Terampil Membangun Kelompok Belajar

TERAMPIL MEMBANGUN BUDAYA BELAJAR KELOMPOK PADA MASA WFH COVID-19

(Empat Pilar untuk ngantarkan Kelompok belajar yang Luar biasa, efektif dan Prestatif)

PERMISI

ering terdengar keluhan dari beberapa kerabat kita tentang kerja kelompok dan sistem kerja mereka? “Kerja atau belajar kelompok satu kerja, lain halnya dengan maen berkelompok” Kenapa bisa terjadi fenomena perpecahan diantara satu team? Padahal tujuan mereka sama sama ingin menyelesaikan tugas dan mendapatkan nilai. Kasus keluhan-keluhan anak maupun mahasiswa soal ketidakkompakan saat berkumpul atau bekerja dalam team/kelompok adalah salah satu soal yang belum terselesaikan hingga saat ini faktanya tugas-tugas kelompok sering dikejakan dan (ditekel) oleh satu orang saja, diakui maupun tidak itu sudah menjadi fakta yang lazim ditemukan. Terlebih, saat ini sedang dibatasi dengan aturan-aturan yang tidak membolehkan bekelompok secara fisik dengan jumlah yang bersekala besar, sangat memunkintan untuk itu. seiring dengan terbitnya Permendikbud No 44 Tahun 2019, mengatur tentang PPDB 2020. Pelaksanaan PPDB 2020 dilaksanakan secara transparan, akuntabel, objektif, berkeadilan, dan non diskriminatif. Dinas pendidikan dan sekolah menyiapkan mekanisme PPDB sesuai protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19, termasuk mencegah berkumpulnya siswa dan orang tuan secara fisik di sekolah. (Albertus, 2020).

          Padahal pembelajaran social awareness termasuk belajar berkelompok, dalam kontek ini termasuk berkelompok fisik, selalu diperlukan dalam pendidikan, namun implementasinya belum sepenuhnya berhasil. Kesadaran sosial adalah representasi jiwa seseorang akan dirinya sendiri dan orang lain. (Wegner & Guiliano, 1982 dalam Dijksterhuis, at.al., 2008). Prasolova-Forland 2002. (dalam Izzuddin, 2018),  mengemukakan bahwa kesadaran sosial berhubungan dengan kewaspadaan seseorang terhadap situasi sosial yang dialami oleh diri sendiri dan orang lain, sehingga individu dapat menjadi tahu dan menyadari hal-hal yang terjadi di sekelilingnya, seperti mengenai apa yang orang lain lakukan, apakah seseorang terlibat dalam suatu percakapan dan dapat diganggu, siapa saja yang berada di sekitar, dan keadaan apa yang sedang terjadi.

          Kesadaran sosial dapat dilihat sebagai sebuah presentasi dari persepsi individu tentang informasi yang berhubungan dengan tujuan sosialnya (Sheldon, 1996). Postmes, Spears, dan Cihangir 2000, (dalam Irwansyah, 2018), membuktikan bahwa dalam upaya untuk mempengaruhi orang lain, seseorang cenderung memberikan perhatian khusus tentang bagaimana orang lain menilai dirinya, sehingga orang tersebut dapat menyesuaikan diri dengan bentuk partisipasi yang sesuai untuk dilakukan, dan kemudian secara perlahan akan mempengaruhi penilaian orang lain terhadap dirinya dalam lingkungan sosial tersebut.

          Keharusan adanya kesaaran diri bahwaa kita adalah “mahluk sosial” itu sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya social awareness dalam diri kita membuat kita lebih mudah dalam menjalani kewajiban dan hak kita sebagai mahluk sosial dan tentunya membuat kita lebih memahami ralitas dalam masyarakat sosial. Social awareness ini tidak hanya untuk individu tapi juga berlaku untuk kesadaran bersama. Keselarasan antara sosio-emosional anak dengan social awareness anak/siawa  baiknya dibina sejak dini, namun tetap berlanjut hingga dewasa. Karena Keseimbanhan antara sosio-emosinal dan social awareness menciptakan pribadi anak yang dinamis dan luwes, bergaul dengan empati dan dapat menempatkan keperluan pribadi dan kelompok dengan lebih tepat

