TERAMPIL PRESENTASI DAN MEYIMAK BERBASIS POSTER
Meningkatkan minat dan prestasi hasil belajar Masasiswa
PERMISI
eiring perkembangan zaman yang semakin menuntut manusia untuk bisa bersaing dan menyesuaikan diri agar tidak tersisihkan dari persaingan zaman membuat manusia dalam berbagai bidang kehidupan melakukan perbaikan salah satunya dalam aspek pendidikan. Pada saat ini pendidikan bukan lagi hanya sebuah kewajiban melainkan sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap manusia sebagai salah satu sarana untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Pendidikan merupakan proses atau usaha yang dilakukan manusia untuk memperoleh pengetahuan agar bisa mengembangkan keterampilan yang dimiliki individu. Pengembangan Keterampilan berbahasa menjadi salah satu hal penting yang harus dikuasai oleh manusia. Melihat pentingnya fungsi penyampaian dan penerimaan bahasa dalam proses pembelajaran sudah seharusnya proses dilakukan dengan sebaikbaiknya, dan difokuskan pada pembentukan dan pengembangan kemampuan penyampaian dan penerimaan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan. Pada kenyataannya proses pembelajaran belum mampu mewujudkan proses pembelajaran yang dapat membentuk dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan bahasa baik tulis maupun lisan seperti yang diharapkan sehingga tujuan dari pembelajaran belum tercapai secara optimal.
Menindaklanjuti hal tersebut keterampilan berbicara dan menyimak menjadi salah satu keterampilan penting yang harus dikembangkan pada diri siswa yang dapat mulai dikembangkan sejak dini termasuk di jenjang Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran bahasa, keterampilan berbicara dan menyimak pembicaraan mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan ciri kemampuan komunikatif siswa. Pembelajaran berbicara dan Menyimak haruslah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dengan diimbangi dengan tersedianya sarana dan prasarana serta dilaksanakan melalui penggunaan berbagai strategi, metode atau model pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif, berpikir kreatif serta menantang. Proses pembelajaran yang dilakukan harus mampu mengakomodasi tercapainya pembelajaran berbicara sesuai tujuan yang diharapkan.
Kenyataan menunjukkan bahwa, keterampilan berbicara, maupun menyimak pembicaraan masih rendah. Dari segi keterampilan berbicara dan menyimak mahasiswa cenderung kurang aktif, siswa tidak memiliki inisiatif untuk bertanya sehingga harus dosen yang mengajukan pertanyaan terlebih dahulu, atau memksanya. Selain itu, siswa cenderung diam saja jika dosen meminta mahasiswa untuk berbicara atau mengungakkan pendapatnya. Walupun siswa berani berbicara kebanyakan siswa masih ragu, terbata-bata dan hanya mampu mengucapkan 2-3 patah kata saja, nampak tidak memiliki apa yang harus dibicarakan, akibat dari meyimak pembicaraan sebelunya kurang.
Keterampilan menyimak berbicara yang rendah juga terlihat dari nilai rata-rata keterampilan berbicara yang masih dibawah kriteria ketuntasan minimal. Dengan melihat halhal tersebut, dapat diketahui bahwa siswa masih belum memiliki keterampilan berbicara yang baik. Oleh karena itu, peran dosen sangat penting dalam mengembangkan dan melatih keterampilan menyimak dan berbicara siswa seoptimal mungkin agar siswa dapat lebih baik dalam keterampilan berbicara. Salah satunya melalui penggunaan strategi, metode presentasi ilmiah berbasis poster yang akan digunakan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Adapun alasan pemilihan metode tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa metode ini dirasa akan lebih efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran berbicara dan menyimak karena dalam metode presentasi ilmiah siswa dituntut untuk bisa mengungkapkan pendapatnya di depan teman-temannya sehingga diharapkan dengan penggunaan metode presentasi ilmiah ini mampu meningkatkan keterampilan berbicara, baik mahasiswa sebagai penyaji materi maupun, mahasiwa sebagai penanggap. Oleh karena itu metode presentasi ilmiah berbasis poster ini diterapkan. “Penerapan Metode Presentasi Ilmiah Berbasis Poster untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara, dan menyimak”.
KETERAMPILAN PRESENTASI DAN MEYIMAK BERBASIS POSTER
A. Keterampilan Presentasi
Secara etimologi kata “keterampilan” berasal dari kata dasar terampil. Keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Akan tetapi dalam pengertian sempit biasanya keterampilan lebih ditujukan pada kegiatan yang berupa perbuatan, karena terampil itu lebih dari sekedar memahami. Oleh karena itu, untuk menjadi yang terampil diperlukan latihan-latihan praktis yang bisa memberikan rangsangan pada otak, agar semakin terbiasa. (Soemarjadi, 2001: 2).
Keterampilan bermanka pula kemampuan seseorang untuk bisa menyelesaikan sesuatu tugas atau berbagai aktivitas secara mudah dan tepat yang melibatkan berbagai aspek baik itu kognitif, afektif ataupun psikomotor. Keterampilan adalah kemampuan dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosialemosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)”. (Saputra dan Rudhyanto, 2005: 7).
Dapat difahami bahwa keterampilan adalah suatu kemampuan untuk melakukan sesuatu melalui belajar dengan cepat, cekat, dan tepat untuk memperoleh hasil tertentu yang berlangsung secara terus-menerus sehingga membentuk kebiasaan.
1. Hakikat Tujuan Presentasi
Presentasi merupakan salah satu cara komunikasi untuk menyampaikan informasi, gagasan, ide atau pesan kepada para audiens dengan cara menjelaskan atau menguraikan informasi tersebut secara jelas dan terstruktur dengan tujuan agar audiens dapat menerima informasi yang disampaikan dengan baik dan memahami maksud dari informasi yang di sampaikan. Sejalan dengan pendapat Purwatiningsih (2009: 41), yang menyatakan “Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin”.
Ada beberapa tujuan presentasi dilihat dari tipe presentasinya, yaitu presentasi untuk kegiatan ilmah, presentasiuntuk menjual sesuatu, presentasi untuk pendidikan, presentasi untuk menyusun program dan presentasi untuk penambah wawasan. Selain dari tujuan presentasi yang telah disebutkan sebelumnya, presentasi secara umum bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada audiens dengan harapan agar menambah pemahaman audiens mengenai informasi yang disampaikan. Selain itu juga tujuan presentasi bisa bersifat menghibur ataupun memotivasi audiens melalui apa yang disampaikan oleh pembicara, (Abidin 2014: 97).
