TERAMPIL MENULIS POSTER
Materi Penguatan Bagi Mahasiswa sedan Meyelesaikan Riset Mini, untuk digunakan Sebagai media presentasi/penyampaian Karya ilmiah yang lebih baik dan efisien
PERMISI
Poster ilmiah seringkali digunakan sebagai media untuk menyampaikan hasil penelitian dalam pertemuan dan konferensi ilmiah. Terkadang penyajian dalam poster lebih baik dibandingkan dengan presentasi oral. Mengapa demikian? Karena penyajian dalam bentuk poster lebih efisien; presentasi oral terkadang membombardir audiens dengan banyak hal yang tentunya dapat menjadi membosankan. Salah satu tujuan umum pembelajaran, adalah ”Keterampilan”; mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi dan data, dan memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi. Keterampilan; (1) menjelaskan berbagai aspek, perkembangan dan masalah maslah (berkaitan dengan tema pembelajaran) (b) menjelaskan konsep dan implementasi (berkaitan dengan tema pembelajaran); (d) menjelaskan cara cara pendekatan (berkaitan dengan tema pembelajaran). Menjelaskan identik dengan mengkomunikasikan atau menyampaikan, dalam konteks ini mempresentarikan hasil kajian penulisan makalah kebijakan pendidikan. Selain itu, agar peserta didik/mahasiswa dapat berkomunikasi dengan baik juga bertujuan agar mahasiswa mempunyai wawasan yang luas dan juga sadar akan konservasi bahasa, budaya, infofmasi/kebijakan yang semakin terkikis. (berkaitan dengan tema pembelajaran dalam konteks ini adalah pembalajaran matakuliah Ilmu Akhlak, Kebijakan Pendidikanan, Etika komunikasi, dan manajemen kantor di MPI S1. Pada porgam MPI S2 dan mata kuliah Manajemen Sumberdaya manusia, manajemen pembiayaan, sistem informasi manajemen, organisasi lembaga pendidikan dan mata kuliah magang.
Hal itu didasarkan atas deskripsi Capaian Pembelajaran (CP): KKNI[1]: ada empat unsur, yaitu: sikap dan tata nilai, kemampuan kerja, penguasaan keilmuan, dan kewenangan dan tanggung jawab. SN Dikti: Standar Kompetensi Lulusan (SKL), terdiri dari 4 unsur kompetensi, yaitu: sikap, ketrampilan umum, ketrampilan khusus, dan pengetahuan Unsur sikap dan ketrampilan umum telah dirumuskan secara rinci dan tercantum dalam lampiran Permenristekditik (SN-Dikti); Unsur ketrampilan khusus dan pengetahuan harus dirumuskan oleh forum program studi sejenis yang merupakan ciri lulusan prodi tersebut. Disinilah kemampuan dan keterampilan menjadi indikator penting dalam Capaian Pembelajaran berbasis Strandar Nasional KKNI. (PP Nomor 8 tahun 2012).
Salah satu indikator indikator yang dicapai dari ”kemampuan dan keterapilan mahasiswa” adalah ”mampu dan terapil menulis” termasuk menulis poster melalui media buku tempel bertema konservasi bahasa dan budaya dengan pilihan kata dan kalimat yang menarik sehingga meyakinkan pembaca.
Menulis poster juga membutuhkan kemampuan dan keterampilan menulis dan menggambar. Dalam poster itu sendiri selain terdapat bahasa tulis juga terdapat gambar yang dapat mendukung isi tulisan, sehingga ketika menulis poster pun seorang penulis poster harus bisa memadukan keduanya. Menurut Anitah (2009:12) poster merupakan suatu gambar yang mengombinasikan unsur-unsur visual seperti, garis, gambar, dan kata-kata yang bermaksud menarik perhatian serta mengkomunikasikan pesan secara singkat. Agar lebih efektif, poster seharusnya berwarna dan menimbulkan daya tarik dengan maksud menjangkau perhatian dan menghubungkan pesan-pesannya dengan cepat.
Poster pada umumnya adalah pengumumanatau informasi tertulis yang disampaikan kepada khalayak/masyarakat dengan cara ditempelkan di tempat-tampat umum yang biasanya berisi penawaran barang, pengumuman, hiburan, dan informasi program pemerintah. Bahasa poster hendaknya singkat, padat, komunikatif, dan memotivasi pembaca (Radopick 2011). Perbedaan tujuan masing-masing poster menjadikan alasan poster dibedakan menjadi beberapa jenis. Salah satunya adalah poster layanan masyarakat yang bertujuan memberikan pesan, informasi, atau penjelasan kepada masyarakat tentang suatu hal, misalnya poster lingkungan, pendidikan, dan kesehatan. Poster ini sangat sesuai untuk Mahasiswa karena pada usia remaja, siswa mudah untuk dipengaruhi. Contoh yang buruk akan memberi pengaruh negatif saat mereka dewasa. Sebaliknya, apabila dalam diri remaja ditanamkan kebaikan, maka akan diingat sampai dewasa. Pesan positif pada poster layanan masyarakat merupakan salah satu upaya penanaman moral yang baik pada usia remaja.
Pembelajaran penulisan poster membutuhkan media dan metode yang tepat agar selain siswa dapat menguasai materi dengan baik, proses pembelajaran yang membosankan juga dapat dihindari. Namun, pembelajaran menulis poster seringkali terhambat dengan keterbatasan pola, metode, ataupun teknik yang kurang variatif. Hal ini menimbulkan kejenuhan bagi dosen dan mahasiswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Begitu pula yang terjadi dikalangan perguruan tinggi. Dosen membutuhkan ide teknik pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran penulisan poster. Biasanya dosen hanya menjelaskan materi dan memberikan contoh poster kepada mahasiswa. Memang sebagian besar mahasiswa dapat mengikuti instruksi yang diberikan dosen, tapi poster yang dihasilkan masih kurang menarik dan siswa masih kurang antusias selama proses pembelajaran.
Sebagian besar aktivitas mahasiswa dilakukan di tempat duduk mereka. Mulai dari mendengarkan penjelasan materi oleh dosen dan mengerjakan tugas yaitu membuat poster. Mahasiswa juga cenderung lebih fokus pada poster yang mereka buat. Kegiatan diskusi juga tidak terjadi sehingga masukan ide dan pendapat dari orang lain masih kurang. Dengan demikian, mahasiswa cenderung individualis dan kurang interaksi.
Keterampilan menulis poster adalah salah satu materi menulis yang harus dikuasai mahasiswa. Keterampilan ini membutuhkan kreativitas siswa untuk menyusun kata atau serangkaian kata yang singkat namun dapat mewakili maksud yang dibantu dengan gambar atau ilustrasi tertentu. Poster yang dibuat juga harus dapat menarik perhatian pembaca karena tujuan dibuatnya poster adalah untuk mempengaruhi atau mengajak pembaca.
Dosen membutuhkan pola pembelajaran untuk memancing mahasiswa agar lebih interaktif. Pola tersebut diharapkan dapat mengurangi individualisme siswa sekaligus mengembangkan ide mereka agar menghasilkan poster yang variatif dan kreatif. Pola yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah pola kooperatif. Pola kooperatif adalah pola yang sesuai untuk mahasiswa. Pola ini sesuai dengan kebutuhan mahasiswa usia remaja yang masih mudah terpengaruh dengan teman sebaya. Kegiatan yang melibatkan kelompok akan membuat mahasiswa lebih berperan dalam proses pembelajaran. Selain itu, mahasiswa akan lebih nyaman bertanya kepada teman sekelompoknya daripada kepada dosennya. Motivasi dari teman (teman sebaya) sekelompok juga sangat berperan dalam keberhasilan pembelajaran.
