Ubah Keluhan Menjadi Energi Positif
A. Rusdiana
Permisi
Mengeluh adalah hal yang wajar. Sifat itu adalah sifat alamiah manusia. Tapi, terus-menerus mengeluh pun (ngoceh) tidak baik, apalagi jika keluhan itu isinya berkaitan dengan pekerjaan. Dalam sebuah tulisan di Forbes, diceritakan bahwa ada seseorang yang baru saja menerima putusan pekerjaan. Pekerjaan itu terhitung baik, tapi ia selalu mengeluh karena ia menganggap bahwa perusahaan tempat ia bekerja terlalu otoriter dan terlalu keras. Ia pun memutuskan untuk curhat, dan Sarah, teman kerjanya, menjadi tempat curhatnya. Awalnya, hubungannya dengan Sarah berjalan lancar. Sampai suatu ketika, saat ia mengeluh kepada Sarah soal pekerjaan dan perusahaannya, Sarah mengatakan ini, “Oh, Tuhan, anda kok ngeluh terus. sih? Jujur deh, itu bikin gue jadi ga semangat kerja, tahu”. Ucapan itu bagaikan tamparan keras di wajah orang tersebut, dan menyadarkannya akan sesuatu. Ya, orang itu akhirnya sadar bahwa terus mengeluh itu tidak baik. Memang, dalam situasi kerja di zaman milenial ini, rasa marah dan kesal akan pekerjaan yang dijalani selalu ada. Itu cerita tulisan di Forbes. Cerita saya lain, ketika sebelum menulis ini, saya menerima WA dari temen mengirim pesan kesaya yang isinya (DFATAR PENSIUN TAHUN 2020), saya faham, ini mau curhat nih, padahal dia citanya inging pensiun di usia 75 tahaun. Ada lagi keluhan Mahasiswa masih sama di WA tetang hasil evaluasi kerja (PMB Daring) 3 minggu terakhir dari isi 2 kelas 72 mahahasiswa (Turned in) masih ada 14 orang yang masih bermaslah (Assigned). Tapi hal itu saya anggap wajar. Telebih suasana saat ini dengan akan diterapkan Kebijakan PSBB. DKI Jakarta sudah menerakan hal itu. Dan sejenisnya, belum lagi dapat Instrusi No. 451/Un.05/II.4/HM.01/04/2020, hari ini. Radi Cosmo Memgiformasikan tentang Operasi Lalulintas ”Operasi keselamatan Intan 2020” urusan masker, dan sebagainya.
Sebuah studi yang dilakukan Gallup menunjukkan bahwa hanya 13% saja, dari total seluruh pekerja di dunia, yang merasa senang bekerja di perusahaannya sekarang. Ruang untuk kecewa kepada kebijakan/aturan perusahaan selalu ada. Namun, jika anda terus-menerus mengeluh tentang pekerjaan dan perusahaan tempatmu bekerja, berhati-hatilah. Sebab, ada beberapa hal yang mungkin terjadi jika anda terus mengeluh (Firdiansyah, 2019).
Ada lagi yang lebih mengejutkan: ”Hampir semua orang pasti pernah mengeluh, baik mengeluh soal percintaan, pekerjaan dan lainnya. Seperti Ho Joo, pria 45 tahun asal Singapura yang mengaku sering mengeluh setiap menghadapi masalah. Tapi, banyak orang yang mungkin belum mengetahui bahwa kebiasaan mengeluh bisa membawa dampak buruk pada kesehatan. “Kadang-kadang saya menemukan diri saya mengeluh tanpa berpikir tentang hal sama berulang kali. Setelah beberapa saat saya menyadari bahwa mengeluh tidak menyelesaikan apapun,” katanya dikutip dari Asia One. Banyak orang mengira dengan mengeluh bisa mengurangi beban dan menghindari stres. Sayangnya, kebiasaan ini bisa memengaruhi kesehatan fisi dalam jangka panjang. Penelitian tahun 2004 oleh Archives of General Psychiatry terlah mensurvei 999 pria dan wanita tua selama hampir satu dekade dan ada 397 peserta meninggal dunia” (Nissa | Shevinna,2019).
Memang, mengeluh adalah sifat yang dimiliki manusia pada umumya, mulai dari remaja, dewasa hingga orang tua. Ada banyak hal yang menyebabkan manusia mengeluh atas segala problematika hidup yang seolah-olah tidak bisa diselesaikan. Kecuali dengan memendamnya dalam hati atau menceritakannya pada orang yang kita anggap dapat dipercaya dalam menyelesaikan segala lika-liku hidup, baik persoalan hidup yang ringan maupun berat. Karenannya, pada titik tertentu, mengeluh dapat menyebakan stres dan depresi, yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan fisik dan psikis. Dalam hal ini dua perspektif, medis dan Islam menjelaskan tentang bagaimana mengeluh dapat membuat seseorang menjadi hilang kendali atas emosi yang berlebihan serta bagaimana jalan keluar agar keluh kesah ini dapat sirna dalam lingkaran kehidupan.
1. Mengeluh dalam Perspektif Medis
Jika dilihat dari segi medis, mengeluh yang sifatnya berkelanjutan, dapat memicu depresi kronis. Pada orang yang mengalami depresi kronis, ukuran hippocampus otak yang berkaitan dengan emosi dan ingatan akan mengecil. Sel otak yang berkaitan dengan komunikasi juga ikut terpengaruh. Produksi serotonin dan kemampuan tubuh juga akan berkurang secara drastis. Akibatnya, fungsi otak akan menjadi tak maksimal dan bisa membuat seseorang tak fokus pada pekerjaan, bahkan pada hal semudah menentukan kemana akan pergi pada liburan akhir pekan, dan pilihan-pilahan yang membuatnya berpikir berkali-kali.
Lebih parahnya lagi, keluhan atas persoalan hidup manusia yang mudah dijumpai seperti masalah keuangan, pribadi, hingga asmara dapat menimbulkan stres dan depresi, yang jika tidak ditangani secara tepat. Hal ini akan berakhir dengan kematian seseorang dengan cara bunuh diri. Tapi, bukankah setiap penyakit ada obatnya? Benar, depresi tentu memiliki obat penawar yang biasa dikenal sebagai antidepresan. Tetapi sayangnya, penawar ini hanya akan menurunkan gejalanya, namun tidak dapat mengobatinya secara total. Oleh karenanya, selalu ingat akan Tuhan dalam setiap keluh kesah menjadi penting bagi setiap insan yang menginginkan ketenangan dalam hidup (Rusydan Fauzi, 2019).
2. Mengeluh dalam Pandangan Islam
Mengeluh adalah hal yang wajar dan manusiawi. Sebab Allah subhanahu wa ta’ala sendiri berfirman dalam QS Al-Ma’arij: 19 yang artinya, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”. Maka, didasari atau tidak, mengeluh adalah sifat dasar manusia yang timbul saat ia tertimpa masalah dan kesulitan dalam hidup.
Kita tentu telah mengetahui bersama bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah sosok manusia paling sempurna, tetapi sebagai manusia biasa, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah mengeluh.
Pada saat itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengalami sebuah kondisi yang jauh dari kondisi yang beliau inginkan. Para kaum musyrikin mengabaikan seruannya dan juga mencampakkan Al Quran. Mereka telah mengacuhkan Al Quran dalam beberapa bentuk, di antaranya; mereka tak mau mengimani, mendengarkan, dan lebih-lebih menolak Al Quran, dengan mengatakan bahwa “Al Quran adalah karangan dan bualan Muhammad si tukang sihir!”. Kaum musyrikin pun mencegah orang-orang yang berusaha mendengarkan Al Quran dan dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam kondisi tertekan tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluh dan mengadu kepada Allah subhanahu wa ta’ala, yang tertuang dalam QS Al Furqon: 30. “Dan rasul (Muhammad) berkata, Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Quran ini diabaikan”. Allah SWT pun telah berpesan, jika kita kembali dan mengingat-Nya maka hati yang dirundung kegelisahan akan sirna. Maka siapa pun yang merindukan akan ketenangan batin dan jiwa, hendaknya selalu mengingatNya dalam setiap langkah. (QS Ar-Rad: 28)
Tetapi jika kesabaran kita habis dalam menghadapi setiap musibah, Allah SWT dengan lembutnya menyuruh kita untuk bersabar dengan sabar yang baik, “Fashbir shabran jamiila, Fashbir shabran jamiila” (QS Al Ma’arij: 5)
Oleh karenanya, jika kita ingin mengeluh, mengeluh kepada Allah adalah langkah tepat bagi seorang muslim, sebab solusi yang diberikan Allah kepada kita hanyalah setitik. Mari meraih rahmat itu sebanyak-banyaknya, dan selagi Allah SWT masih memberikan kita kesempatan, mari berusaha untuk memahami wahyu Ilahi dengan sebaik-baiknya. Sungguh, apabila hati kita telah diterangi oleh Al Quran, maka dengan izin-Nya akan muncul semangat, optimisme, dan keyakinan kuat, bahwa Dia selalu menyertai setiap ikhtiar dan akan muncul ghirah dalam diri kita untuk selalu istiqomah menajadi insan yang bertaqwa.