Berdasarkan tujuan presentasi yang telah disebutkan sebelumnya, metode presentasi ilmiah adalah metode pembelajaran multiliterasi yang berfokus pada pengembangan kemampuan berbicara siswa dalam melakukan presentasi khususnya presentasi pendidikan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang telah di rancang sebelumnya. Tujuan yang hendak dicapai tersebut menurut secara umum adalah untuk (1) penyampaian informasi dalam rangka mengembangkan wawasan audiens; (2) meyakinkan audiens; (3) menyentuh emosi audiens; dan (4) memotivasi audiens untuk melakukan sesuatu. (Abidin, 2015 :200).
2. Keterampilan Teknik Presestasi
a. Dasar-dasar Berbicara Efekti
Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya”. (Hudoro Sameto (2000:1), Hal ini memberikan keterangan bahwa yang disebut dengan berbicara efektif adalah suatu langkah yang dilakukan pembicara untuk menyampaikan pendapat atau informasi dengan cara-cara tertentu sehingga pendengar dapat dengan mudah mengerti maksud dari informasi yang disampaikan. Secara garis besar dasar-dasar berbicara efektif terdiri dari: pembukaan, isi/inti pembicaraan, dan penutup.
Substanri presentasi pada dasarnya adalah alat berinteraksi dan komunikasi yang dilaksanakan secara lisan. Komunikasi lisan adalah alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yaitu mulut melalui perantara udara. (1) Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan dua orang atau lebih dan para partisipannya berperan sebagai pembicara maupun yang memberi reaksi terhadap apa yang didengarnya serta memberi kontribusi dengan segera. (2) Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan dua orang atau lebih dan para partisipannya berperan sebagai pembicara maupun yang memberi reaksi terhadap apa yang didengarnya serta memberi kontribusi dengan segera. (Sulastri (2008, :13).
Selain itu Tarigan (2008, 16) berpendapat bahwa: (1) Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan mulut melalui perantara udara. (2) Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi artikulasiatau katakata untuk mengekspresikan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kegiatan berbahasa lisan yang bertujuan untuk mengemukakan atau menyampaikan ide, gagasan ataupun pikiran sebagai salah satu bentuk kegiatan komunikasi manusia yang yang di dalamnya melibatkan dua orang partisipan atau lebih.
Berbicara efektif merupakan penyampaian pesan yang seharusnya dilakukan dengan sistematis, benar, tepat, dan tidak berbelit-belit. Informasi disampaikan dengan sesederhana mungkin dan menggunakan tingkat bahasa yang disesuaikan dengan latar belakang audiens. Jangan menggunakan bahasa dengan istilah yang kurang awam atau terlalu tinggi untuk audiens yang berlatar belakang pendidikan menengah ke bawah. Hal ini akan membuat pendengar tidak dapat memahami informasi yang disampaikan.
b. Teknik Presentasi yang Efektif
Beberapa devinisi mengenai teknik presentasi yaitu: (a) Cara menampilkan barang-barang atau produk yang ingin dipresentasikam/dipamerkan kehadapan audiens; (b) Mendemonstrasikan hasil karya sehingga dipahami audiens; (c) Penyajian atau penjelasan terhadap data, uraian proses, maupun pembelajaran (Muslikah Dwi Hartanti:2011).
3. Unsur-unsur Presentasi
Unsur-unsur dalam sebuah presentasi: (1) Pesenter; ada 4 hal yang harus dimiliki oleh seorang presenter, yaitu: (a) Pengetahuan yang luas; (b) Ketulusan dalam menyampaikan presentasi; (c) Semangat; dan (d) Praktik. (2) Materi; adalah bahan atau topik yang akan disampaikan dalam berpresentasi. Kriteria dalam menentukan topik: (a) Sesuaikan dengan latar belakang; (b) Pilihlah topik yang menarik minat, perhatian audiens; (c) Sesuaikan dengan audiens; (d) Sesuaikan dengan waktu dan situasi; (e) Penyampaiannya dapat didukung dengan bahan atau materi lain yang masih berhubungan dengan materi yang dibahas. (3) Sarana; atau alat bantu adalah alat-alat yang digunakan agar penyampaian presentasi lebih menarik. Fungsi alat bantu antara lain: (a) Menarik perhatian audiens; (b) Menunjang pengertian dan membantu pemahaman audiens; (c) Memperkuat pengingatan materi yang disampaikan(d) Memberikan hiburan; (4) Audiens; Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai audiens antara lain mengenai jumlah, usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, adat istiadat dan budaya.
Pemilihan teknik presentasi agar efektif dan menunjang penyampaian informasi hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, latar belakang audiens dan tempat dilaksanakannya presentasi.
4. Proses Presentasi
Dilihat dari proses dan tata cara pelaksanaan metode ini terdapat beberapa tahapan untuk melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode presentasi ilmiah ini. Langkah-langkah metode presentasi ilmiah yaitu, (1) menyiapkan, menyusun, dan menguasai bahan presentasi; (2) menguasai alat presentasi; (3) menganalisis audiens; (4) menganalisis konteks dan setting; (5) latihan berpresentasi; (6) penyajian presentsi; (7) mengarahkan perhatian audiens; (8) menutup presentasi; (9) dialog interaktif tau tanya jawab; dan (10) tindak lanjut. (Abidin, 2015: 200).
B. Keterampilan Menyimak
1. Hakikat Keterampilan dan Tujuan Menyimak
Keterampilan Menyimak Dalam pengajaran bahasa, terutama pengajaran bahasa lisan sering kita jumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Ketiga istilah itu memang berkaitan dalam makna namun berbeda dalam arti. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian istilah itu dijelaskan seperti berikut. Mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti mendengarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Sedang menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibicarakan orang (Djago Tarigan, 2003: 25).
Menurut Henry Guntur Tarigan (1991: 4), menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan penglihatan, penghay atan, ingatan, pengertian, bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Sedangkan menurut Kamidjan dan Suyono (2002) menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh penuh perhatian, pemahaman, apresiatif yang dapat disertai dengan pemahaman makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal.
Menyimak mempunyai arti yang sama dengan mendengarkan. Menyimak dapat pula bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russel & Russel; Anderson dalam Tarigan, 1994: 28). Mendengarkan menurut Subyantoro dan Hartono (2003: 1-2), adalah kegiatan mendengar yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian terhadap apa yang didengar. Dalam hal ini rangsangan bunyi yang dimaksud untuk didengar adalah bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan diucapkan oleh seseorang dalam suatu peristiwa komunitas.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan menyimak adalah kegiatan (1) mendengarkan lambang-lambang lisan dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interprestasi untuk memperoleh pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan merespon yang terkandung dalam lambang lisan yang disimak. (2) menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh, penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal.
Secara umum, tujuan menyimak adalah memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan secara khususnya, tujuan menyimak adalah (1) untuk memperoleh informasi, (2) untuk menganalisis fakta, (3) untuk mendapatkan inspirasi, (4) untuk mendapatkan hiburan, (5) untuk memperbaiki kemampuan berbicara, dan (6) untuk membentuk kepribadian. Soenardji (dalam Dananjaja, 2002: 10). Tujuan menyimak menurut Logan (dalam Tarigan, 1994:56) adalah sebagai berikut:
- Menyimak untuk belajar, yaitu memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
- Menyimak menikmati keindahan audial, dengan penekanan pada penikmatan terhdap sesuatu dari materi yang dipaparkan.
- Menyimak untuk mengevaluasi, dengan maksud agar dapat menilai apa-apa yang disimak (baik-buruk, indah-jelek, logis tak logis dan lain-lain).
- Menyimak untuk mengapreasiasikan materi simakan. Orang menyimak agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang dinikmati itu (misalnya pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan).
- Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide sendiri. Orang menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua merupakan bahan yang penting dalam menujang.
- Menyimak menbedakan bunyi-bunyi dengan tepat. Orang menyimak dengan maksud agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, dimana bunyi yang membedakan arti, mana bunyi yang tidak membedakan arti, biasa hanya terlihat seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
- Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis. Dengan menyimak dari seorang pembicara, seseorang mungkin memperoleh banyak masukan berharga untuk memecahkan masalahnya.
- Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang diragukan dengan perkataan lain, menyimak secara persuasif.
2. Manfaat Keterampilan Menyimak
Manfaat menyimak dalam komunikasi lisan secara timbal balik antara pembicara dengan pendengar terdapat proses menyimak pembicaraan satu sama lain Setiawan (dalam Rahmawati 2007: 20-21) menyatakan bahwa manfaat menyimak sebagai berikut:
- Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih berpengalaman.
- Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu.
- Memperkaya kosakata, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu dan puitis.
- Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup serta membina sifat terbuka dan objektif.
- Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.
- Meningkatkan citra artistik jika yang disimak merupakan bahan simakan yang isi dan bahasanya halus.
- Menggugah kreativitas dan semangat cipta untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar, pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk giat berkarya dan kreatif.
3. Unsur-unsur Yang terkait dengan Kegiatan Menyimak
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur-unsur dasar menyimak ialah (1) pembicara, (2) penyimak, (3) bahan simakan, dan (4) bahasa lisan yang digunakan. Berikut ini adalah penjelasan masingmasing unsur itu.
a. Pembicara
Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan yang. berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak). Dalam aktivitasnya, seorang penyimak sering melakukan. kegiatan menulis dengan mencatat hal-hal penting selama melakukan kegiatan menyimak. Catatan tersebut merupakan pokok-pokok pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Fungsi catatan tersebut ialah sebagai berikut.
- Meninjau kembali bahan simakan (review). Kegiatan meninjau kembali bahan simakan merupakan salah satu ciri penyimak kritis. Pada kegiatan ini, penyimak mencermati kembali bahan simakan yang telah diterima melalui catatan seperti: topik, tema, dan gagasan lain yang menunjang pesan yang disampaikan pembicara. Di samping itu penyimak dapat memprediksi berdasarkan pesan-pesan yang telah disampaikan pembicara.
- Menganalisis bahan simakan. Pada dasarnya menyimak ialah menerima pesan namun dalam kenyataannya seorang penyimak tidak hanya menerima pesan begitu saja, ia juga berusaha untuk menganalisis pesan yang telah diterimanya itu. Kegiatan analisis ini dilakukan untuk membedakan ide pokok, ide bawahan, dan ide penunjang.
- Mengevaluasi bahan simakan. Pada tahap akhir kegiatan menyimak ialah mengevaluasi hasil simakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara: (1) Kekuatan Bukti. Untuk membenarkan pernyataan pembicara, penyimak harus mengevaluasi buktibukti yang dikatakan pembicara. Jika bukti-bukti itu cukup kuat, apa yang dikatakan pembicara itu benar. (2) Validitas Alasan. Jika pernyataan pembicara diikuti. dengan alasan-alasan yang kuat, terpercaya, dan logis, dapat dikatakan bahwa alasan itu validitasnya tinggi. (3) Kebenaran Tujuan. Penyimak harus mampu menemukan tujuan pembicara. Di samping itu, ia juga harus mampu membedakan penjelasan dengan keterangan inti, sikap subjektif dengan sikap objektif. Setelah itu ia akan mampu mencari tujuan pembicaraan (berupa pesan).
b. Penyimak
Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu akan lebih sempurna jika ia ditunjang oleh, pengetahuan dan pengalamannya.
Kamidjan (2001: 6), menyatakan bahwa penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki dua sikap, yaitu sikap objektif dan sikap kooperatif.
- Sikap objektif. Yang dimaksudkan dengan sikap objektif ialah pandangan penyimak terhadap bahan simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan manyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana dan prasarana.
- Sikap kooperatif. Sikap kooperatif ialah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu yang terjadi, maka penyimak tidak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik ialah sikap berkoperatif dengan pembicara.
c. Bahan Simakan
Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi. Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang bahan simakan dengan cara berikut.
- Menyimak tujuan pembicara. Langkah pertama si penyimak dalam melakukan kegiatan menyimak ialah mencari tujuan pembicara. Jika hal itu telah dicapai, ia akan lebih gampang untuk mendapatkan pesan pembicara. Jika hal itu tidak ditemukan, ia .akan mengalami kesulitan. Tujuan yang akan dicapai penyimak ialah untuk mendapatkan fakta, mendapatkan inspirasi, menganalisis gagasan pembicara, mengevaluasi, dan mencari hiburan.
- Menyimak urutan. Pembicaraan Seorang penyimak harus berusaha mencari urutan pembicaraan. Hal itu dilakukan untuk memudahkan penyimak mencari pesan pembicara. Walaupun pembicara berkata agak cepat, penyimak dapat mengikuti dengan hati-hati agar mendapatkan gambaran tentang urutan penyajian bahan. Urutan penyajian terdiri atasa tiga komponen, yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Pada bagian pembukaan lingkup permasalahan yang akan dibahas. Bagian isi terdiri atas uraian panjang lebar permasalahan yang dikemukakan pada bagian pendahuluan. Pada bagian penutup berisi simpulan hasil pembahasan.
- Menyimak topik utama Pembicaraan. Topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas, dianalisis saat pembicaraan berlangsung. Dengan mengetahui topik utama, penyimak memprediksi apa saja yang akan dibicarakan dalam komunikasi tersebut. penyimak satu profesi dengan pembicara, tidak akan kesulitan untuk menerima topik utama. Sebuah topik utama memiliki ciri-ciri: menarik perhatian) bermanfaat bagi penyimak, dan akrab dengan penyimak.