Tujuan penulisan ini, untuk memotivasi mahasiswa agar terampil menulis poster adalah salah satu materi menulis yang harus dikuasai mahasiswa. Keterampilan ini membutuhkan kreativitas siswa untuk menyusun kata atau serangkaian kata yang singkat namun dapat mewakili maksud yang dibantu dengan gambar atau ilustrasi tertentu. Poster yang dibuat juga harus dapat menarik perhatian pembaca karena tujuan dibuatnya poster adalah untuk mempengaruhi atau mengajak pembaca/pemiarsa/rekan sekelasnya. Seiring dengan kepentigan penyajian materi diskusi kelompok atau presentasi mahasiswa mereka cukup dengan menapilkan poster.
HAKIKAT DAN KONSEP MENULIS POSTER
Hakikat Menulis
1. Pengertian Menulis
Menulis dapat dirumuskan sebagai kegiatan melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca gambaran grafik tersebut (Tarigan, 1993:21). Sementara itu, Lado (dalam Tarigan, 1993) menyimpulkan bahwa menulis bukan hanya kegiatan menyalin/mengkopi huruf ataupun menset suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu. Penulis harus memahami bahasa tersebut beserta representasinya.
Parera (1993: 3) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu proses dapat diartikan dengan melalui beberapa tahap berkaitan dengan menulis. Sedangkan Nurhadi (1995: 243) mengemukakan bahwa menulis adalah suatu proses penuangan ide atau gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa rangkaian simbol-simbol bahasa(huruf). Menurut Suriamiharja (1996: 2) menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Selanjutnya juga dapat diartikan bahwa menulis adalah menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaan.
Suparno dan Yunus (2007: 1.3) juga merumuskan pengertian menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Begitu juga dengan pendapat Nurudin (2007: 4) yang selaras dengan pendapat sebelumnya. Nurudin merumuskan pengertian menulis sebagai segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Selain itu, Sumarjo (dalam Komaidi, 2011) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide, pikiran, perasaan dan gagasan sendiri kepada orang lain dalam bentuk nonverbal. Menulis juga merupakan suatu cara komunikasi nonverbal dari diri seseorang kepada orang lain.
2. Tujuan Menulis
Menulis dimaksudkan agar tulisan yang dibuat dapat dipahami orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang digunakan. Keterampilan menulis menjadi salah satu kesan adanya pengirim dan penerima pesan (Suriamihardja, 1996:2). Tujuan menulis menurut Sujanto (1998:68) adalah untuk mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi pembaca, dan memberi hiburan.
Hugo Hartig (dalam Tarigan, 1993), mempertegas tujuan menulis adalah sebagai berikut:
a. Tujuan penugasan; tujuan penugasan, artinya menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri.
b. Tujuan altruistik; untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan pembaca, menolong pembaca untuk memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan menyenangkan.
c. Tujuan persuasif; menulis bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan.
d. Tujuan informasional; atau tujuan penerangan, artinya menulis bertujuan memberi informasi, keterangan/penerangan kepada pembaca.
e. Tujuan pernyataan diri; menulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri kepada pembaca.
f. Tujuan kreatif, menulis bertujuan mencapai nila-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.
g. Tujuan pemecahan masalah; menulis memiliki tujuan menjelaskan, menjernihkan, serta menjelajahi pikiran dan gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan atas kemauan sendiri. Pada tujuan alturuistik (alturuistic purpose) penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya dan ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.
Tujuan persuasif (persuasive purpose) adalah tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan sedangkan tujuan informasi (informational purpose) merupakan tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca. Tujuan pernyataan diri (self expressive purpose) erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri, tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dan tujuan kreatif (creative purpose) merupakan tulisan yang bertujuan untuk memecahkan masalah, menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Intinya, bahwa tujuan menulis adalah mengungkapkan gagasan untuk memberikan informasi, memberikan solusi tentang suatu masalah, mempengaruhi atau menghibur pembaca.
3. Manfaat Menulis
Kegunaan menulis adalah dapat (1) mengenali kemampuan dan potensi diri, (b) mengembangkan berbagai gagasan, (c) memaksa untuk menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis, (d) mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat, (e) meninjau serta menilai gagasan sendiri secara lebih objektif, (f) memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret, (g) mendorong belajar secara aktif, dan (h) membiasakan bepikir dan berbahasa secara tertib (Akhadiah dkk. 1988: 1).
Manfaat menulis adalah dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita, melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan, kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang akan kita tulis. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat, melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif, dengan menuliskan di atas kertas, kita akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib (Akhadiah, 1998: 1).
Sementara itu, Percy (dalam Gie 2002) mengemukakan enam manfaat kegiatan mengarang, yaitu sebagai (1) sarana untuk pengungkapan diri, (b) sarana untuk pemahaman, (c) sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri, (d) sarana untuk meningkatkan kesadaran dan pencerahan terhadap lingkungan sekeliling seseorang, (e) sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah, dan (f) sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa. Melengkapi pendapat Akhadiah dan Percy, Suparno dan Yunus (2007: 1.4) menyebutkan bahwa manfaat dari menulis antara lain, (1) meningkatkan kecerdasan, (b) mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, (c) menumbuhkan keberanian, dan (d) mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Menulis juga dapat membantu melepaskan diri dari permasalahan contohnya trauma masa lalu. Hal ini terjadi karena menulis dapat membantu menstabilkan masamasa sulit secara aman. Kebiasaan membuat catatan kecil atau berusaha memfokuskan ke dalam cerpen atau puisi bisa menjadi bagian penting dari pemulihan seseorang (Leondhart dalam Sukino, 2010).
Tidak berbeda dengan keempat pendapat di atas, Komaidi (2011:9) merumuskan enam manfaat menulis. Keenam manfaat menulis menurut Komaidi antara lain: (1) menimbulkan rasa ingin tahu dan kepekaan dengan realitas di sekitar; (b) mendororng untuk membaca referensi seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya; (c) terlatih menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan logis; (d) mengurangi tingkat ketegangan dan stres; (e) mendapat kepuasan batin karena merasa bermanfaat bagi orang lain ketika tulisan dimuat di media massa; (f) meningkatkan popularitas seiring bertambahnya tingkat keterbacaan di masyarakat.
Berdasarkan pendapat ahli terebut dapat disimpulkan bahwa menulis memiliki banyak manfaat antara lain untuk sarana komunikasi, menyampaikan gagasan, mengungkapkan ide, serta untuk mengembangkan kemampuan diri. Selain itu, menulis bermanfaat antara lain untuk mengenali kemampuan dan potensi diri, melatih untuk mengembangkan berbagai gagasan, menyerap, mencari, serta menguasai informasi dari topik yang ditulis, mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan mengekspresikannya secara tersurat, meninjau serta menilai gagasannya secara objektif.
4. Tahapan Menulis
Dalam kegiatan menulis, wadah yang dimaksud adalah sarana atau media dalam kegiatan menulis, misalnya buku dan alat tulis. Setelah itu kita baru melakukan berbagai tahap dalam menulis, seperti memaparkan ide dengan baik, mengumpulkan bahan atau materi yang digunakan kemudian bahan diolah dengan baik. Hasil tulisan tersebut harus kita baca secara seksama dan berulang-ulang barulah kita melakukan perbaikan terhadap hasil tulisan. Jadi, sebenarnya kegiatan menulis adalah sebuah proses rangkaian kegiatan panjang dan sistematis. Sedangkan Wijaya (2006) berpendapat bahwa ada beberapa langkah mudah untuk menulis nonfiksi, antara lain: (1) temukan tema, (b) lakukan riset, (c) lakukan brain-storming, (d) kelompokkanlah ide-ide tersebut, (e) urutkan pokok-pokok pikiran tersebut, (f) cek kembali pokok pikiran tersebut, dan (g) mulailah menulis.
Hernowo (2005:145-147) mengatakan bahwa ada tujuh langkah mudah dalam menulis, yaitu (1) sediakan dua macam wadah untuk menulis, (b) alirkan secara bebas apa saja yang kamu keluarkan dalam bentuk tulisan, (c) kumpulkan bahan tulisan secara mencicil dan perlahan-lahan, (d) jangan terburuburu untuk segera memperbaiki tulisan, (e) mengedepankan seluruh bahan tulisan yang sudah kamu keluarkan semua, (f) bacalah, bacalah, dan bacalah bahan tulisan kamu, (g) membaca dan menulislah, menulis dan membacalah atau lalui dengan nyaman tahap revisioning (revisi).
Dari pendapat-pendapat tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tahap-tahap menulis secara umum ada tiga yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Tahap prapenulisan merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis. Dalam tahap ini penulis memikirkan dan mengerjakan berbagai kegiatan sebelum melakukan kegiatan menulis yang sebenarnya. Tahap prapenulisan ini meliputi pemilihan topik, pembatasan topik, penentuan judul, penentuan tujuan, dan pengembangan topik.
Tahap penulisan adalah tahap yang membahas semua topik atau gagasan yang ada dalam kerangka karangan yang disusun. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan yang utuh diperlukan pengetahuan tentang variasi dan penggunaan bahasa. Artinya kita harus mampu memilih kata dari istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami dan diterima pembaca dengan baik dan tidak menimbulkan salah penafsiran. Kata-kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya kalimat tersebut disusun menjadi paragraf-paragraf yang baik, ditulis berpedoman EYD dan tanda baca yang tepat.
Tahap menulis yang terakhir adalah revisi yaitu tahap pemeriksaan hasil karangan. Sebenarnya revisi sudah dilakukan pada waktu tahap penulisan berlangsung, tetapi belum diperiksa secara keseluruhan. Pada tahap ini biasanya tulisan yang telah selesai ditulis, diteliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, penulisan catatan kaki, dan daftar pustaka. Ketiga tahap menulis tersebut saling berhubungan sehingga jika salah satunya tidak dilakukan dengan baik maka tulisan yang dihasilkan menjadi kurang sempurna.
5. Ciri-Ciri Tulisan yang Baik
Tulisan yang baik dapat mengkomunikasi pikiran dan perasaan yang efektif. Komunikasi tulis dikatakan efektif atau tepat guna apabila (a) penulis tahu apa yang harus dikatakan/harus benar-benar tahu pokok pembicaraannya, (b) penulis tahu bagaimana caranya memberi struktur terhadap gagasan-gagasannya, (c) dan penulis tahu bagaimana mengekspresikan dirinya dengan baik, yaitu kalau dia menguasai gaya yang serasi (Morris dkk. dalam Tarigan 1982).
Akhadiah dkk. (1988:2) juga mengemukakan bahwa tulisan yang baik memiliki ciri, di antaranya bermakna, jelas/lugas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, memenuhi kaidah kebahasaan, serta bersifat komunikatif.
Widyartono (2011) merumuskan ciri-ciri tulisan yang baik adalah: (a) memiliki kejujuran penulis, (b) dihasilkan dari kerangka karangan, (c) kemenarikan tulisan, (d) kemurnian gagasan, (e) memiliki ide/gagasan utama dan penjelas, (f) kesatuan gagasan, (g) keruntutan gagasan, (h) kohesi dan koheren, (i) kelogisan, (j) penekanan, (k) bahasa yang sesuai dengan sasaran kelompok pembaca, dan (l) dipahami oleh kelompok pembaca.
Tarigan (1993:6), menyimpulkan bahwa ciri-ciri tulisan yan baik antara lain (a) mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi, (b) mencerminkan kemampuan menyusun bahanbahan yang tersedia menjadi keseluruhan yang utuh, (c) mencerminkan kemampuan sang penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar, memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai dengan yang dimaksud penulis, (d) dapat meyakinkan: menarik minat pembacaterhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal dan cermatteliti mengenai hal itu, (e) mampu mengkritik tulisannya yang pertama dan memperbaikinya, dan (f) mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah atau manuskrip: kesediaan menggunakan ejaan-tanda baca secara seksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya pada pembaca.
Dengan demikian, berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tulisan yang baik adalah tulisan yang memiliki ide yang murni dan komunikatif sehingga mampu menarik minat dan mudah dipahami pembaca. Tulisan juga harus lugas dan jelas. Selain itu, penggunaan struktur kalimat dan ejaan juga harus tepat.
Konsep Penulisan Poster
1. Memahami Poster
Poster dapat didefinisikan sebagai media untuk menyampaikan kesan tertentu dan mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Sebagai contoh mempengaruhi orang untuk membeli produk tertentu, untuk mengikuti program Keluarga Berencana, atau untuk menyayangi binatang. Penulisan poster dapat di kain, kertas, batang kayu, seng dan semacamnya. Pemasangannya biasanya di kelas, di pohon, di tepi jalan, di majalah. Ukurannya bermacam-macam tergantung kebutuhan (Sadiman dkk. 1990:48).
Poster adalah alat untuk mengimbau, memberitahu atau mengumumkan melalui tulisan dan biasanya dilengkapi dengan gambar. Gambar dipesan sesuai tujuan dari tulisan yang dibuat. Poster adalah media untuk menyampaikan pesan kepada pembaca dengan jelas melalui susunan kata-kata dan gambar. Poster juga berfungsi sosial, sebab dapat mempengaruhi masyarakat dari tingkah laku atau tindakannya dalam kegiatan sehari-hari dalam suasana yang bersifat umum (Bari 2001:11) poster adalah gambar atau tulisan di atas kertas atau kain yang dipasang di tempat umum berisi pemberitahuan.
Hasnun (2006:253) mengungkapkan bahwa poster merupakan gambar atau tulisan di atas kertas atau kain yang dipasang di tempat umum berisi pemberitahuan.Hasnun menambahkan, isi dan tujuan poster beragam. Ada poster yang berisi imbauan kepada masyarakat tentang suatu kegiatan. Ada juga poster yang berisi larangan untuk menghindari perbuatan tertentu. Misalnya poster tentang bahaya narkoba, baik melalui kata-kata maupun gambar. Ada juga poster yang berisi ajakan agar masyarakat mau membeli barang tertentu atau menghadiri acara tertentu.
Zanu (2009:1) mendefinisikan poster sebagai gambar-gambar yang dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian, sedikit menggunakan kata-kata. Poster dicetak pada sehelai kertas atau bahan lain yang ditempatkan di tempat umum. Sementara itu, menurut Sudjana dan Rivai (2009:51) poster adalah kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya.
Poster seperti dijelaskan Lucihuki (2011) didefinisikan sebagai plakat yang dipasang di tempat umum yang berupa pengumuman atau iklan. Poster lebih mementingkan gambar. Poster juga berisi promosi suatu produk, penyampaian informasi kepada masyarakat, seperti KB, penghijauan, atau tertib lalu lintas. Melengkapi pendapat yang dikemukakan Luchihuki, Kurniawan (2012) merumuskan pengertian poster sebagai plakat yang ditempatkan di tempat umum, biasanya berupa ajakan, pengumuman, atau iklan yang bertujuan untuk menyampaikan suatu informasi dan mempengaruhi pandangan serta pendapat orang mengenai informasi tersebut. Poster memiliki ciri bahasa yang unik, singkat, jelas, efektif, mudah dipahami, dan menarik perhatian, jika diperlukan, dapat dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi.
Pada prinsipnya poster merupakan gagasan yang dicetuskan dalam bentuk ilustrasi gambar yang disederhanakan yang dibuat dalam ukuran besar, bertujuan untuk menarik perhatian, membujuk, memotivasi atau memperingatkan pada gagsan pokok, fakta atau peristiwa tertentu. Desain sebuah poster merupakan perpaduan antara kesederhanaan serta dinamika. Berbagai warna yang mencolok dan kontras seringkali dipakai dalam poster. Kustandi dan Sutjipto (2011:50), menyebutkan bahwa poster adalah media yang diharapkan mampu mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Poster merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampiakan pesan singkat, padat, dan impresif, karena ukurannya yang relatif besar.
Dengan demikian, dapat difahami bahwa poster adalah satu jenis karangan persuasi karena poster mempunyai sifat mengajak atau mempengaruhi pembaca untuk melakukan sesuatu. Poster merupakan informasi yang ditulis dalam media tertentu yang bersifat persuasif sehingga pembaca yakin dengan hal yang diposterkan dan biasanya dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi agar menarik. Di samping itu, poster dalam tulisan ini diartikan sebagai kombinasi visual yang berisi gambar dan informasi berupa ajakan, pengumuman, atau iklan dengan maksud menarik perhatian dan atau memotivasi tingkah laku yang ditempatkan di tempat umum yang dicetak pada sehelai kertas atau bahan lain dengan ukuran sesuai kebutuhan.
2. Jenis-jenis Poster
Jenis-jenis poster dapat ditinjau dari dua segi, yaitu berdasarkan penempatan dan berdasarkan tujuan. Berdasarkan segi penempatannya, poster terdiri atas poster dalam, yaitu poster yang diletakkan dalam ruangan tertutup (indoor) dan poster luar, yaitu poster yang ditempelkan atau diletakkan di luar ruangan (outdoor). Sedangkan jenis poster berdasarkan tujuannya meliputi poster sosial dan poster komersial. Poster sosial adalah poster yang digunakan untuk mendukung program-program yang direncanakan. Poster komersial merupakan poster yang berisi pesan menawarkan produk untuk membujuk orang supaya mengambil keputusan untuk membeli (Kertamukti 2008:1). Pendapat lain dikemukakan oleh Luchihuki (2011) yang membedakan jenis poster menjadi empat, yaitu (1) poster niaga, (b) poster pendidikan, (c) poster penerangan, dan (d) poster kegiatan.
Hampir sama dengan pendapat sebelumnya, Kurniawan (2012) mengemukakan jenis-jenis poster menurut isinya dibagi menjadi empat jenis, yaitu (1) poster kegiatan yang bertujuan memberitahukan adanya suatu kegiatan dan mengajak pembaca untuk mengikuti atau berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, (b) poster penerangan atau pendidikan yang bertujuan mempengaruhi pembaca untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, (c) poster hiburan yang bertujuan memberitahukan adanya suatu hal yang bersifat hiburan, dan (d) poster niaga yang bertujuan menarik pembaca untuk membeli atau menggunakan suatu barang atau jasa.
Rachmawati (2012) mengelompokkan jenis poster menjadi dua belas, yaitu: (a) poster propaganda, (b) poster kampanye, poster ini biasanya digunakan sebagai penarik simpati dari calon pemimpin saat pemilihan umum, (c) poster wanted, poster ini digunakan saat sayembara untuk menemukan penjahat yang sedang dicari negara, (d) poster cheesecake, yaitu poster yang biasanya diperuntukkan untuk anak-anak muda. Biasanya poster ini berisi gambar artis, (e) poster film, yaitu poster yang berfungsi mempopulerkan film-film. Poster ini dibuat dengan teknologi dan profesionalisme sangat tinggi karena melibatkan finansial yang luas. Oleh karena itu, pembuat poster ini adalah desainer-desainer terbaik, (e)poster komik buku, yaitu poster yang berisi gambar pada buku komik, (g) poster affirmation, yaitu poster yang berisi motivasi dengan kata-kata yang tertulis pada poster tersebut. Teks atau kata-kata motivasi yang tertulis biasanya tentang kepemimpinan, peluang, dan lain-lain, (i) poster riset dan kegiatan ilmiah, poster ini sering dipakai kalangan akademisi untuk mempromosikan kegiatan ilmiah, (j) poster di dalam kelas, poster ini populer di sekolah-sekolah di Amerika Utara. Poster ini bervariasi, misalnya poster untuk memotivasi murid agar bersikap baik, poster yang berisi bahan pelajaran yang singkat, tabel perkalian, pengenalan bahasa asing, peta, dan lain-lain, (k)poster karya seni, poster ini merupakan ekspresi desain grafis yang dibuat dengan tujuan seni. Poster ini biasanya dibuat mahasiswa seni grafis sebagai ajang kreativitas, (l)poster pelayanan masyarakat, adalah poster yang tidak bersifat komersial dan biasanya sering dilombakan oleh lembaga-lembaga pemerintahan maupun LSM, dan (m)poster komersial, poster ini didesain dan diproduksi sebagai sarana mempromosikan suatu produk dan diproduksi dengan anggaran tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat jenis poster, yaitu (1) poster niaga, yaitu poster yang berisi tentang suatu barang yang diperjualbelikan, (b) poster pendidikan, yaitu poster yang berisi himbauan tentang pendidikan, (c) poster penerangan, yaitu poster yang berisi tentang penjelasan mengenai suatu hal, dan (d) poster kegiatan, yaitu poster yang bertujuan mengumumkan dan memeri informasi mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Karakteristik Poster
Poster yang dinamis, menonjolkan kualitas, dan sederhana tidak memerlukan pemikiran bagi pembaca dan harus cukup kuat untuk menarik perhatian pembaca. Poster yang efektif pada umunya enak dipandang walaupun tidak perlu nyata dalam kejadian yang sangat dramatik. Rohani (1997: 77) menyebutkan karakteristik poster antara lain:
a. berupa suatu lukisan atau gambar,
b. menyampaikan suatu pesan atau ide tertentu,
c. huruf-hurufnya cukup besar dan mudah dibaca,
d. menarik dan memuaskan perhatian orang yang melihatnya,
e. menggunakan kata-kata efektif, sugestif, dan mudah diingat,
f. pilihan kata-katanya harus tepat dan kalimatnya bersifat persuasfi (ajakan),
g. dapat dibaca dalam waktu yang singkat,
h. menggunakan variasi bentuk huruf dan variasi warna yang menarik,
i. berani, langsung, dinamis, dan menimbulkan kejutan,
j. anatara ilustrasi dan tulisan harus ada keseimbangan,
k. teks ringkas, jelas, dan bermakna, dan
l. sederhana tetapi mempunyai daya tarik dan daya guna yang maksimal.
Menurut Hasnun (2006: 51) pada prinsipnya poster merupakan gagasan yang dicetuskan dalam bentuk ilustrasi gambar yang disederhanakan yang dibuat dalam ukuran besar, bertujuan untuk menarik perhatian, membujuk, memotivasi atau memperingatkan pada gagsan pokok, fakta atau peristiwa tertentu. Desain sebuah poster merupakan perpaduan antara kesederhanaan serta dinamika. Berbagai warna yang mencolok dan kontras seringkali dipakai dalam poster. Sedangkan menurut Sudjana (2002), poster yang baik harus dinamis, menonjulkan kualitas. Poster harus sederhana tidak memerlukan pemikiran bagi pengamat secara terinci, harus cukup kuat untuk menarik perhatian, bila tidak akan hilang kegunaannya.
Bahasa poster memiliki perbedaan dan keunikan dari bahasa lainnya, seperti bahasa pengumuman atau bahasa surat. Bahasa poster singkat, jelas, dan memiliki daya pikat. Singkat maksudnya tidak panjang dan tidak berbelit-belit. Kata-katanya padat dan penuh isi, serta setiap kata memiliki fungsi. Artinya, tidak ada kata yang penempatannya tidak bermakna. Jelas, maksudnya tidak membingungkan pembaca. Memiliki daya pikat, maksudnya dengan membaca poster yang dipasang, pembaca merasa tertarik. Oleh sebab itu, pemilihan dan penempatan kata yang sesuai sangat penting diperhatikan oleh penulis poster.
Kata-kata yang dipergunakan efektif, sugestif, dan mudah diingat. Efektif, maksudnya tidak menggunakan kata-kata yang tidak bermanfaat. Setiap kata yang ditempelkan memiliki arti dan saling mendukung. Sugestif, maksudnya dengan membaca atau melihat poster yang dipasang, masyarakat tergugah hatinya untuk membeli atau mengikuti isi dan tujuan poster. Mudah diingat, berarti kata-kata dalam poster tidak berbelit-belit dan panjang. Apabila mempergunakan gambar, gambar harus jelas, tidak mencolok, dan harus sesuai dengan gagasan yang disampaikan.
Menyusun kata-kata dalam poster harus menghindarkan dari kata-kata yang bernada bombastis atau memuji barang atau kegiatan yang ingin dilaksanakan secara berlebihan. Poster tersebut akhirnya tidak akan komunikatif dan tidak mendapat tempat di hati masyarakat. Kedudukan poster dalam menawarkan atau menyosialisasikan sesuatu sangat penting. Oleh sebab itu, penulis poster perlu memilki kejelian dalam menyusun kata-kata yang sesuai dengan menguasai bentuk-bentuk apa yang ingin disampaikan.
Hal lain yang sama pentingnya adalah komposisi, warna, dan teknik unsur pokok di dlam penyajian poster yang efektif. Unsur-unsur ini pun dapat dipakai pada gambar datar, bagan-bagan, papan rencana, dan papan pengumuman yang pada dasarnya diperuntukkan bagi sarana gambar. Imajinasi kreatif, ditambah dengan pemusatan perhatian yang bagus, akan dihindarkan dalam mendukung tekanan dan kontras yang tegas. Warna memberi arti dan ungkapan seindah lukisan yang bagus. Warna memberikan sifat kontras dan kuat, karena merupakan daya tarik bagi sebuah poster yang baik.
Dari berbagai uraian mengenai karakteristik poster di atas, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya poster merupakan gagasan yang dicetuskan dalam bentuk ilustrasi gambar yang disederhanakan yang dibuat dalam ukuran besar, bertujuan untuk menarik perhatian, membujuk, memotivasi, dan memperingatkan pembaca. Di samping itu, poster harus praktis, dapat menyampaikan pesan walaupun dibaca sambil lalu, menarik, mudah dimengerti, dan sederhana.
3. Fungsi Poster
Poster telah mendapatkan perhatian yang cukup besar sebagai suatu media komunikasi visual untuk menyampaikan informasi, saran, pesan dan pesan, ide dan gagasan. Perannya sangat cepat dalam menanamkan atau mengingatkan kembali kepada para pembaca pada satu gagasan penting. Poster memiliki kekuatan dramatik yang yang tinggi, memikat, dan menarik perhatian.
Beberapa fungsi poster menurut Sudjana (2002:56) antara lain: (a) sebagai motivasi, (b) sebagai peringatan, dan (c) sebagai pengalaman yang kreatif. Poster dalam pengajaran berfungsi sebagai pendorong atau motivasi kegiatan belajar peserta didik. Dipihak lain poster dapat merangsang peserta didik untuk mempelajari lebih jauh atau ingin lebih tahu hakikat dari pesan yang disampaikan melalui poster tersebut. Pesan melalui poster yang tepat akan membantu menyadarkan peserta didik, sehingga diharapkan bias mengubah perilakunya dalam praktik sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan, dan sebagai alat bantu mengajar poster member kemungkinan belajar kreatif dan partisipasi. Dengan kata lain, poster memberikan pengalaman baru sehingga menumbuhkan kreatifitas peserta didik dalam cara belajarnya.
Harto (dalam Setiawan 2004:14) antara lain: (a) poster berfungsi mengimbau, melarang, menggerakkan, atau bahkan mengajak, (b) elemen utama dari poster adalah gambar dan tulisan, (c) ada tema atau keinginan tertentu yang disampaikan yang sesuai dengan fungsi poster, (d) gambar biasanya lebih dominan dibandingkan dengan tulisan, (e) bisa berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi (mobile design).
Dari beberapa manfaat poster yang disebutkan, dapat diambil kesimpulan bahwa poster memiliki manfaat untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat baik berupa imbauan, larangan, maupun ajakan. Fungsi poster juga sebagai motivasi, memberi imbauan, larangan, dan mengajak pembaca sesuai tema poster.
4. Kriteria Menulis Poster
Menulis poster merupakan kegiatan menuangkan pikiran atau gagasan dalam bentuk media komunikasi visual yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, saran dan pesan, serta ide dan dapat mempengaruhi seseorang yang membacanya. Poster yang baik harus dinamis, menonjolkan kualitas. Poster harus sederhana tidak memerlukan pemikiran bagi pengamat secara terinci, haus cukup kuat untuk menarik perhatian, bila tidak akan hilang kegunaannya (Sudjana 2002:51). Bentuk poster yang baik haruslah bersifat komunikatif, artinya mudah diterima dan dimengerti oleh penikmatnya. Dalam membuat poster hendaknya jangan terlalu banyak ilustrasi, tetapi menarik serta mudah dimengerti, teks yang dicantumkan ringkas, jelas, bermakna, bisa dibaca dalam waktu yang singkat, dan mempunyai daya tarik dan daya guna maksimal.
Kriteria menulis poster yang baik yaitu mengandung ciri-ciri atau karakteristik yang ada dalam poster antara lain: (a) berisi imbauan, larangan, atau ajakan, (b) terdapat gambar dan tulisan, (c) ada tema atau keinginan tertentu yang disampaikan sesuai dengan fungsi poster, (d) gambar biasanya lebih dominan dibandingkan dengan tulisam, (e) bias berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi (mobile design), (f) bersifat komunikatif, artinya mudah diterima dan dimengerti oleh penikmatnya, (g) dalam membuat poster hendaknya ilustrasi jangan terlalu banyak, tetapi menarik serta mudah dimengerti, teks yang dicantumkan supaya ringkas, jelas, dan bermakna, bisa dibaca dalam waktu yang singkat, mempunyai daya tarik daya guna maksimal.
Menulis poster yang baik, sebagaimana Jabrohim dalam Safitri (2011:32) mengemukakan penilaian poster yang baik antara lain: (a) komposisi poster, (b) keefektifan kalimat poster, (c) bentuk tulisan poster, (d) penyajian gambar, (e) kerapian. Komposisi poster yang dimaksud adalah tulisan dalam poster tidak perlu detail. Sebuah poster yang baik mempunyai komposisi yang seimbang. Selain itu, kalimat poster juga harus efektif. Keefektifan kalimat tersebut diwujudkan dengan penggunaan diksi yang tepat, ringkas, kalimat bervariasi, dan persuasif. Poster tidak memerlukan kalimat yang panjang dan hanya kata-kata kunci yang ditonjolkan. Aspek penilaian berikutnya adalah bentuk tulisan poster.
Tulisan poster hendaknya tebal, jelas, dan mudah dibaca serta rapi. Selain itu, tampilan gambar poster hendaknya bisa menarik perhatian, bersih, rapi dan mudah dipahami. Aspek-aspek yang dinilai dalam menulis poster antara lain: (a) kesesuaian isi dengan tujuan poster untuk mempersuasi, (b) memilih isi dan bentuk yang autentik dan kreatif, (c) tampilan warna dan gambar menarik atau tidak, (d) pemilihan diksi, (e) keefektifan kalimat, (f) penggunaan ejaan.
Berdasarkan kriteria penilaian di atas maka dalam penelitian ini aspek-aspek yang dinilai pada keterampilan menulis poster meliputi, 1) kesesuaian isi poster dengan topik yang dipilih melalui media kliping, gambar mendukung kalimat poster, bermakna, dan memiliki maksud dan tujuan yang jelas, 2) kalimat poster persuasive, menggunakan diksi yang tepat, bervariasi, dan ringkas, 3) bentuk tulisan jelas, ukuran huruf besar dan tebal, mudah dibaca dari jarak jauh, dan rapi, 4) tampilan poster meliputi komposisi gambar dan tulisan selaras, pemilihan warna menarik perhatian, sederhana, dan tampilan bersih dan rapi, 5) penggunaan ejaan dan tanda baca sesuai dengan EYD, penggunaan tanda baca tidak berlebihan dan dapat memperjelas maksud poster.
7. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Penulisan Poster
Secara umum, poster yang baik hendaklah sederhana, menyajikan satu ide untuk mencapai satu tujuan pokok, berwarna, slogannya ringkas dan jitu, tulisannya jelas, dan motif dan desainnya bervariasi (Sadiman 1990:49). Sedangkan Kertamukti (2008:2) merumuskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan poster antara lain: (a) objek poster yang akan dibuat, (b) ide yang ingin disampaikan, (c) pilihan kata harus tepat dan persuasif, (d) menggunakan kata yang efektif, sugestif, dan mudah diingat, (e) huruf-hurufnya cukup besar dan mudah dibaca, (f) kalimat hendaknya mengandung suasana keakraban, dan (g) menggunakan variasi bentuk dan variasi warna yang menarik.
Selain itu, Sudjana dan Rivai (2008:51) mengemukakan bahwa poster yang baik harus dinamis dan menonjolkan kualitas. Poster harus sederhana tidak memerlukan pemikiran bagi pengamat secara terinci dan harus kuat untuk menarik perhatian. Luchihuki (2011) juga memaparkan bahwa dalam penulisan poster gambar harus mencolok sesuai dengan ide yang hendak disampaikan. Kata-kata yang digunakan juga harus efektif, sugestif, dan mudah diingat, tulisan dibuat besar agar mudah dibaca, dan poster dipasang di tempat yang strategis.
Dengan demikian, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan poster adalah pengungkapan ide yang jelas, tampilan yang menarik (berwarna dan bervariasi), dan menggunakan kata-kata yang jelas, efektif, sugestif, dan mudah diingat.
8. Aspek dan Kategori Penulisan Poster
Aspek penulisan poster meliputi (a) tampilan poster, (b) isi poster, (c) kalimat poster, (d) bentuk tulisan, dan (e) ejaan dan tanda baca. Kriteria poster yang baik berdasarkan aspek–aspek tersebut akan dipaparkan secara rinci seperti berikut ini. Tampilan poster harus sederhana tetapi sudah cukup untuk mewakili ide. Selain itu, gambar juga harus sesuai dengan kata atau kalimat slogan. Tampilan poster yang baik adalah yang bersih dan menarik pembaca. Sementara itu, isi poster juga cukup berisi tema yang sederhana. Yang perlu diperhatikan adalah isi poster baik itu gambar dan slogan harus sesuai dengan tema. Dengan demikian, maksud atau tujuan poster jelas sehingga dapat menarik perhatian pembaca.
Slogan yang dipakai dalam penulisan poster berupa kata atau kalimat. Kata atau kalimat yang digunakan harus menggunakan kata-kata yang persuasif karena poster bertujuan untuk mengajak atau mempengaruhi pembaca. Selain itu, kata atau kalimat yang digunakan harus ringkas dan efektif namun cukup mewakili ide. Diksi yang digunakan juga harus tepat agar tidak menimbulkan makna ganda. Kalimat yang digunakan harus sesuai dengan gambar untuk membantu pemahaman pembaca.
Selain penggunaan kalimat, penggunaan ukuran dan bentuk tulisan juga mempengaruhi tampilan poster. Bentuk tulisan yang baik adalah jelas/dapat dibaca. Selain itu, tulisan juga harus rapi. Penggunaan bentuk atau ukuran yang variatif juga diperkenankan. Selain memperindah, poster, bentuk tulisan yang variatif juga dapat mempertegas maksud poster. Dari segi tampilan, bentuk tulisan tidak boleh mengurangi peran gambar. Jadi, penempatan dan ukuran tulisan juga harus diperhatikan.
Penggunaan kata atau kalimat dalam poster tidak terlepas dari ketepatan ejaan dan tanda baca. Tulisan dan tanda baca yang digunakan harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Penggunaan tanda baca juga perlu dipertimbankgan. Tanda baca tidak boleh berlebihan. Penggunaan tanda baca sebaiknya benar-benar mempertegas maksud poster.
Tata Penulias Poster untuk Presentasi Ilmiah
1. Menulis poster membutuhkan kemampuan ilmiah
Menulis poster membutuhkan kemampuan menulis ilmiah dan menggambar. Dalam poster itu sendiri selain terdapat bahasa tulis juga terdapat gambar yang dapat mendukung isi tulisan, sehingga ketika menulis poster pun seorang penulis poster harus bisa memadukan keduanya. Menurut Anitah (2009: 12) poster merupakan suatu gambar yang mengombinasikan unsur-unsur visual seperti, garis, gambar, dan kata-kata yang bermaksud menarik perhatian serta mengkomunikasikan pesan secara singkat. Agar lebih efektif, poster seharusnya berwarna dan menimbulkan daya tarik dengan maksud menjangkau perhatian dan menghubungkan pesan-pesannya dengan cepat. Ciri-ciri poster ilmiah yaitu sebagai berikut: visualisasi dari sebuah telaah pustaka, hasil riset dan laporan khusus; (1) gambar lebih banyak dari kata-kata, (mendominasi poster), (2) poster harus mengikuti format standar poster ilmiah, (3) menggunakan bahasa komunikasi ilmiah.
Uraian tersebut di atas, menyiratkan bahwa poster ilmiah adalah salah satu bentuk tulisan yang di dalamnya mempunyai tujuan untuk meyakinkan para pembaca atau bisa disebut sebagai persuasive purpose. Selain itu, poster juga termasuk informative purpose, yaitu memberikan informasi atau penerangan. Dan dalam kegiatan menulis poster membutuhkan ketelitian dari penulis itu sendiri. Dikatakan demikian, karena di dalam kegiatan itu, penulis harus bisa memadukan gambar dengan tulisan yang singkat, supaya apa yang mereka tuliskan dapat dipahami oleh pembaca dengan cepat.
Di perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk bisa menulis karya tulis ilmiah, yaitu makalah. Selain itu juga ada penulisan skripsi yang menjadi tuntutan utama bagi seorang mahasiswa untuk menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Karena skripsi lah yang akan menentukan karya lulus atau tidaknya seorang mahasiswa itu. Begitupun dengan penulisan makalah, mahasiswa dituntut untuk bisa menulisnya karena makalah tersebut akan menjadi ‘makanan’ sehari-hari bagi para mahasiswa dalam pembuatan tugas mata kuliah. Setiap mata kuliah biasanya kan menuntut mahasiswa membuat makalah sebagai syarat mendapatkan nilai untuk dipresentasikan. Makalah yang dibuat pun tidak bisa sembarangan, karena penulisan makalah mempunyai aturan-aturan tertentu dalam penentuan penulisannya. Diantaranya, sebuah makalah harus jelas darimana sumbernya, darimana tulisan itu dikutip dan siapa yang menjadi pengarangnya. Makalah mempunyai bagian-bagian tertentu seperti pendahuluan, pembahasan, serta penutup. Maka pemahaman atas penyusunan karya tulis ilmiah wajib dimiliki para mahasiswa di Perguruan Tinggi dengan segala program studi yang ditekuni. Karya Ilmiah di lingkungan UIN SGD Bandung, beupa; makalah, dihasilkan oleh mahasiswa, resensi buku, dan atau hasil riset, yang ditugaskan dosen pada tiap mata kuliah, sebagai syarat kelulusan tiap mata kuliah. Skripsi syarat kelulusan Program S1, Tesis, syarat kelulusan Program S2, dan Disertasi syarat kelulusan Program S3. (Paduan Akademik PPs.UIN-SGD, 2019: 35). Temukan laman; https://www.academia.edu/8593542/ Karya_Tulis_Ilmiah_di_Perguruan_Tinggi
2. Langkah Menulis Poster
Sebelum menulis poster hendaknya mahasiswa memahami langkah-langkah menulis poster antara lain: (a) menentukan topik dan tujuan yang diposterkan, (b) merumuskan pesan atau amanat yang akan disampaikan, (c) merumuskan kalimat yang singkat, menarik, padat dan jelas sehingga apabila dibaca orang mudah mengerti, (d) menggunakan kalimat yang persuasif, bersifat membujuk, dan memiliki daya sugestif sehingga mudah mempengaruhi banyak orang, (e) menggunakan gambar pendukung tema dengan warna yang menarik dan sesuai komposisinya, dan (f) menggunakan media yang tepat, misalnya kain rentang, papan yang luas, seng atau lain-lain.
3. Komponen-komponen Penulisan Poster Ilmiah
“Publish or perish” [Nature 463, 142-143 (2010) doi:10.1038/463142a] adalah sebuah frase yang sudah tidak asing lagi dalam publikasi ilmiah. Publikasi ilmiah adalah hal yang penting dilakukan oleh seorang ilmuan atau klinisi sebagai bentuk tanggung jawab dan komunikasi dengan ilmuan, klinisi lain, atau publik mengenai apa yang telah mereka lakukan. Berbagai media publikasi telah tersedia saat ini, salah satunya adalah melalui poster ilmiah.
Poster ilmiah belumlah sepopuler poster iklan ataupun poster penyuluhan. Sering mereka yang mengikuti lomba poster salah kaprah tentang poster ilmiah (karena sekali lagi hal ini baru diperkenalkan di bangku kuliah). Tentunya hal ini akan merugikan peserta sendiri baik secara materi maupun waktu. Jadi bagi teman-teman yang ingin membuat poster ilmiah silahkan sempatkan waktu kalian untuk membaca artikel ini.
Poster ilmiah seringkali digunakan sebagai media untuk menyampaikan hasil penelitian dalam pertemuan dan konferensi ilmiah. Terkadang penyajian dalam poster lebih baik dibandingkan dengan presentasi oral. Mengapa demikian? Karena penyajian dalam bentuk poster lebih efisien; presentasi oral terkadang membombardir audiens dengan banyak hal yang tentunya dapat menjadi membosankan. Sedangkan poster, dapat dilihat kapan saja, ditempel dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat sering dibaca, dan dapat dilihat oleh orang-orang dengan bidang penelitian yang berbeda. Oleh karena itu, poster ilmiah yang dibuat harus dapat menarik perhatian atau menciptakan suatu interest terhadap hasil penelitian kita. Poster ilmiah harus menyediakan suatu summary yang ringkas dan menarik dari hasil penelitian kita, mudah dibaca, desain sederhana, serta menggunakan gambar-gambar atau diagram yang tepat dan atraktif.
Untuk mendesain sebuah poster, diperlukan juga seni dari pembuat poster tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain poster adalah pemilihan warna background maupun tulisan, ukuran tulisan, lay out poster. Software yang dapat membantu untuk mendesain sebuah poster misalnya, Microsoft Power Point, Adobe Illustrator atau InDesign, Canvas, Publish-it, Corel Draw, LaTeX, dan lain-lain. Bagian ini tidak akan dibahas lebih jauh pada tulisan ini karena keterampilan dalam mendesain poster dapat diperoleh dengan pengalaman mendesain poster. University of Delaware dalam situs webnya (http://www.udel.edu/research/presenting/posters.html) menyediakan guideline singkat mengenai bagaimana membuat poster ilmiah yang atraktif dari segi content dan desain poster. Situs ini juga menyediakan beberapa link yang dapat membantu dalam membuat poster ilmiah yang baik.
Hal penting yang perlu di pertegas disini untuk dapat dipahami dalam membuat/menulis poster ilmiah adalah komponen-komponen dari poster yang dirancang oleh Shelledy D.C. (2016), Papan display untuk poster penelitian biasanya berukuran 4×6 kaki (1 kaki = 12 inci = 30,48 cm). Banner seharusnya berukuran tinggi 10-12 inci dan lebar 4 kaki, dengan margin 1 inci pada setiap sisinya. Pada sisi kiri atas biasanya terdapat logo institusi. Tulisan pada banner juga harus terlihat dalam jarak 20 kaki. Ukuran font umumnya untuk abstract, introduction, methods, results, conclusions adalah 16-18 pt. Teks poster kita harus terlihat dalam jarak 3 minimal 3 kaki. Untuk jenis font yang dipilih, Shelledy C. menyarankan font Times, Times New Roman, Arial, atau Helvetica typeface.
a. Jududul
Pada banner terdapat judul, nama-nama penulis, dan institusi/kelas/kelompok.
b. Abstrak
Bagian abstrak pada poster penelitian harus dapat memberikan summary secara akurat mengenai hipotesis atau pertanyaan penelitian (research question), metode, data, dan konklusi yang dideskripsikan pada bagian-bagian poster selanjutnya. Hal ini penting karena abstrak merupakan bagian kedua setelah judul yang akan dibaca oleh publik dan akan menentukan apakah poster kita layak untuk dibaca selanjutnya dan sesuai dengan minat mereka.
c. Pendahuluan/Introduction
Introduction, pada poster harus menjelaskan jawaban dari pertanyaan mengapa penelitan tersebut dilakukan. Bagian ini mendefinisikan secara jelas topik dan menjelaskan apa yang diteliti serta alasan dan arti penting dari peneltian tersebut. Jadi, introduction juga harus memuat pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sedang diuji. Untuk isinya dapat digunakan teks atau atau bullet points, tergantung dari pilihan personal dan metode mana yang dapat membuat informasi menjadi lebih jelas dan lebih mudah dipahami.
