Khutbah Jumat 14 Februari 2025: Menyambut Nisfu Syaban, Menanti Ramadhan

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا، فَصَّلَ وَبَيَّنَ وَقَرَّرَ صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا وَمَنْهَجًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ الْأَنَامِ وَسَلَّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ ءَامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ مِن قَبۡلُۚ وَمَن يَكۡفُرۡ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلَۢا بَعِيدًا. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Alhamdulillah, pada Jumat yang berbahagia ini, kita kembali dapat berkumpul dalam majelis shalat Jumat dan mampu menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim. Pertama, khatib hendak mengingatkan, untuk diri khatib sendiri dan untuk hadirin sekalian untuk terus meningkatkan takwa kepada Allah Swt.  Allah berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 102, “Ittaqullah haqqa tuqatih” yang bermakna, “Bertakwalah kalian kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.” Dengan takwa, kita akan taat kepada Allah dilandasi iman dan harapan memperoleh pahala. Dengan takwa, kita tidak akan berat menjalankan perintah sekaligus menjauhi larangan-larangan-Nya.

Selawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau hingga akhir zaman. Semoga kita yang berkumpul menunaikan shalat Jumat kali ini juga termasuk ke dalam orang-orang beruntung yang mendapatkan syafaat dari beliau pada Yaumul Akhir.

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Dalam kesempatan ini, izinkan khatib akan menyampaikan khotbah berjudul “Menyambut Nisfu Syaban, Menanti Ramadhan”. Syaban adalah bulan terakhir bagi umat Islam sebelum menyambut Ramadan. Di dalamnya, terdapat 29 atau 30 hari yang dapat dimaksimalkan oleh kita dengan mengerjakan berbagai amalan.

Yang pertama dan yang paling utama; adalah segera membayar utang puasa. Jika pada Ramadan tahun lalu kita ada satu atau beberapa hari yang bolong, Syaban ini ibarat kesempatan terakhir untuk melunasinya. Sebenarnya terdapat kesempatan setahun untuk melunasi utang puasa, terhitung sejak 2 Syawal hingga menjelang Ramadan. Oleh karenanya, akan jadi sebuah kerugian bagi kita jika tidak bisa membayar qadha puasa ketika Ramadhan yang baru, datang menyapa. Oleh karenanya, akan jadi sebuah kerugian bagi kita jika tidak bisa membayar qadha puasa ketika Ramadhan yang baru, datang menyapa.

Qadha puasa Ramadhan wajib dilaksanakan sebanyak hari yang telah ditinggalkan, sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 184.

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya: “…….. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]: 184).

Dan tidak ada ketentuan lain mengenai tata cara qadha selain dalam ayat tersebut.

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Yang Kedua; Amalan lain yang bisa dikerjakan saat Syaban tiba memperbanyak puasa sunnah. Diriwayatkan dari jalur Aisyah, bahwa “Nabi saw. belum pernah berpuasa dalam satu bulan lebih banyak dari bulan Syaban.” (H.R. Tirmidzi). Puasa sunnah pada bulan Syaban, entah itu puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, atau puasa Daud, dapat melatih tubuh dan jiwa kita untuk bersiap sebelum berpuasa selama sebulan penuh pada Ramadan.

عن عائشة رضي الله عنها قالت: لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Belum pernah Nabi SAW berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Syaban. Terkadang beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari Muslim).

Ummu Salamah meriwayatkan hadits yang menguatkan hadits kedua yang diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwa Nabi SAW belum pernah berpuasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadhan. (HR. Nasai). Hadits dari Ummu Salamah yang kedua, juga menjelaskan bahwa Nabi s.a.w. tidak pernah berpuasa terus menerus selama dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan Ramadhan.   Secara lengkap teks hadits riwayat Ummu Salamah adalah sebagai berikut:

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ

Saya belum pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut selain di bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. An Nasa’i, 1078, Abu Daud, 2056, At Turmudzi, 2176).

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ

“Bahwa Nabi SAW belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan Ramadhan.” (H.R. An Nasa’i, 1273).