- Menyimak topik bawahan. Setelah penyimak menemukan topik utama, langkah selanjutnya ialah mencari topik-topik bawahan. Umumnya pembicara akan membagi topik utama itu menjadi beberapa topik bawahan. Hal itu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dicerna oleh penyimak. Penyimak dapat mengasosiasikan topik utama itu dengan sebuah pohon besar, topik bawahan ialah dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan demikian penyimak yang telah mengetahui topik utama, dengan mudah akan mengetahui topik-topik bawahannya.
- Menyimak akhir pembicaraan. Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati rangkuman yang telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara menyampaikan simpulan, maka penyimak mcncocokkan catatannya dengan simpulan yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang simpulan. yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan penyimak. Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan himbuan itu secara cermat dan teliti.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada berhagai unsur dasar yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan tirnbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur-unsur dasar menyimak ialah pembicara, penyimak, bahan simakan, dan bahasa lisan yang digunakan.
3. Tahap-tahap Menyimak
Menyimak adalah suatu preoses kegiatan mendengarkan dengan penuh perhatian dan pemahaman untuk memperoleh suatu informasi dan menangkap isi atau pesan dari objek tertentu, maka dapat diperoleh simpulan bahwa menyimak adalah suatu proses. (Tarigan 1991: 15), mengemukakan proses menyimak berdasarkan beberapa para ahli diantaranya, yaitu menurut Logan proses menyimak terbagi atas tiga tahap, yaitu pemahaman, penginterpretasian, dan penilaian, sedangkan menurut Logan dan Greene, membagi proses menyimak atas empat tahap yaitu mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi. Menurut Welker membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yaitu mendengar, memperhatikan, mempersepsi, menilai, dan menanggapi. Dari beberapa pendapat ahli yang saling melengkapi tersebut, maka proses menyimak dapat mencakup enam tahap sebagai berikut.
a. Tahap Mendengar
Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian yang terpusat. Dalam tahap ini baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya, jadi kita masih berada dalam tahap hearing.
b. Tahap Memahami
Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali, dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana. Setelah mendengar, tentunya ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara, sampailah kita pada tahap understanding.
c. Tahap Menginterpretasi
Penyimak yang baik, cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran pembicara, dia pasti ingin menafsirkan atau meginterpretasi isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran pembicara. Dengan demikian penyimak telah tiba pada tahap interpreting.
d. Tahap Mengevaluasi
Setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara, keunggulan dan kelemahan, serta kebaikan dan kekurangan. Penyimak sudah sampai pada tahap evaluating.
e. Tahap Menanggapi
Setelah semua tahap dilewati, penyimak menyambut, mencamkan, menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan pembicara dalam ujarannya. Penyimak sampai pada tahap akhir yakni tahap responding.
Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati rangkuman yang telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara menyampaikan simpulan, maka penyimak mcncocokkan catatannya dengan simpulan yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang simpulan. yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan penyimak. Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan himbuan itu secara cermat dan teliti.Berdasarkan tahap-tahap menyimak di atas, maka tahap menyimak yang dilaksanakan dalam tulisan ini adalah tahap menginterpretasi.
4. Teknik Menyimak Efektif
Untuk dapat menyimak dengan baik, perlu mengetahui syarat menyimak efektif. Adapun syarat tersebut ialah: (1) menyimak dengan berkonsentrasi, (2) menelaah materi simaka, (3) menyimak dengan kritis, dan (4) membuat catatan. (Dikud-UT, 1995: 35). Berikut ini adalah masing-masing hal itu.
a. Menyimak dengan Berkonsentrasi
Yang dimaksud dengan menyimak berkonsentrasi ialah memusatkan pikiran perasaan, dan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat memusatkan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara dengan baik, penyimak harus dapat menghindari gangguan menyimak, baik yang berasal dari dirinya sendiri ataupun yang berasal dari luar.
Beberapa faktor luar yang dimaksudkan di antaranya adalah sebagai berikut. (a) Orang yang datang terlambat. Pada prinsipnya orang yang datang terlambat ke tempat ceramah akan mengganggu penyimak yang sedang berkonsentrasi terhadap bahan simakan. (b) Keanehan-keanehan yang terjadi di antara pembicara dan penyimak. Jika terjadi ketidakselarasan antara pembicara dan penyimak, akan terjadi gangguan pada diri penyimak. (c) Metode pembicara yang tidak tepat. Dalam situasi komunikasi metode yang tidak tepat, akan berakibat gagalnya alur komunikasi pembicaradan penyimak. (d) Pakaian pembicara, Pembicara yang memakai pakaian yang berlebihan akan mengganggu konsentrasi penyimak. (e) Pembicara yang tidak menarik.
b. Menelaah Materi Simakan
Untuk menelaah materi simakan, penyimak dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: (a) mencari arah dan tujuan pembicaraan, 2) mencoba membuat penggalan-penggalan pembicaraan dari awal sampai akhir, 3) menemukan tema sentral (pokok pembicaraan. 4) mengamati dan memahami alat peraga (media) sebagai penegas materi simakan. 5) memperhatikan rangkuman (jika pembicara membuat rangkuman) yang disampaikan pembicara.
c. Menyimak dengan Kritis
Yang dimaksudkan dengan menyimak kritis ialah aktivitas menyimak yang para penyimaknya tidak dapat langsung menerima gagasan yang disampaikan pembicara sehingga mereka meminta argumentasi pembicara. Pada dasarnya penyimak kritis memiliki ciri-ciri: 1) dapat menghubungkan yang dikaitakan pembicara dengan pengetahuan dan pengalamannya, 2) dapat menyusun bahan yang telah disimak dengan baik (reproduksi), 3) dapat menguraikan (menelaskan) apa saja yang telah disampaikan pembicara. dan 4) dapat melakukan evaluasi terhadap bahan yang telah disimak.
d. Membuat Catatan
Kegiatan menyimak yang baik ialah kegiatan menyimak yang diikuti dengan kegiatan mencatat. Yang perlu dicatat dalam kegiatan menyimak ialah hal-hal. yang dianggap penting bagi penyimak. Catatan itu merupakan langkah awal dalam memahami bahan simakan. Hal-hal penting yang perlu diketahui penyimak dalam mencatat ialah: 1) catatan boleh menggunakan tanda-tanda yang bersifat informal. 2) bentuk catatan yang benar ialah singkat, padat, dan jelas. 3) catatan yang baik ialah catatan yang benar artinya catatan itu tidak akan menimbulkan keraguan, 4) catatan yang diberi tanda-tanda tertentu, akan mempermudah penyimak membaca ulang, 5) catatan perlu direviu secara periodik. Selanjutnva. dalam pencatatan, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, di antaranya ialah metode kerangka garis besar, metode precis, metode bukti-prinsip, metode pemetaan
Kegiatan menyimak yang baik ialah kegiatan menyimak yang diikuti dengan kegiatan mencatat. Yang perlu dicatat dalam kegiatan menyimak ialah hal-hal. yang dianggap penting bagi penyimak. Catatan itu merupakan langkah awal dalam memahami bahan simakan. Hal-hal penting yang perlu diketahui penyimak dalam mencatat ialah: (a) catatan boleh menggunakan tanda-tanda yang bersifat informal. (b) bentuk catatan yang benar ialah singkat, padat, dan jelas. (c) catatan yang baik ialah catatan yang benar artinya catatan itu tidak akan menimbulkan keraguan, (d) catatan yang diberi tanda-tanda tertentu, akan mempermudah penyimak membaca ulang, (e) catatan perlu direviu secara periodik. Selanjutnva. dalam pencatatan, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, di antaranya ialah metode kerangka saris bestir, metode precis, metode bukti-prinsip, metode pemetaan.
C. Poster Media Pembebelajaran: Presentase dan Menyimak yang Efektif
1. Media Pembelajaran Poster
Secara etimologis, media berasal dari Bahasa latin, yaitu bentuk jamak dari kata “medium”yang artinya “tengah, perantara, atau pengantar”. Istilah dari Pengantar atau perantara itu, pendapat dari Bovee (1977) digunakan yang berfungsi sebagai media pengantar atau perantara, suatu informasi dari si pengirim (sender) kepada si penerima (receiver) informasi. Dari situlah, mengalami perkembangan berbagai pengertian terminologis tentang media berbagai pendapat para penemu atau ahli media dan pendidikan. The Association For Educational Communication andTechnology (AECT, 1977) mengatakan bahwa media yaitu berbagai cara dalam penggunaan dalam menyampaikan suatu pesan. Sedangkan, pendapat dari Suparman (1997), media yaitu suatu peralatan dalam pembuatannya dalam menyampaikan informasi dari pengantar informasi kepada perantara informasi. Sellanjutnya McLuhan (Midun, 2008) mengartikan bahwa media sebagai penyampaian informasi.
Dalam kerangka debat pengembangan dan pencarian tatanan komunikasi baru, pendekatan baru menyoroti gerakan sosial/akar rumput dan media alternatif mereka sebagai konveyor proses ratifikasi demokratisasi komunikasi. Namun, proses demokratisasi komunikasi telah terutama ditujukan untuk mengimbangi kecenderungan komunikasi transnasional. Potensi dari media alternatif ini untuk membangun sistem komunikasi dan informasi mereka sendiri berdasarkan model komunikasi horizontal bottom-up dikandung sebagai sarana untuk mengatasi ketidaksetaraan dalam kekuatan komunikasi yang dihasilkan media massa. Selain itu, ini adalah praktik sebenarnya dari proyek-proyek ini yang dapat mempromosikan perubahan apa pun. Menurut Sparks dan Roach (1990, 280; dikutip dalam Rodriguez, 2001, 15), ‘[i] t tidak berada dalam koridor kekuasaan bahwa orde baru akan dipalsukan tetapi dalam eksperimen kecil di mana pekerja dan petani berusaha untuk menemukan cara-cara baru untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka dan pengalaman mereka satu sama lain. Akibatnya, media alternatif dipahami sebagai medan untuk sebuah tatanan komunikasi baru muncul. Selain itu, media alternatif telah dikonseptualisasikan sebagai lokus potensial resistensi terhadap imperialisme budaya. Meskipun kekhawatiran masing-masing telah banyak diartikulasikan dalam konteks dunia berkembang dan dalam kaitannya dengan fungsi Trans-nasional ”.
Seusuai dengan kakakteristiknya, (1) ”Poster” adalah salah satu media publikasi atau penyebaran informasi yang berbentuk dua dimensi yang biasanya di dalamnya terdiri dari tulisan, gambar ataupun gabungan dari keduanya yang bertujuan untuk memberikan informasi pada orang-orang yang melihat atau membacanya. (2) Poster adalah plakat yang dipasang di tempat umum (berupa pengumuman, atau iklan). (3) Poster dibuat dengan tujuan untuk memublikasikan dan menyampaikan suatu informasi baik itu iklan, propaganda, ataupun promosi suatu acara atau kegiatan. (TPB,2008: 1207). (4) Fosrter digolongkan pada kelompok media pembelajaran Visual diam; contohnya: foto, ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai, transparansi, proyektor, grafik, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan globe. (Sudjana, 2010).
Berkaitan dengan Presentasi dalam pertemuan ilmiah merupakan salah satu alternatif diseminasi hasil kegiatan penelitian. Biasanya, organizer pertemuan ilmiah memberi alternatif “Presentasi Oral” atau “Presentasi Poster.” Pertanyaan yang kadang muncul antara lain: “Saya tidak ‘PD’ jika harus presentasi oral di hadapan audiens yang hadir di pertemuan ilmiah (lebih lagi kalau bahasa pengantarnya Bahasa Inggris)” atau “Hasil penelitian masih belum sempurna sehingga saya tidak berani menyampaikannya.” Atau alasan lainnya yang bisa dibuat oleh masing-masing diri kita untuk tidak berpartisipasi aktif dalam pertemuan ilmiah sebagai penyaji.
Presentasi Poster kemungkinan akan menjadi trend (arah) penyampaian hasil penelitian di masa yang akan datang. Kalau di pertemuan ilmiah internasional, presentasi Poster sudah menjadi pola yang dipilih karena banyaknya partisipan dan terbatasnya waktu. Sebaliknya, di tingkat nasional. Presentasi Oral seringkali masih dipaksakan meskipun seringkali berakibat pada ambur-adulnya pengorganisasian sesi-sesi dalam pertemuan ilmiah. Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah partisipan pertemuan ilmiah, pilihan presentasi Poster barangkali harus disarankan. Apalagi presentasi Poster dapat igunakan untuk menyampaikan hasil penelitian yang masih dalam proses penyelesaian (belum lengkap).
Poster adalah perpaduan antara gambar dan tulisan yang singkat pada satu bidang gambar dan memiliki angka supaya terlihat indah agar diperhatikan oleh suatu individu. Poster bertugas dalam menyampaikan suatu pesan yang bersifat mengikut, menyampaikan kritikan dan memperkenalkan sesuatu kepada suatu individu. Poster merupakan sesuatu yang besar, dan menyalurkan suatu tekanan terhadap ide pokok, agar mudah dimengerti dan dapat dilihat meskipun hanya sekilas. Poster tak begitu penting dalam memberikan peristiwa-peristiwa dan dapat dalam memberikan pengaruh serta memberikan semangat mengenai perilaku suatu individu. Poster yang baik yaitu poster yang bisa ditangkapdan disimak pandangan oleh suatu individu dan bisa ditanamkan terhadap seseorang mengenai informasi yang terdapat pada poster tersebut.
Poster dikembangkan dapat memberikan peningkatan yang dikuasai anak tentang hal yang terlihat, atau suatu hal yang terjadi dan tidak dapat hadir didalam ruangan. Manfaat dari media poster dapat memberiakn suatu yang diantaranya: (1) dalam mengajar perlu diberikan suatu metode kepada peserta didik agar bisa memberikan semangat dalam belajar (2) sesuatu yang diajarkan agar bisa diketahui artinya (3) Metode mengajar yang diberiakn agar peserta didik tidak bosan serta seorang pendidik tidak cepat lelah (4) siswa aktif dalam belajar dikelas. Adapun langkah-langkah penggunaan media poster adalah 1) Peserta didik ditunjukkan gambar tentang materi yang akan disampaikan (2) Guru menjelaskan terlebih dahulu bagian -bagian yang terdapat pada poster tersebut (3) Untuk mengefektifkan peserta didik, guru memberikan buka panduan (modul) yang sesuai dengan materi (4) Guru memberikan latihan tugas. (Rita Rahmaniati, 2015: 69).
Poster adalah penggabungan kombinasi visual dari gambar, garis, dan warna. Poster dapat efektif dalam sejumlah situasi belajar, merangsang minat dalam belajar, mendorong kemampuan sosial, memotivasi serta mendorong peserta didik untuk membaca lebih banyak (Smaldino dkk., 2012:329). Penjelasan dari fenomena kimia pada sub partikel mikroskopik (tak terlihat) dapat diberikan pemahaman dengan menggunakan symbol-simbol, diagram, dan persamaan (Katherine dkk., 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maiyena (2013) menunjukkan bahwa media poster dapat memberikan semangat dan membuat peserta didik untuk lebih memperhatikan pembelajarandan dapat menggali suatu hal yang sudah dilalui dan bersifat efektif sehingga menuju ke yang nampak, karena media poster bisa memberikan suatu konsep dasar yang sesuai, fakta serta realistik dan bisa memberikan kemauan yang baru.(dalam Rizawayani, dkk. 2017).
“In almost every discipline students or young researchers are likely, sooner or later, to face the challenge of presenting their research via an academic poster. Poster sessions often attract mixed reviews due to their physical constraints and because they are considered less prestigious than paper sessions (Swales & Feak 2000; Swales 2004). However, posters do play an important part in conferences, enabling academics to display not only their completed research work, but also (and most interestingly) ongoing research and preliminary findings that would not be publicised in a paper session.
Pernyataan dia atas, menyiratkan bahwa: “Hampir pada setiap siswa cepat atau lambat dalam menghadapi suatu tantangan maka harus dengan melalui poster. Pada sisi lain poster selalu menarik tinjauan yang bermacam-macam karena kendala fisik mereka dan karena mereka di anggap kurang maksimal. Tetapi dalam menerapkan poster sangat penting dalam konferensi sehingga memungkinkan dalam penelitian dapat terselesaikan. (D’Angelo Larissa, 2001).
Untuk bisa menyiapkan presentasi Poster, seorang Guru/dosen dituntut untuk mampu memvisualisasikan hasil penelitiannya ke dalam luasan kertas yang terbatas dan dalam ukuran tulisan yang terbaca (legible) dari jarak minimal 1.5 m. Presentasi Poster harus dibuat seinformatif mungkin tetapi juga semenarik mungkin agar dapat berkompetisi dan bahkan memenangkan Poster Presentation Award yang biasanya disediakan oleh organizer. Pertanyaannya: “Bagaimana membuat Poster Presentation yang baik? atau yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menarik perhatian viewer dan bahkan memenangkan Poster Presentation Award?”
Baca jyga: Terampil Menulis Poster
Poster ilmiah seringkali digunakan sebagai media untuk menyampaikan hasil penelitian dalam pertemuan dan konferensi ilmiah. Terkadang penyajian dalam poster lebih baik dibandingkan dengan presentasi oral. Mengapa demikian? Karena penyajian dalam bentuk poster lebih efisien; presentasi oral terkadang membombardir audiens dengan banyak hal yang tentunya dapat menjadi membosankan. Sedangkan poster, dapat dilihat kapan saja, ditempel dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat sering dibaca, dan dapat dilihat oleh orang-orang dengan bidang penelitian yang berbeda.
Beberapa pernyatan di atas, diperkuat dengan bebrapa hasil penelitian yang merekomendasikan media pembelajaran berbasis poster merupakan media pembelajaran alternatif yang paling efektif dapat dikembangkan untuk meningkatkan minat belajar dan Prestasi Belajar Peserta Didik. Berapa hasil penelitian tersebut, antara lain:
2. Poster Media Presentase dan Menyimak yang Efektif
Media adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Muchtar dan Lailan, 2007). Salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kognitif peserta didik adalah media visualisasi (Korakakis dkk, 2009).
Media yang tepat dalam menerima informasi yang baik adalah media poster (Irfiandita dan Hidayat, 2014). Poster adalah kombinasi visual dari rancangan yang kuat,dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian. Poster disebut juga plakat, lukisan atau gambar yang dipasang sebagai media untuk menyampaikan informasi, saran, pesan dan kesan, ide yang berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin cepat akan dilupakan (Dewi, 2013).
Poster merupakan alat pembelajaran untuk menambah kosakata (Cetin dan Flamand, 2012). Poster adalah penggabungan kombinasi visual dari gambar, garis, dan warna. Poster dapat efektif dalam sejumlah situasi belajar, merangsang minat dalam belajar, mendorong kemampuan sos ial, memotivasi serta mendorong peserta didik untuk membaca lebih banyak (Smaldino dkk.2012:329).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maiyena (2013), menunjukkan bahwa media poster dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar dan dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak, karena media poster dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistik se rta dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Oleh karena itu, poster yang mengandung contoh-contoh atom diilustrasikan dengan benda-benda yang terdapat dialam, dengan terintralisasi ayat-ayat alquran sebagai wujud kesyukuran kita kepada Yang Maha Esa sebagai pencipta alam dan atas kesempatan mempelajari materi struktur atom sebagi ilmu pengetahuan. Sarjini dan Astuti (2015), menyatakan bahwa dalam membuat media dibutuhkan inovasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan materi yang dipelajari.
Poster dapat membangun pengetahuan dan meningkatkan kemampuan komunikasi siswa (Kelsch dan Werremeyer, 2011). Poster juga dapat memberikan pengaruh terhadap kepercayaan sosial dalam berbagi informasi. Pembentukan struktur kognitif sosial dapat dipengaruhi oleh teman sebaya sehingga memberikan kontribusi positif terhadap sikap dan intensi pengetahuan pesert a didik melalui gambar (Liao dan Chou, 2012). Hal ini sesuai dengan pernyataan Hendriyadi dkk. (2014) bahwa peserta didik sangat aktif berdiskusi dan bertanya antar teman sebaya dan kelompok dalam mendapatkan informasi yang disampaikan.
3. Efektivitas Penggunaan Media Poster untuk Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik
Rizawayani, dkk. (2017). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media poster telah memenuhi kriteria baik. Penilaian kualitas media poster oleh para ahli diperoleh persentase kelayakan sebesar 82,53% dengan kategori sangat layak, dan persepsi peserta didik secara keseluruhan memberikan respon positif terhadap media poster yang dikembangkan dengan nilai rata-rata persentase jawaban yang diperoleh 46,09% atas jawaban setuju. Hal ini menunjukkan bahwa media poster yang dikembangkan sudah layak diterapkan pada peserta didik.
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mustikaning Prihatin Dewi (2014), tentang pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan media poster untuk meningkatkan partisipasi siswa. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan media poster mampu meningkatkan partisipasi peserta didik serta ada beberapa keunggulan dan kendala proses pembelajaran dengan menggunakan media poster. Dalam penelitian ini, partisipasi peserta didi k termasuk salah satu indikator minat belajar yaitu adanya perhatian peserta didik dalam pembelajaran PPKn. Oleh karena itu, penggunaan media poster dapat meningkatkan minat belajar peserta didik.
Selain penelitian tersebut, ada penelitian lain yang juga menguatkan penelitian ini yaitu yang telah dilakukan oleh Eka Safitri Kusumadewi (2011), tentang penggunaan media visual dalam meningkatkan minat belajar IPS siswa di SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa media visual mampu meningkatkan minat belajar IPS dan media visual dapat mempermudah siswa untuk memahami konsep pembelajaran IPS. Dalam penelitian ini media poster merupakan salah satu media visual. Oleh karena itu, penggunaan media poster dalam pembelajaran mampum eningkatkan minat belajar peserta didik. Minat yang dimiliki peserta didik sangat mendukung pembelajaran PPKn sehingga mampu mendukung untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik (to be smart and good citizen) yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills) dan karakter kewarganegaraan (civic disposition).
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Alisuf Sabri (2007: 85), bahwa minat sebagai kekuatan yang akan mendorong peserta didik untuk belajar. Peserta didik yang berminat kepada pelajaran, maka akan terdo rong untuk terus tekun belajar. Hal ini juga akan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Salah satu penggunaan media yang dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik adalah media poster yang sebagaimana diungkapkan oleh Andi Prastowo (2012:103), bahwa media poster akan menambah minat peserta didik untuk menggunakannnya. Media poster dibuat dengan ilustrasi objek gambar yang menarik, garis, degradasi warga dan kata-kata yang mampu menarik perhatian dan dapat mengkomunikasikan pesan yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media poster dalam pembelajaran PPKn lebih efektif dalam meningkatkan minat belajar peserta didik jika dibandingkan dengan kelas yang menggunakan media power point.
4. Efektivitas Penggunaan Media Poster untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik
Rizawayani, dkk. (2017). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media poster telah memenuhi kriteria baik. Penilaian kualitas media poster oleh para ahli diperoleh persentase kelayakan sebesar 82,53% dengan kategori sangat layak, dan persepsi peserta didik secara keseluruhan memberikan respon positif terhadap media poster yang dikembangkan dengan nilai rata-rata persentase jawaban yang diperoleh 46,09% atas jawaban setuju. Hal ini menunjukkan bahwa media poster yang dikembangkan sudah layak diterapkan pada peserta didik. Hasil penelitian ini menguatkan penelitian yang telah dilakukan oleh; Maulida Amalia Hayati (2014), tentang pengaruh penggunaan media CD interaktif terhadap minat dan hasil belajar dalam pembelajaran PKn kelas VII di SMP Negeri 3 Temanggung. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penyebab meningkatnya hasil belajar PKn yaitu penggunaan media CD interaktif. Dalam penelitian tersebut, faktor yang dapat membantu meningkatkan prestasi peserta didik adalah penggunaan media. Dengan demikian, salah satu media yang mampu membantu meningkatkan prestasi belajar yaitu media visual. Penelitian ini menyatakan bahwa media poster yang termasuk salah satu media visual yang mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran PPKn. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sumadi Suryabrata (2011: 233-238), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik meliputi dua faktor yaitu faktor intern (dari dalam) dan faktor ekstern (dari luar). Faktor dari dalam individu meliputi faktor psikologi (bakat, minat, dan intelegensi) dan faktor jasmani. Sedangkan faktor dari luar individu meliputi faktor sosial seperti keluarga, sekolah, lingkungan, tempat tinggal dan teman bergaul dan faktor non sosial seperti alat yang digunakan untuk memicu semangat belajar. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa media poster lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar PPKn. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sunarso, dkk. (2006:14), bahwa salah satu kompetensi yang diharapkan dengan adanya pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah memunculkan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge). Civic knowledge merupakan materi substansi yang harus diketahui oleh warga negara. Salah satunya pengetahuan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban warga negara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media poster di kelas eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar PPKn jika dibandingkan dengan kelas yang menggunakan media power point
PENUTUP
Keterampilan adalah suatu kemampuan untuk melakukan sesuatu melalui belajar dengan cepat, cekat, dan tepat untuk memperoleh hasil tertentu yang berlangsung secara terus-menerus sehingga membentuk kebiasaan. Metode presentasi ilmiah adalah metode pembelajaran multiliterasi yang berfokus pada pengembangan kemampuan berbicara siswa dalam melakukan presentasi khususnya presentasi pendidikan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang telah di rancang sebelumnya
Kemampuan/kemampuan menyimak adalah kegiatan (1) mendengarkan lambang-lambang lisan dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interprestasi untuk memperoleh pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan merespon yang terkandung dalam lambang lisan yang disimak. (2) menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh, penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal.
Media Poster ilmiah seringkali digunakan sebagai media untuk menyampaikan hasil penelitian dalam pertemuan dan konferensi ilmiah. Terkadang penyajian dalam poster lebih baik dibandingkan dengan presentasi oral. Mengapa demikian? Karena penyajian dalam bentuk poster lebih efisien; presentasi oral terkadang membombardir audiens dengan banyak hal yang tentunya dapat menjadi membosankan. Sedangkan poster, dapat dilihat kapan saja, ditempel dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat sering dibaca, dan dapat dilihat oleh orang-orang dengan bidang penelitian yang berbeda. Media poster yang dikembangkan sudah layak diterapkan pada peserta
Mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang terkandung dalam tulisan ini, diharapkan penelitian lebih lanjut akan dikembangkan untuk mengembangkan pembelajaran menggunakan model Media Poster Poster Media Pembebelajaran: Presentase dan Menyimak yang Efektif, dan hal-hal baru yang dianggap dapat mendukung penulisan pembelajaran ini sehingga menjadi lebih baik dan lebih mudah untuk diterapkan. Layaknya sebuah semodel Media Poster ilmiah seringkali digunakan sebagai media Pembelajaran untuk meningkatkan miat dan prestasi belajar siswa. Perlu untuk melacak kembali kebenaran melalui studi ilmiah, penelitian mendalam dan spesifik.
REFEREN
Abidin, Y. (2014). Kemampuan menulis dan berbicara akademik. Bandung: Rizqi Press.
Abidin, Y. (2015). Pembelajaran multiliterasi: sebuah jawaban atas tantangan pendidikan abad 21 dalam konteks keindonesian. Bandung: Refika Aditama.
Alisuf, Sabri. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Andi Prastowo. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Berry, A., Rodriguez, E., Sandee, H. (2001), “Small and Medium Enterprise Dynamics in Indonesia”, Buletin Studi Perekonomian Indonesia, Carfax Publishing. 37: 3, (Maret, 2001), 363-84.
D’Angelo larissa. (2012) From postersto e-posters: The Evolution of a genre. University of reading language studies working papers. Jurnal Internasional. 4:1 (December, 2012), 31-46.
Dananjaja, James. (2002). Foklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Keterampilan Menyimak. Jakarta: Depdiknas.
Depdikbud. (1995). Menyimak dan Pengajarannya. Jakarta: Universitas Terbuka
Dewi Mustikaning Prihatin, (2014). Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. (Tesis). Universitas Pendidikan Indonesia. Teredian dalam repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu.
Eka Safitri Kusumadewi (2011) Penggunaan media visual dalam meningkatkan minat belajar IPS siswa di SDN Pondok Pinang 012. (Skripsi). Jur IPS Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tersedia dalam: repository.uinjkt.ac.id › dspace › bitstream ›
Hendriyadi., Mulyaratna, M., dan Mitarlis, (2014). Penerapan pembelajaran IPA terpadu dengan model pembelajaran kooperatif tipe stad menggunakan media poster pada tema pemanasan global SMPN 2 Menganti Kabupaten Gresik. Jurnal Pendidikan Sains, 2:1 (Januari 2014), 33-40.
Hudoro Sameto. (2000). Cara Berbicara atau Presentasi dengan Audio-Visual. Jakarta: Gramedia.
Irfiandita, R.M dan Hidayat, T. (2014). Penerapan media poster dan media audiovisual Terhadap hasil belajar pada mteri passing bawah bola voli. Jurnal Pendidikan lahraga dan Kesehatan, 2: 3 (Maret 2014), 695–698.
Kamijan dan Suyono. (2002), Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Pelajaran Menyimak. Jakarta: Depdiknas.
Kelsch, M.P. dan Werremeyer, A.B. (2011). Posters project to emphasize public health in the pharmcy curriculum. American Journal of Pharmaceutical Education, 75:1 (January, 2011),1-8.
Korakakis dkk, 2009. 3D visualization types in multimedia applications for science learning: a case study forh grade students in Greece. Journal Computers & Education, 52:10(Noveber, 2009), 390–401.
Liao,S. dan Chao,E (2012) Intention to adopt knowledge through virtual communities: posters vs lurkers. Online Information Review, 36: 3. (Marer 2012):442-461.
Maiyena, S. (2013). Pengembangan media poster berbasis pendidikan karakter untuk materi global warming. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika, 3:1 (Januari 2013), 2089-2098.
Midun, Hendrikus. (2009). Sumber dan Media Pembelajaran, Bahan Ajar. Nusa Tenggara Timur: Prodi PGSD STKIP Santa Paulus Roteng.
Muslikah. Dwi Hartatati 2010. Sukses Profesi Guru dengan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Interprebook
Muchtar, Z. dan Lailan, S. (2007) Efektifitas kombinasi media dalam peningkatan hasil belajar kimia siswa MAN pada pembelajaran sistem koloid. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 2:2. (Pebruari, 2007),103 -109.
Purwatiningsih, S. (2009). Peningkatan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas X.1 SMA N 2 Salatiga Melalui Metode Proyek Dengan Penilaian Presentasi Dan Poster. Jurnal: Lembar Ilmu Kependidikan, 38:1. (Januari, 2008), 34-52.
Rayandra H.Asyhar. (2012) Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Tim GP Press.
Rita Rahmaniati. Penggunaan media poster untuk meningkatkan hasil belajar ipa peserta didik kelas vb sdn 6 langkai palangka raya (FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 2015) Pedagogik Jurnal Pendidikan, 10: 2, (Oktober 2015), 52-73
Rizawayani, dkk. Pengembangan Media Poster Pada Materi Struktur Atom Di Sma Negeri 12 Banda Aceh. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 05:01 (Januari 2017), 127-133.
Saputra, Y dan Rudiyanto. (2005). Pembelajaran kooperatif meningkatkan ketrampilan anak TK. Jakarta: Depdiknas.
Sarjini dan Astuti, A.P. (2015). Inovasi laporan praktikum dengan media poster untuk Meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan Sains, 3:2. (Pebruari. 2015), 41- 55.
Soemarjadi. (2001). Pendidikan Keterampilan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sulastri. (2008). Peningkatan keterampilan berbicara formal dalam bahasa indonesia melalui gelar wicara. Jakarta: UNJ.
Sumadi Suryabrata (2011) Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sunarso, dkk. (2006) Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNYPress.
Tarigan, Djago. (1994). Menyimak sebagai Suatu Pengantar Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
______, H.G. (2008). Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
______, Henry Guntur. 1986. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tim Pusat Bahasa. 2008. Kamus bahasa Indonesia Presentasi. Jakarta: Pusat Bahasa Diknas.