Dampak Sering Mengeluh
Namun, jika anda terus-menerus mengeluh tentang pekerjaan dan perusahaan tempatmu bekerja, berhati-hatilah. Sebab, ada beberapa hal yang mungkin terjadi jika anda terus mengeluh. Berikut adalah tip dari Abrar Firdiansyah, (2019). beberapa di antaranya:
1. Akan Dianggap Tidak Produktif
Bagaimana mungkin anda bisa produktif bekerja kalau pekerjaanmu sehari-hari terus mengeluh? Jika anda terus menampilkan kesedihan anda saat bekerja, orang akan menganggap bahwa anda hanya punya energi dan waktu untuk mengeluh, tanpa memikirkan tanggung jawab yang harus anda lakukan selaku karyawan sebuah perusahaan. Karena, sebenarnya waktu yang anda habiskan saat anda mengeluh, mungkin cukup untuk memikirkan banyak hal. Misalnya, solusi terhadap masalah yang terjadi di perusahaan, atau solusi terhadap masalah kerja yang sedang anda alami. Beralihlah ke hal-hal yang sifatnya lebih substantif, daripada terus mengeluh perihal sesuatu yang sebenarnya tidak penting.
2. Jadi Bahan Omongan Orang Lain
Saat anda dengan berani mengeluh soal perusahaan, maka orang akan berpikir dan berasumsi: apakah anda juga mengeluh soal mereka? Anda akan dianggap sosok yang tidak punya empati dan terlalu kritis. Anda akan dianggap sebagai sosok yang sulit untuk didekati oleh orang. Jangan tampilkan persona diri anda yang seperti itu. Kuncinya ya, jangan banyak mengeluh, karena saat anda melakukan itu, akan muncul kesan bahwa hanya anda saja yang sempurna, sedangkan orang lain banyak cacatnya. Tidak enak, bukan?
3. Sulit Dipercaya Orang
Jika anda terus mengeluh, dan sudah kadung dikenal sebagai si pengeluh, maka anda akan jadi orang yang tidak dipercaya. Dalam sebuah rapat, bisa jadi pendapatmu soal masalah di perusahaan tidak akan didengar, karena kredibilitasmu sudah tercoreng sebagai si pengeluh.
Saat anda berpendapat, maka orang akan berpikir bahwa, “Ah, jangan dengarkan pendapatnya. Mungkin saja pendapatnya itu tidak bagus, negatif, dan cuma dari satu sisi saja,”. Padahal, mungkin, idemu itu bagus untuk perusahaan. Tampilkan persona yang bagus, maka idemu akan didengar. Kuncinya, ya, jangan banyak mengeluh.
4. Dianggap Sulit Menerima Perubahan
Perubahan dalam perusahaan akan selalu terjadi, bergantung pada target dari perusahaan itu sendiri. Perubahan ini, tentunya, harus dijalankan oleh semua karyawan, tanpa kecuali. Nah, jika anda dikenal sebagai seorang yang pengeluh, maka akan ada efek lain yang anda terima.
Jika anda dianggap sebagai sosok pengeluh, maka orang akan menganggap anda tidak bisa menerima perubahan. Lalu, kelak jika anda mengeluhkan soal perubahan ini, maka hal itu akan semakin menegaskan pandangan mereka. Maka, janganlah mengeluh, dan terima perubahan yang ada di perusahaan anda . Adaptasi cepat harus dilakukan, kecuali jika anda memang suka mengeluh dan keras kepala.
5. Dianggap sebagai Sosok yang Tidak Bertanggung Jawab
Sosok yang pengeluh, lazimnya, akan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang mereka buat. Hal ini tentu tidak baik, karena jika memang anda berbuat salah, seharusnya anda jantan dan mengakui kesalahan tersebut. Dalam pekerjaan, hal serupa juga berlaku.
Semakin tinggi posisi yang anda dapat di sebuah perusahaan, maka akan semakin besar tanggung jawab yang anda emban. Jika anda gemar mengeluh, maka anda akan dianggap sosok yang tidak bertanggung jawab. Tentunya hal itu akan membuat anda susah naik posisi di perusahaan, karena orang sudah kadung mengganggap anda lepas tangan dari masalah.
6. Susah Mendapatkan Teman
Seringnya, ketika anda mengeluh, pesan tersirat yang ingin disampaikan adalah anda mencoba mencari dukungan. Anda ingin orang-orang mendukung pendapatmu. Ayolah, itu buruk bagi kesehatan orang lain yang mendengarkan pendapatmu itu.
Lebih parahnya lagi, orang-orang akan berpikir dua kali sebelum mereka mau bicara denganmu. Dampaknya, dalam setiap proyek kerja, maka anda akan dijauhi karena anda dianggap tidak bisa berpikir jernih. Karena anda adalah si tukang mengeluh, yang selalu memaksakan pendapat.
Itu adalah dampak-dampak yang bisa anda dapat jika anda kebanyakan mengeluh di kantor. Mengeluh, sebenarnya bisa jadi sebuah perekat tersendiri di kantor, terutama jika anda dan rekan kerjamu memiliki masalah yang sama. Dengan sama-sama mengeluh, maka kalian akan semakin dekat. Tapi, tak selamanya mengeluh itu baik, loh, karena tanpa sadar anda sudah memaparkan hal negatif pada orang-orang. Lalu, tentunya, yang harus anda ingat adalah bukan hanya anda saja yang punya masalah. Orang lain, rekan kerja anda , mungkin memiliki masalah lebih besar, namun mereka pandai menutupinya.
Mengubah Keluhan jadi Energi Positif
Konsep dari kesehatan mental terletak pada individual dan fungsional yang mana masih berhubungan dengan kemampuan atau kapasitas seseorang dalam menangani atau meng ubah lingkungannya. Ketidakmampuan seseorang dalam memecahkan masalah sehingga dapat menimbulkan stres yang berlebihan menjadikan kesehatan mental individu tersebut menjadi lebih rentan. (Manwell et al. (2015)
Ilmu kesehatan semakin berkembang, teknik penyembuhan bisa dilakukan dengan cara medis atau alternatif, salah satunya adalah teknik penyembuhan dengan pola pikir positif dan sikap optimis. Optimisme adalah sikap yang selalu mengharapkan hal-hal baik dan hasil yang baik. Menunjukkan sikappositif akan memunculkan banyak manfaat kesehatan, mulai dari meningkatkan sistem kekebalan, memunculkan perasaan optimis, dan menimbulkan perasaan bahagia. Seperti yang dilansir dalam surat kabar online Kompas.com Chandra, (dalam Rully, dkk, 2019) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa keuntungan dalam berpikir positif, antara lain: (1)Berpikir positif membantu dalam mengatasi situasi stres, mengabaikan pikiran negatif, mengganti pikiran pesimis menjadi optimis, mengurangi kecemasan dan mengurangi stres. (2)Hilangkan Kecemasan: Ketika mengubah pikiran negatif menjadi positif maka akan menimbulkan rasa ketenangan dan kedamaian, sehingga tidak akan mengalami gangguan saat tidur, tidak merasakan ketegangan otot, kecemasan, dan kelelahan. (baca juga Hilangkan kecemasan bangun Pribadi yang Tangguh); (3)Jadikan/kenali Diri Sendiri: Dapat lebih percaya diri dengan tidak mencoba menjadi orang lain. (4)Ambil Keputusan Yang tepat dan Benar: Dapat mengambil keputusan yang benar, karena adanya sikap positif dari ketenangan dalam menghadapi masalah. (5)Fokus pada Tugas dan Kewajiban: Dapat meningkatkan fokus dalam menghadapi masalah. .(baca Juga kembali ke Fokus); (6)Bersikap Positif: Sikap positif dapat mengarahkan atau mengatur kehidupan pribadi menjadi lebih baik. (7)Atur Waktu dengan Baik: Dapat mengatur waktu lebih baik, sehingga segala kegiatan dapat terorganisir.(baca Juga Manajemen Waktu); (8)Ajak/Tarik teman Bicara: Orang yang berpikir positif mempunyai kemampuan untuk menarik banyak teman. (9)Pilihlah teman yang selalu optimis dan dapat memberikan pengaruh yang baik, (10)Gunakan metode bibliotherapy yaitu teknik terapi dengan membaca buku, mengambil hal positif dari buku tersebut, merenungi lalu mengimplementasikan hal positif tersebut dalam kehidupannya. (baca Edaran Rektor UIN SGD, no 451/Un.05/II.4/HM.01/04/2020, (11)Perlihatkan Keberanian dan bertindak Positif: Menjadi pemberani, karena ketakutan berasal dari sikap negatif. Memiliki sikap positif dapat mengantisipasi hidup bahagia.
Dari itu, ditemukan bahwa bibliotherapy yaitu teknik terapi dengan membaca buku, mengambil hal positif dari buku tersebut, merenungi lalu mengimplementasikan hal positif tersebut dalam kehidupannya. Bibliotherapy sebagai cara untuk menumbuhkan sikap optimis. Biblioterapi merupakan salah satu solusi untuk gangguan emosional dan keterampilan yang dimiliki konselor dalam memecahkan permasalahan.
Nasihat Rasulullah
Kitab Uqudullujain Karya Imam Nawawi Al-Bantan memuat kisah yang menyemangati para istri atau wanita yang akan menikah, juga untuk bahan renungan bagi suami untuk lebih menyayangi istrinya. Karena dalam rumah tangga, wanita memiliki tugas yang sangat berat. Hal tersebut tergambar pada kisah Fatimah Az-Zahra. Suatu ketika, Rasulullah mendatanginya. Wanita itu dalam keadaan menangis sambil menggiling gandum.
Melihat putrinya yang sedang menangis, Nabi mendekati putrinya, lalu bertanya, Wahai Fatimah mengapa engkau menangis? Allah tidak menyebabkan matamu menangis. Lalu, Fatimah menceritakan kepada ayahnya perihal sesuatu yang membuatnya menangis, Wahai ayahku, aku menangis karena kesibukan tugas rumah tangga yang aku kerjakan setiap hari tanpa seorang pun yang membantu.
Kemudian, Nabi duduk di samping Fatimah. Lalu, Fatimah melanjutkan ceritanya, Wahai ayahku, dengan keutamaan yang engkau miliki, tolong katakan pada Ali supaya mau membelikan budak untukku agar dapat membantu menggiling gandum dan mengurusi pekerjaan rumah.
Setelah mendengar cerita tersebut, Nabi SAW berdiri dan mengambil gandum dengan tangannya mengucapkan bismillah. Kemudian, Nabi berkata kepada putrinya sebagai bentuk nasihat dan penyemangat supaya putrinya tidak lagi mengeluh ketika melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri. Beliau memberikan lima nasihat kepada Fatimah terkait keluhannya.
Wahai Fatimah, Allah ingin menulis kebaikan untukmu, melebur dosa-dosamu,dan mengangkat derajatmu. Wahai Fatimah, tiada istri yang meng giling tepung untuk suami dan anak nya kecuali Allah mencatatkan kebaikan baginya pada setiap biji dari gandum, meleburkan dosanya, dan meninggikan derajat-nya.
Wahai Fatimah, tiada keringat istri ketika menggiling tepung untuk suaminya kecuali Allah menjadikan jarak baginya dan neraka sejauh tujuh khanadiq. Wahai Fatimah, tiada istri ketika me makaikan minyak rambut pada kepala anaknya, menyisir, dan mencuci pakaiannya kecuali Allah mencatatkan baginya senilai pahala orang yang memberi makan seribu orang lapar dan ditambah dengan pahalanya orang yang memberi pakaian pada seribu orang telanjang.
Wahai Fatimah, ketika seorang istri mengandung janin di perutnya, malaikat memintakan ampun untuknya, Allah menulis 15 ribu kebaikan baginya, ketika datang rasa sakit melahirkan, Allah SWT menulis pahala baginya senilai pahala mujahidin, dan ketika seorang bayi telah lahir darinya maka Allah mengeluarkan berbagai macam dosa darinya hingga dia bersih kembali sebagaimana hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya.
Mengeluh hanya Kepada Allah Berkatalah Rasul: ”Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Alquran itu sesuatu yang diacuhkan. Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiaptiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong. (QS al- Furqan: 30-31).
Cara terbaik mengadukan segala keluh-kesah adalah hanya kepada Allah, sebagaimana Nabi mengeluhkan perbuat an kaumnya kepada Allah azza wajalla. Kadang kala, ketika seseorang berkeluh kesah kepada orang lain, hal itu tidak memberikan jalan keluar, justru membuka masalah baru atau memberatkan orang lain. Sedangkan, Allah pasti memberikan jalan keluar ketika kita meminta kepada-Nya.
Seorang Muslim yang baik tidak akan mengeluhkan takdir Allah kepada manusia. Sebab, dia mengetahui itulah takdir yang diberikan oleh Rabb Yang Maha Mengasihi. Ada hikmah yang tersembunyi dari takdir itu yang akan berakhir dengan kebahagiaan.
Penutup
Hampir semua orang pasti pernah mengeluh. mengeluh adalah sifat yang dimiliki manusia pada umumya, mulai dari remaja, dewasa hingga orang tua. Sifat keluh kesah pada diri manusia, sesungguhnya akan dapat terobati dan terkurangi, bahkan energi negatif dari sifat keluh kesah bisa diubah menjadi energi positif, manakala seseorang mampu melakukan kebaikan. Tapi, tak selamanya mengeluh itu baik, karena tanpa sadar kita sudah memaparkan hal negatif pada orang lain.
Bibliotherapy adalah salah satu teknik penyembuhan mental, terutama ketakutan, kecemasan dan stres. Dalam pelaksanaan bibliotherapy pustakawan dapat bekerjasama dengan dokter di rumah sakit. Bibliotherapy dapat diimplementasikan dalam ruang perpustakaan yang tenang sehingga pasien dapat merasa santai dan tidak tegang.
Cara terbaik mengadukan segala keluh-kesah adalah hanya kepada Allah, sebagaimana Nabi mengeluhkan perbuat an kaumnya kepada Allah azza wajalla. Kadang kala, ketika seseorang berkeluh kesah kepada orang lain, hal itu tidak memberikan jalan keluar, justru membuka masalah baru atau memberatkan orang lain. Sedangkan, Allah pasti memberikan jalan keluar ketika kita meminta kepada-Nya.
Pustaka
Firdiansyah, Abrar (2019). Ini Dampaknya Kalau Anda Sering Mengeluh di Kantor https://glints.com/id/lowongan/dampak-sering-mengeluh/#.Xo5JcbgvRUU.
Manwell, L. A., Barbic, S. P., Roberts, K., Dusrisko, Z., Lee, C., Ware, E., &Mckenczi, K. (2015). What is mental health? Evidence towards a new definition from a mixed methods multidisciplinary international survey. BMJ Open Journal, 5(6), 1–11. https://doi.org /10.1136/bmjopen-2014-007079
Muhyiddin, 2019. ”Ketika Fatimah Mengeluh, Begini Nasihat Rasulullah SAW” Tersedia dalam https://khazanah.republika.co.id/berita/pzolxm313/ketika-fatimah-mengeluh-begini-nasihat-rasulullah-saw.
Rima Sekarani Imamun Nissa | Shevinna Putti Anggraeni Sabtu, 17 Agustus 2019 | 12:28 WIB ”Jangan Suka Mengeluh, Hati-hati Dampaknya Pada Kesehatan Fisik” Tersedia dalam https://www.suara.com/health/2019/08/17/122859/jangan-suka-mengeluh-hati-hati-dampaknya-pada-kesehatan-fisik!
Rully Khairul Anwar, dkk, (2019). ”Bibliotherapy dalam menumbuhkan sikap optimis pasien” Jurnal Berkala Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 15 (1) Juni 2019), 87-100.
Rusydan Fauzi, 2019). ”Mengeluh dalam Sudut Pandang Medis dan Islam” Tersedia dalam https://suaramuslim.net/mengeluh-dalam-sudut-pandang-medis-dan-islam/