Dari semua keterangan hadits-hadits di atas dapat disimpulkan: (1) sangat baik melaksanakan puasa sunnah sebanyak-banyaknya di bulan Sya’ban, tetapi tidak sebulan penuh (2) melaksanakan puasa sunnah di bulan Sya’ban secara penuh dan disambung dengan Ramadhan. (3) bagi mereka yang belum merutinkan puasa sunnah di bulan Sya’ban hendaklah menghindari puasa-puasa sunnah satu atau dua hari menjelang memasuki Ramadhan.

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Yang Ketiga, pada bulan Syaban terdapat malam nisfu Syaban, yaitu malam 15 Syaban yang tahun ini bertepatan dengan 14 Februari 2025.  Keistimewaan utama bulan Syaban terletak pada pertengahannya atau disebut sebagai Nisfu Sya’ban. Secara harfiah istilah Nisfu Syaban berarti hari atau malam pertengahan bulan Syaban atau tanggal 15 Syaban. Pada bulan ini umat muslim dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baik mungkin. Hal yang dapat dilakukan di bulan tersebut adalah berpuasa di hari Nisfu Syaban dan memperbanyak shalat di malam harinya. Terkait hal tersebut telah diriwayatkan dalam hadis yang Sahih:

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا. رواه أبو دود

Artinya: “Jika tiba malam Nisfu Syaban, maka sholatlah (sunnah) pada malam harinya (malam lima belas) dan berpuasalah (sunnah) pada siang harinya (hari kelima belas)” (HR. Ibnu Majah),

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Amalan Malam Nisfu Syaban; Pada malam Nisfu Syaban, setidaknya terdapat 3 amalan yang dianjurkan untuk dilaksanakan. Tiga amalan tersebut sebagaimana yang disarikan dari kitab Madza fi Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki. Adapun amalan Nisfu Syaban tersebut, yaitu:

1. Memperbanyak Doa; Salah satu amalan yang dianjurkan dilaksanakan pada saat malam Nisfu Syaban yaitu memperbanyak doa. Anjuran ini sebagaimana yang disebutkan pada hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء

Artinya, “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam Nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan).” (HR al-Baihaqi).

2. Membaca Dua Kalimat Syahadat; Dua kalimat syahadat merupakan kalimat-kalimat mulia dan sangat baik dibaca kapan pun dan di mana pun, terlebih lagi pada malam Nisfu Syaban. Sayyid Muhammad bin Alawi dalam kitab Ithmi’nânul Qulûb Bidzikri ‘Allâmil Ghuyûb mengatakan: “Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya.”

3. Memperbanyak Istighfar; Amalan lainnya yang dianjurkan dilaksanakan pada malam Nisfu Syaban adalah memperbanyak istighfar. Meskipun manusia dalam kesehariannya bergelimang dosa, Allah SWT senantiasa membuka pintu ampunan kepada siapa pun.

Karena itulah, umat muslim sangat dianjurkan senantiasa meminta ampunan (istighfar), terlebih lagi pada malam Nisfu Syaban. Sayyid Muhammad bin Alawi dalam Ithmi’nânul Qulûb mengatakan, “Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Syaban dan malam pertengahannya”. “Istighfar dapat memudahkan rezeki, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada bulan Syaban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan,” sambung Sayyid Alawi.

Pada malam nisfu syaban, terdapat banyak amalan yang bisa dilakukan, seperti membaca Al-Quran, berzikir, dan mengerjakan salat sunah sembari memohon ampun kepada-Nya. Tak pelak, Syaban adalah bulan ketika seseorang membersihkan diri sebaik mungkin untuk menyambut bulan “pertempuran melawan hawa nafsu”, yaitu bulan Ramadan.

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Demikianlah khotbah tentang menyambut Syaban dan menanti Ramadhan kali ini. Semoga kita dapat memanfaatkan momentum datangnya kedua bulan itu dengan sebaik mungkin. Tiada yang tahu apakah kita masih bisa menyambut Ramadan tahun berikutnya atau tidak. Yang bisa dilakukan adalah berbuat sebaik mungkin selama masih bernapas, dan mengumpulkan amal sebanyak mungkin menuju Akhirat. Amin, YRA.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutnah ke II:

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْاِتِّحَادِ وَالْاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاهُ نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلًا طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا، اَللّٰهُمَّ طَوِّلْ عُمُورَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنا ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *