.
Zainal Arifin, (2009). Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zuriah, N. (2003). Portofolio dan Penerapannya dalam Pembelajaran CE, Makalah disampaikan dalam Pelatihan Stakholders Pengembangan Civic Education di Perguruan Tinggi Muhammadiyah, 4-8 Agustus 2003.