          Artikel ini bertujuan membahas premis/pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan “Kelompok yang efektif dan prestatif”. Dalam menangani premis semacam itu, makalah ini mengkaji kesamaan apa yang dimiliki kelompok kerja tersebut dengan merinci empat ‘pilar’ utama yang terlibat dalam pilar-pilar ini adalah konsep kepemimpinan dan pengembangan budaya kerja kelompok yang tepat. Membangun tema memimpin perubahan, artikel ini akan memberikan wawasan tentang bagaimana ‘perubahan’ dapat berhasil diterapkan pada kelompok belajar ketika kepemimpinan difokuskan pada hal-hal yang penting. Hal ini berangkat dari sebuah ungkapan yang pernah dikatakan oleh Lewis Carroll, Alice in Wonderland. (dalam Fajar Andalas 2017); Beliu mengatakan, bahwa: “Tolong, beri tahu saya, ke mana saya harus pergi dari sini?” “Itu tergantung pada di mana Anda ingin pergi.” “Aku tidak peduli di mana…” Maka tidak masalah ke mana kamu pergi.” Para pemimpin yang efektif punya rencana. Visi untuk belajar. Mereka tahu ke mana mereka ingin pergi. Pemimimpin/guru, yang efektif punya rencana. Visi untuk belajar di kelas/kelompok mereka. Mereka tahu apa yang perlu diketahui dan dilakukan oleh anggota kelompok mereka. Kelompok yang luar biasa penuh dengan pemimpin/ketua kelompok yang efektif, dan memiliki budaya belajar yang positif.

          Terlepas dari beberapa persoalan di atas, tiadalain memberikan motivasi kepada mahasiswa melekat dengan tugas fungsi seseorang diberi kewenangan untuk mengantarkan mahasiswa agar mencapai prestasi yang optimal.

KONSEP MEMBANGUN BUDAYA BELAJAR KELOMPOK YANG EFEKTIF DAN PRESTATIF

A. Belajar dari Kelompok-kelompok yang Luar Biasa

          Kelompok yang luar biasa berbeda dalam konteks, sejarah dan desain mereka. Yang mengatakan, bukti penelitian dan inspeksi menunjukkan mereka memiliki banyak kesamaan kualitas. Penelitian tentang lembaga/organisasi yang telah membuat pergeseran ke luar biasa mengidentifikasi aspek-aspek kunci dari proses metamorfosis menjadi lembaga yang luar biasa (lihat Hargreaves, Boyle & Harris, 2014; Robinson, Hohepa, & Lloyd, 2007; Madden, 2012; Lynch, 2012; Lynch, et al, 2015; Lynch dan Madden, 2014). Ditambah dengan penelitian ini dan pengalaman saya sendiri dalam mendorong perbaikan lembaga atau kelompok kerja. Serta disarankan pula  oleh Jake Madden (2017), ada empat tema yang dapat mengantarkan kelompok menjadi luar biasa, anta lain:

1. Konsistensi dan kreativitas dalam mengajar

          Kelompok kerja yang luar biasa memiliki sistem dan pendekatan yang menjamin bahwa mayoritas pengajaran di kelas setidaknya baik, dan biasanya sangat baik. Sistem dan pendekatan ini berbasis bukti; mereka menghindari opini atau menebak pekerjaan. Para pemimpin senior di antara mereka memiliki peran pemantauan yang memungkinkan mereka untuk percaya diri dalam pengetahuan mereka tentang kualitas profesional semua guru di sekolah. Setelah konsistensi dicapai dengan andal, penekanannya adalah pada peningkatan frekuensi pembelajaran yang benar-benar pengalaman belajar yang menyenangkan bagi guru dan siswa. Dengan menggunakan penilaian formatif atas karya siswa dan dimoderatori di sekolah, gambar yang bagus tentang kemajuan siswa disediakan. Artefak pembelajaran siswa dirayakan.

2. Panduan yang Dipersonalisasi

        Kelompok kerja yang luar biasa menyediakan pamduan/petunjuk dan sejenisnya, yang disesuaikan untuk untuk kepentingan anggota kelompok/individu sehingga setiap individu kelompok memiliki jalur individu yang dipandu oleh oleh pimpinannya/gurunya/pembimngnya dan bekerja sama dengan dengan baik. Penilaian berkelanjutan memungkinkan modifikasi tugas belajar yang sedang berlangsung. Pengumpulan data seperti itu memungkinkan para pimpinan/guru/pembina untuk secara konstan meninjau pembelajaran anggota/siswa dan memberikan strategi pengajaran yang diperlukan untuk membantu membangun fase selanjutnya dari rencana kerja/pembelajaran siswa/anggotanya.

3. Keterlibatan Anggota Kelompok

          Kelompok kerja berprestasi melihat diri mereka sebagai mitra aktif dalam kehidupan dan pekerjaan kelompok, bukan sebagai konsumen pasif dari produk yang sudah direncanakan. Rasa kemitraan ini diwujudkan melalui partisipasi siswa dalam ulasan rutin tentang pekerjaan dan kemajuan mereka, dan melalui perhatian yang tulus bahwa staf membayar pendapat mereka tentang semua aspek kegiatan dan kelompok/organisasi sekolah. Suara anggota kelommpok dapat didengar melalui pemimpinnya, melalui pengaruh perwakilan mereka dalam pengangkatan staf, atau melalui sistem di mana siswa menilai efektivitas guru mereka.

4. Hubungan dengan Dunia Luar

          Kelompok kerja yang luar biasa mempertahankan hubungan yang saling produktif dengan dengan sesama dan komunitas lokal yang lebih luas. Sistem komunikasi mereka sangat baik. Dukungan Orang tua/keluarga terdekat memiliki pengaruh tulus terhadap kebijakan dan prosedur kelompok kerja. Para pengurus kelompok (ketua/sekretaris dan sejenisnya) yang luar biasa memahami peran strategis mereka dalam memengaruhi atau menegaskan arah keseluruhan sekolah, sambil memberi ruang bagi para pemimpin senior ruang mereka untuk melaksanakan rencana strategis. Kelompok kerja berprestasi sering memberikan bimbingan dan membimbing kelompok lain yang ingin meningkat.

          Budaya kelompok/staf yang hebat tidak terjadi begitu saja atau disulap oleh pemimpin yang dinamis dan karismatik; mereka datang dari sejumlah tindakan kecil yang konsisten yang menyatu dan menciptakan fondasi yang kuat. Dari merekrut staf baru hingga interaksi sehari-hari dan obrolan cepat ketika melewati koridor, para pemimpin yang luar biasa menjaga telinga mereka ke tanah untuk memastikan komunitas staf yang positif, terlibat, dan kuat. Mereka mendorong para anggotanya untuk merenungkan praktik mereka dan untuk menantang ide-ide mereka. Singkatnya, membangun kelompo kerja/belajar yang luar biasa dimulai dengan memiliki memiliki pimpinan kelompok yang luar biasa.

B.  Kepemimpinan Inspirasional

          Pimpinan Inspirasional/Pemimpin kelompok yang luar biasa memiliki visi jangka panjang yang menyeluruh tentang apa sekolah mereka dan telah menerjemahkan visi itu ke dalam prakarsa yang praktis dan berhasil dengan berkonsultasi dengan staf dan pemimpin senior (Robinson, Lloyd & Rowe, 2008). Mereka tahu cara menunjuk orang-orang hebat ke posisi kepemimpinan lain di sekolah, dan kemudian memercayai mereka untuk melakukan pekerjaan mereka; distribusi kepemimpinan adalah normal. Sementara mendorong inovasi dan pengambilan risiko yang terukur pada bagian staf, mereka tanpa kompromi dalam mengatasi kinerja mengajar yang buruk. Mereka mempromosikan suasana kebanggaan percaya diri dalam budaya sekolah. Mereka memenuhi peran mereka sebagai wakil kelompok dalam hubungannya dengan komunitas yang dilayaninya. Begitu pula pemimpin kelompok memiliki staf, poin berikutnya adalah membangun budaya staf yang positif dengan maksud untuk memanfaatkan bakat kolektif dan fokus pada ”mengajar dan belajar”.

          Lance Scretan (1999) dalam bukunya Inspirational Leadership menyebutkan bahwa seorang pemimpin harus dapat merasakan inspirasi sebelum dia dapat menginspirasi orang lain. Ini berarti bahwa makna inspirasi adalah pemahaman mendalam dan lebih dari sekadar motivasi. Jadi, setiap peristiwa dan pengalaman yang terjadi akan menjadi spirit dan akan masuk ke bagian terdalam diri seseorang. Hal inilah yang dapat menimbulkan inspirasi dan menjadikannya suatu energi untuk melakukan sesuatu. Pemimpin yang seringkali memberikan stimulus-stimulus yang positif yang dapat menggugah sisi kreativitas, menanamkan, menghidupkan dan menstimulasi pengaruh positif yang mampu meningkatkan orang yang dipimpinnya maka dia dapat dikategorikan sebagai pemimpin yang inspirasional.

          Sebagai sosok yang mampu menginspirasi baik dirinya maupun orang lain, pemimpin harus tahu apa yang menjadi tujuan. Tujuan tersebut tentunya akan dapat memunculkan inspirasi-inspirasi dan memberikan energi untuk meraih apa yang diinginkannya. Oleh karena itu, seorang pemimpin perlu memiliki dan menggunakan kekuatan pada visualisasi dan kekukuhan dalam menggapai tujuannya.

          Hasil survei dari program Partnerships with People dengan 100 Best Companies to Work For (Department of Trade and Industry-UK, 2004) menyebutkan bahwa untuk menjadi inspirational leadership terdapat enam unsur dasar yaitu genuinely care about their people, involve everybody, show lots of appreciation, ensure work is fun, show real trust, dan listen a lot.

1. Tunjukan kepedulian terhadap anggota

         Kepedulian pemimpin pada orang lain dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh sehingga dapat dirasakan oleh orang yang ada di sekitarnya. Seorang pemimpin yang inspirasional akan mampu menunjukkan hal tersebut walau tanpa bahasa verbal. Sikap dan perilakunya orang yang ada di sekitarnya akan merasakan kesungguhan dan keikhlasannya.

2.  Libatkan Semua orang

          Dalam pelaksanaan memimpin suatu institusi ataupun organisasi apa pun, seorang pemimpin tentu akan membutuhkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Kesuksesan pemimpin sangat dipengaruhi oleh peran serta orang-orang yang ada di belakang layar kepemimpinan. Keterlibatan orang yang ada dalam timnya merupakan bagian dari kunci suksesnya. Tidak ada pemimpin yang sukses tanpa melibatkan orang lain. Untuk dapat melibatkan orang lain, seorang pemimpin perlu memiliki kemampuan untuk menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang yang membantu dan mendukungnya, sehingga dapat membuat kedua pihak memiliki keterlibatan dalam melakukan suatu pekerjaan.

3. Tunjukan banyak penghargaan

          Pemimpin yang menginspirasi memiliki kecenderungan untuk selalu memberikan apresiasi kepada orang yang dipimpinnya. Bentuk apresiasi yang sepatutnya ditunjukkan oleh seorang tidak terbatas hanya yang sifatnya material, meskipun memang diakui hal tersebut juga merupakan bentuk reward yang penting. Akan tetapi, seorang pemimpin juga memberikan apresiasi yang sifatnya lebih kepada behavior dalam arti yang luas, seperti sikap, motivasinya kepada orang yang dipimpin.

4.  Pastikan pekerjaan itu menyenangkan

          Bekerja merupakan hal yang menyenangkan, itulah yang perlu ditularkan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin seharusnya sudah lebih dulu memandang dan bersikap bahwa dia menikmati pekerjaan yang dilakukannya. Behaviour atau perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin tersebut akan menginspirasi dan menjadi role model bagi orang yang dipimpinnya.

5.  Tunjukkan kepercayaan nyata

          Pemimpin yang menginspirasi mampu untuk memberikan kepercayaan kepada orang-orang yang dipimpinnya.  Kepercayaan yang perlu ditunjukkan semestinya sesuai dengan tanggung jawab yang menjadi tugas dari orang yang dipimpin. Hal ini berarti si pemimpin pun harus memahami apa yang akan, sedang dilakukan bawahannya sehingga dia tahu seperti apa hasilnya.  Melalui kepercayaan yang diberikan oleh seorang pemimpin, ini menunjukkan bahwa pemimpin pun harus memiliki keyakinan dengan kualitas dan kredibilitas bawahannya. Bila hal tersebut dirasakan oleh anggotanya maka dapat menginspirasi mereka menjadi sesuai atau lebih dari yang diharapkan oleh pemimpinnya.

6.  Dengarkan kebutuhan orang banyak

          Mendengarkan merupakan faktor utama bagi seorang pemimpin. Mendengarkan tidak selalu yang berkaitan dengan bahasa verbal tetapi bahasa non-verbal juga sangat penting untuk dipahami. Bahkan, seorang pemimpin harus mampu menjadi pendengar yang baik agar dapat mendengar kebutuhan orang yang dipimpinnya.

          Enam unsur tersebut menjadi bagian dari pembentukan diri seorang pemimpin agar menjadi pemimpin yang mampu memberikan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya. Selain itu pemimpin yang menginspirasi adalah pemimpin yang juga memiliki pemahaman terhadap siapa dirinya, apa yang akan dilakukan, bagaimana dia dapat memberikan inspirasi dan bagaimana dia dapat mewujudkan tujuan yang ingin diraih saat dia memimpin.

C.  Upaya Membangun dan Memeihara Budaya Kelompok

          Upaya Membangun dan memeihara Budaya Staf, disarankan pula oleh Jake Madden (2017), ada empat tema yang dapat mengantarkan kelompok menjadi luar biasa, dipusatkan pada empat pilar berikut seperti yang digambarkan pada Gambar 1:

Gambar 1: Empat Pilar untuk Membangun dan Memelihara Budaya Kelompok yang Positif

Sumber: diadaftasi dari Jake Madden (2017) dikembangkan oleh Penulis

          Gambar 1 diatas, mengidikasikan Empat Pilar untuk Membangun dan Memelihara Budaya Kelompok yang Positif. Mari kita uraikan secara singkat setiap pilar:

1.    Pilar 1. Loyalitas dan Komitmen

          Hubungan positif menopang keberhasilan suatu organisasi dan melalui hubungan itulah staf terikat dan terhubung satu sama lain. Membangun lingkungan di mana staf berkualifikasi tinggi tertarik dan dipertahankan umumnya menunjukkan tenaga kerja yang berkomitmen tinggi, dan setia. Guru yang berkomitmen dan loyal memperkuat motivasi guru untuk bertindak demi kepentingan terbaik sekolah tempat mereka bekerja.

2.    Pilar 2. Transparansi & Efisiensi.

          Semakin banyak guru didorong untuk bekerja dalam komunitas pembelajaran profesional, tim data, dan struktur lain yang dimaksudkan untuk mendorong guru untuk bekerja sama membongkar kurikulum, merencanakan pengajaran, menilai pembelajaran, menganalisis data, merevisi instruksi, menganalisis kembali data, dan kemudian mengevaluasi dampaknya. strategi pengajaran individu. Semakin kita berkolaborasi, kita menjadi lebih transparan dalam tindakan dan pengambilan keputusan. Ini memungkinkan orang tua dan pemangku kepentingan lainnya peluang yang lebih besar untuk melihat apa yang terjadi di ruang kelas.Menjadi lebih transparan dalam pekerjaan yang dilakukan pendidik di sekolah, data yang mereka kumpulkan dan hasil tindakan mereka membantu dalam meningkatkan efisiensi sekolah.

3.    Pilar 3. Kepercayaan

          Penelitian menyoroti bahwa kurangnya kepercayaan dalam lingkungan keompok/sekolah mengarah pada pelepasan staf dalam pekerjaan mereka (mengajar dan belajar), (Park, Lim & Ju, 2016). Hal ini pada gilirannya menumbuhkan moral rendah yang sering menurunkan komitmen seseorang terhadap organisasi/kelompok. Pada akhirnya, produk dari kurangnya komitmen adalah penurunan nilai produktivitas. Tanpa upaya yang terarah dan konsisten untuk menumbuhkan kepercayaan dan membangun hubungan yang kuat di setiap langkah, bahkan proses keterlibatan yang dirancang terbaik dan penuh pertimbangan akan hampir pasti gagal atau gagal jauh dari keberhasilan yang ingin dicapai oleh para pemimpin kelomok/ organisi/ sekolah.Ketika Anda memiliki hubungan saling percaya antara anggota tim dan pemimpin mereka, Anda memiliki dasar untuk menciptakan tenaga/anggota kerja yang terlibat, berkomitmen, dan berkinerja tinggi, sebuah kelompok/organisasi/sekolah yang sukses di mana semua orang bekerja bersama secara efektif menuju tujuan, bahasa Rektor UIN Bandung “bekerja sama” “sama-sama kerja”. Itu sering diunkan dalam even-even penting.Kuncinya adalah agar kepercayaan ada, orang lain harus memilih untuk membuat diri mereka rentan terhadap pemimpin mereka dengan mengambil risiko atas permintaan mereka.