d. Metode
Bagian metode pada poster penelitan harus menjelaskan apa yang dilakukan dalam penelitian. Pada metode harus disertakan detail yang cukup dan jelas agar orang lain dapat memutuskan apakah desain penelitian yang anda pilih cukup untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis yang anda ajukan. Dengan kata lain, bagian ini dapat menunjukkan validitas dari studi kita. Statistik dan teknik analisis data yang digunakan juga harus dijelaskan, begitu pula nilai p yang dipilih untuk menentukan perbedaan nilai yang signifikan secara statistik. Bagian metode seharusnya memuat populasi dan subjek studi; teknik sampling; ada tidaknya randomisasi atau teknik lain dalam menetapkan kelompok studi; intervensi, prosedur, dan/atau protokol studi; ada tidaknya blinding baik subjek maupun peneliti, alat-alat yang digunakan, serta outcome yang dinilai.
e. Hasil Kajian/Penelitian
Hasil penelitian memuat apa yang kita temukan pada penelitian kita. Bagian ini harus mencantumkan analisis data dan gambar atau tabel untuk menunjukkan data kita. Gambar atau tabel digunakan untuk mengklarifikasi dan menggambarkan hasil studi kita dan harus jelas, self explanatory, dan sederhana. Gambar harus menyediakan legenda agar dapat dipahami.
e. Diskusi/Pembahasan
Bagian diskusi memuat tentang apa yang kita pikirkan mengenai hasil yang kita peroleh. Bagian ini juga dapat disertai dengan bukti-bukti pendukung atau bukti-bukti yang berlawanan dengan hasil penelitian kita yang harus dijelaskan. Kelebihan dan kelemahan studi juga dideskripsikan pada bagian ini.
e. Simpulan
Simpulan kajian/penelitan harus secara langsung berhubungan dengan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang diajukan dan didukung secara konsisten dengan hasil penelitian yang kita peroleh.
f. Bibliografi
Bibliografi atau yang umumnya disebut sebagai daftar pustaka turut menjadi bagian yang penting. Asumsinya, sebuah penelitian ilmiah tentu akan menggunakan referensi-referensi pendukung. Tidak ada batasan minimal maupun maksimal dalam penggunaan referensi. Namun, ini bukan berarti bahwa peneliti bisa seenaknya mencantumkan referensi. Referensi yang terlalu sedikit bisa menandakan peneliti tidak banyak membaca literatur pendukung atau hasil penelitian terkait. Sementara bila terlalu banyak, bisa-bisa dicurigai hasil tulisannya didominasi oleh pendapat ahli daripada pendapat peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, pemanfaatan referensi harus dilakukan sewajar dan seperlunya saja.
Berikut adalah contoh lay out sederhana poster berdasarkan komponen-komponen yang didesain oleh Shelledy D.C (2016), antara lain:
Gambar 1: Lay Out Poster Penelitian
Sumber: Shelledy D.C (2016), dimodifikasi oleh penulis
Terkadang terdapat suatu sesi dimana poster ilmiah ini harus dipresentasikan dalam suatu pertemuan atau konferensi ilmiah. Suatu jurnal yang dipublikasikan oleh yang juga dimuat pada situs web University of Virginia, Deparment of Chemistry; mendeskripsikan 10 aturan sederhana untuk melakukan presentasi poster ilmiah yang baik.
Jadi sudah mengerti tentang poster ilmiah? Tunggu apa lagi gabung di berbagai event lomba poster ilmiah yang ada saat ini dan tunjukkan kreatifitas kalian Sebagai perbandingan Model Desain Poater Ilmilan.
Temukan –https://dentosca.files.wordpress.com/2011/12/workshop-poster-ilmiah-20112.pdf. http://updesign-and-branding.blogspot.com/2014/07/poster-ilmiah.html
PENUTUP
Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide, pikiran, perasaan dan gagasan sendiri kepada orang lain dalam bentuk nonverbal. Menulis juga merupakan suatu cara komunikasi nonverbal dari diri seseorang kepada orang lain. Menulis poster membutuhkan kemampuan menulis ilmiah dan menggambar. Dalam poster itu sendiri selain terdapat bahasa tulis juga terdapat gambar yang dapat mendukung isi tulisan, sehingga ketika menulis poster pun seorang penulis poster harus bisa memadukan keduanya.
Penggunaan kata atau kalimat dalam poster tidak terlepas dari ketepatan ejaan dan tanda baca. Tulisan dan tanda baca yang digunakan harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Penggunaan tanda baca juga perlu dipertimbankgan. Tanda baca tidak boleh berlebihan. Penggunaan tanda baca sebaiknya benar-benar mempertegas maksud poster. Komponen research poster menurut Shelledy D.C. terdiri dari banner, abstract, introduction, methods, results, discussion, conclusions, dilengkapi dengan bibliografi.
Penyesuain diperlukan dalam membuat/menulis Poster bersumer dari makalah berkaitan dengan kepentingan Presentasi/penjaian makalah mata kuliah.
Referen
Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Bari. 2011. Desain Poster Pencemaran Udara untuk Pelestarian Lingkungan. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Erren TC dan Bourne PE (PLoS Comput Biol 3 (5): e102. doi:10.1371/journal.pcbi.0030102) tersedian dalam http://chem.virginia.edu/gra duate-studies/test-links-pg/how-to-make-a-scientific-poster/.
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta: Andi.
Kertamukti. 2008. Media Iklan. http://ramakertamukti.wordpress.com/2008/09/11/media-iklan.
Komaidi, Didik. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Sabda Media.
Kurniawan, Fandi. 2012. Pengertian Slogan dan Poster. Tersedia dalam http://fandikurniawan.blogspot.com/ 2012/02/pengertian-slogan-dan-poster.html.
Luchihuki. 2011. Pengertian Poster. Tersedia dalam: http://ilmudan pengetahuan gratis.blogspot.com/2011/6/ pengertian-poster.html.
McGehee, W. 1958. Are We Using All We Know About Training? Learning Theory and Training, Personnel Psychology, Spring
Muhaimin, dkk. 2002. Paradikma Pendidikan Islam, Suatu Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Bandung: Rosda karya.
Nurhadi. 1995. Tata bahasa pendidikan. Semarang: IKIP Semarang press
Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM Press.
Parera, Jos Daniel. 1993. Menulis Tertib dan Semantik. Jakarta: Erlangga.
Rachmawati, Hilda Laila. 2012. Macam-Macam Poster. Tersedia dalam http://hildalailarachmawati.blogspot. com/2012/04/macam-macam-poster.html.
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Rohani, Akhmad. 1997. Media Pembelajaran Edukatif. Jakarta, PT. Rieneka Cipta.
Sadiman, Arief S. dkk. 1990. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Shelledy, D.C., 2016, Respiratory Care: Patient Assessment and Care Plan Development, Texas, Jones & Bartlett Learning, p. 144.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sujanto. 1998. Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: P2LPTK.
Sukino. 2010. Menulis itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal. Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS.
Suparno, dan Mohamad Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suriamihardja, Agus dkk. 1996/1997. Petunujuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Suriamiharja. A, Husen dan Nurjanah. N. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Widyartono, Didin. 2011. Ciri-Ciri Tulisan yang Baik. http://didin.lecture.ub.ac.id/ keterampilan-menulis/asa-menulis-dan-ciri-tulisanyang-baik.
Zanu. 2009. Pengertian Poster. http://zanumegapro.blogspot.com/2009/01/pengertian-poster. html.
[1] Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI); adalah kerangka penjenjangan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di berbagai sektor pekerjaan. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional, dan sistem penilaian kesetaraan capaian pembelajaran (learning outcomes) nasional, yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumber daya manusia nasional yang bermutu dan produktif. (Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012).