4.    Pilar 4. Kerja Sama Tim

          “Bersama adalah awal. Tetap bersama adalah kemajuan. Bekerja bersama adalah kesuksesan” (Henry Ford). Pepatah dilontarkan oleh Henry Ford, di atas, dapat dimaknai dengan dengan baik menyoroti pentingnya bekerja bersama dalam tim. Tim terbentuk ketika individu dengan selera, preferensi, kesukaan, dan sikap yang sama datang dan bekerja bersama untuk tujuan bersama. Tim memainkan peran yang sangat penting di kelompok/organisasi/sekolah dan juga kehidupan pribadi kita. Setiap anggota staf bergantung pada rekannya untuk bekerja bersama dan berkontribusi secara efisien ke kelompok/organisasi/sekolah. Tidak ada anggota staf yang dapat bekerja sendiri; dia harus mengambil bantuan rekan mereka untuk menyelesaikan tugas secara efisien.Mengingat keempat pilar itu, inti dari kepemimpinan yang efektif, tidak lain adalah untuk mendorong peningkatan prestasi individu dan kelomponya.

D. Memfasilitasi dan mempromosikan Empat pilar untuk meninkatkan Prestasi

         Bagaimana cara memfasilitasi dan mempromosikan empat pilar yang diuraikan di atas instruksi dukungan? Tanpa pengajaran dan pembelajaran yang luar biasa, tidak ada hal lain yang penting. Keterkaitan keempat pilar mendorong setiap anggota kelompok untuk terus meningkat prestasi dan unggul.Tim tidak memenangkan kejuaraan dengan hanya satu pemain bintang. Kita perlu mengembangkan pemimpin lain untuk membantu mengimplementasikan visi kelompok/organisasi/sekolah, meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran dan kemudian meminta pertanggungjawaban mereka atas inisiatif peningkatan kelompok. Hal ini membentuk budaya di mana semua orang berfokus pada peningkatan kinerja mereka. Hah ini pula, akan mengarah untuk memastikan pengajaran dan pembelajaran adalah kualitas yang luar biasa, dan akibatnya, peningkatan dalam bidang kehidupan kelompok/organisasi/sekolah lainnya akan mengikuti. Ketika para pemimpin kelompok/organisasi/sekolah, menanamkan empat pilar di kelompok/organisasi/sekolah-nya, maka empat fokus berikut ini menjadi pemimpin yang luar biasa dalam mendorong peningkatan kelompok/organisasi/sekolah-nya, antara lain:

1.   Instruksi Berbasis Data:

       Jika Anda memimpin/mengajar dan anggota/siswa tidak belajar/bekerja, apakah itu benar-benar mengajar/bekerja? Anda tidak dapat mengetahui apakah anggota/siswa belajar/bekerja di level tertinggi jika Anda tidak menilai pembelajaran/pekerjaan itu. Instruksi berbasis data, kemudian, menjadi peta jalan untuk ketelitian. (Tapi ini bukan mandat untuk pengujian standar yang berlebihan!)

2.   Pengamatan dan Umpan Balik:

          Seorang olahragawan elit tidak pernah meningkat hanya dengan beberapa pengamatan & peninjauan kinerja mereka. Pelatihan terbaik terjadi di tempat: dalam potongan kecil yang berulang-ulang, konsisten. Para pemimpin kelompok/organisasi/sekolah yang luar biasa tidak membiarkan hal ini terjadi karena mereka membangun sebuah program yang memungkinkan para guru untuk terlibat secara teratur dengan pekerjaan yang tertanam professional yang tertanam dalam pekerjaan.

3.    Perencanaan:

          Anda tidak akan melakukan perjalanan tanpa peta. Pembelajaran yang bijaksana dan perencanaan unit melakukan hal yang sama untuk pekerjaan/pengajaran. Para pemimpin dapat menjadikan perencanaan itu lebih efektif dengan mendukung  para anggotanya secara langsung dalam proses perencanaan, mencegah masalah sebelum terjadi.

4.   Pengembangan Profesional:

        Apa yang membuat pengembangan profesional tidak menjadi serangkaian lokakarya terisolasi yang berdampak kecil pada pengajaran/pekerjaan? Para pemimpin hebat menghubungkannya dengan tuas pekerjaan/pengajaran lainnya, menciptakan jalan untuk memberi banyak kesempatan kepada anggota untuk berlatih sebelum diterapkan di forum/kelas resmi. Kelompok kerja yang hebat, dalam kontek ini akan nampak pada hasisil kinerja dalam melakukan penulisan makalah kelompok, menanggapi makalah kelompok lain, diskusi/prsesntasi kelompok sendiri mapun menanggapi atau merekomendasikan perbaikan pada makalah kelompok lain, porto polio individu maupun kelompok, akan berdampak pada nilai prestasi yang memuaskan.

PENUTUP

          Intinya: Sama pentingnya dengan anggota bagi keberhasilan pembelajaran/kerja kelompok, pimpinan kelompok adalah roda penggerak penting dalam memelihara kinerja kelompok/pembelajaran yang profesional. Peran pemimpin dalam membina komunitas belajar positif, tidak diragukan lagi merupakan salah satu fungsi terpenting untuk mendukung peningkatan kelompok/lembaga. Budaya belajar positif yang kuat adalah tempat dengan rasa berbagi tentang apa yang penting, etos kepedulian, kepedulian bersama, dan komitmen bersama untuk membantu anggota kelompok belajar. Untuk membantu anggota membangun di atas pengetahuan profesional mereka, pimpinan kelompok perlu menempatkan struktur yang mengarah pada menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas dan inovasi. Berfokus pada empat pilar sebagaimana diidentifikasi dalam bagian di atas, pimpinan kelompok dan pemimpin sekolah dan sejeisnya dapat memulai perjalanan untuk mengembangkan kelompok/sekolah yang luar biasa.

References

Albertus Adit.(2020). “Info Pelaksanaan PPDB 2020” Kompas.com. ttps://www. kompas.com/edu/read/2020/05/19/112811271/info-pelaksanaan-ppdb-2020-berikut-protokol-saat-covid-19?page=all.

Alexiades, M. N., & Sheldon, J. W. (1996). Selected guidelines for ethnobotanical research: a field manual. New York:Botanical Garden.

Ari Wicaksono, Irwansyah. 2018. Fenomena Deindividuasi Dalam Akun Anonim Berita Gosip Selebriti Di Media Sosial Instagram.  Profetik Jurnal Komunikasi. 10:02 (Oktober 2017), 34-45

Dijksterhuis, at.al., 2008. Effects of Subliminal Priming of Self and God on Self-Attribution of Authorship for Events. Journal of Experimental Social Psychology . 44: 1. (January 2008), 2-9

Eggy Fajar Andalas (2017) Eskapisme Realitas Dalam Dualisme Dunia Alice Telaah Psikologi-Sastra Film Alice In Wonderland (2010). KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 3: 2, (Oktober 2017), 123-134. Tersedia dalam http://ejournal.umm.ac.id/ index.php/ kembara/ article/ view/5136

Hargreaves, A., Boyle, A., & Harris, A. (2014). Uplifting leadership: How organizations, teams, and communities raise performance. John Wiley & Sons.

Izzuddin, (2018).Pengaruh Label Halal, Kesadaran Halal Dan Bahan Makanan Terhadap Minat Beli Makanan Kuliner. Jurnal Penelitian Ipteks. 3:2 (Juli, 2018), 100-114

Lance Scretan (1999) Inspirational Leadership  Canada: The Scretan  Cetre Inc.

Lynch, D. and Madden, J. (2014) Enabling Teachers to Better Teach Through Engaging with Research. International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education. (In publication process)

Lynch, D., Madden, J. and Doe, T., (2015). Creating the Outstanding School. Oxford Global: London.

Lynch, D. , (2012). Preparing Teachers in Times of Change: Teaching schools, standards, new content and evidence. Primrose Hall: London.

______100 Best Companies to Work For  (Department of Trade and Industry-UK, 2004)

Madden, J. (2012). The school improvement challenge: How the principal can harness teacher leadership to improve student learning. Brisbane: Primrose Hall Press.

Park, C. K., Lim, D. H., & Ju, B. (2016). Transformational Leadership and Teacher Engagement in an International Context. In Handbook of Research on Global Issues in Next-Generation Teacher Education (pp. 22- 42). IGI Global.

Robinson, V., Hohepa, M., & Lloyd, C. (2007). School leadership and student outcomes: identifying what works and why – Best evidence synthesis iteration  (BES). In ACEL (Ed.), ACEL Monograph Series. Wellington, NZ: Ministry of Education.

Robinson, V. M., Lloyd, C. A., & Rowe, K. J. (2008). The impact of leadership on student outcomes: An analysis of the differential effects of leadership types. Educational administration quarterly.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *