Keutamaan Ilmu Dan Para Pemiliknya
الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره علي الدين كله ولو كره الكافرون. أشهد ان لاإله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل علي سيدنا محمد و علي آله صحبه اجمعين. أما بعد: فياأيها المسلمون، أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فازالمتقون. قال الله تعالى في القرآن العظيم: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ وقال النبي ص.م : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Puji dan syukur kita ucapkan pada Allah yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan kuasanya, hari ini kita bisa melaksanakan ibadah shalat Jumat secara berjamaah. Selanjutnya, shalawat kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang islami penuh keberkahan. Semoga kita akan mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir. Selanjutnya, sebagai khatib sudah menjadi kewajiban kami untuk mengajak diri pribadi secara khusus, dan kita semua, secara umum untuk meningkatkan takwa dan iman pada Allah SWT, agar kebahagiaan dunia dan akhirat bisa kita raih.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 18
شَهِدَ اللَّـهُ أَنَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah subhanahu wata’ala menyatakan bahwasanya tidak ada Illah melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ayat ini menjelaskan keutamaan ilmu dan para pemiliknya, hal ini bisa kita lihat dari beberapa aspek, 1) bahwa kesaksian para ulama tanpa diikuti seorangpun dari umat manusia. 2) kesaksian para ulama disandingkan dengan Allah dan para malaikat, 3) kesaksian mereka mengandung rekomendasi dan penetapan dari Allah subhanahu wata’ala, Allah tidak meminta kesaksian kecuali dari orang-orang yang adil sebagaimana yang tersebut dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, “Ilmu ini akan diemban pada setiap generasi oleh orang-orang yang adil diantara mereka, (yang mereka itu) akan menolak setiap penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, kerusakan orang-orang yang batil dan ta’wilnya orang-orang yang bodoh” 4) sesungguhnya Allah meminta mereka untuk menyaksikan kesaksian yang paling agung, yaitu tiada illah yang berhak diibadahi selain Allah.
Hadirin jamaah rahimakumullah.
Dengan ini bisa kita tarik kesimpulan, bahwasanya Allah mengangkat derajat orang yang berilmu dengan derajat yang sangat tinggi. Kemudian tentang ilmu dan para penuntutnya juga memiliki banyak keutamaan, diantaranya adalah:
Pertama: Allah mengangkat derajat orang yang memiliki ilmu dan beriman, sebagaimana Allah ta’ala firmankan dalam surat Al Mujadilah 11.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadilah [58]: 11.)
Jadi kedua-duanya menjadi syarat, hamba akan diangkat derajatnya jika ia beriman dan berilmu.
Kedua: Allah mengabarkan bahwa hambanya yang bertaqwa ialah mereka-mereka yang berilmu. Allah subhanahu wata’ala berfirman
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُور
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S Al Fathir [35]: 28.
Ibnu mas’ud pernah berkata, cukuplah takut kepada Allah sebagai ilmu dan cukuplah keperdayaan sebagai kebodohan. Ilmu adalah takut kepada Allah, orang yang berilmu adalah orang-orang yang takut kepada Allah.
Orang yang punya modal untuk takut/bertaqwa kepada Allah adalah orang-orang yang berilmu karena ketakutan kepada Allah itu puncak ilmu yang paling tinggi, dengan ilmu kita akan tahu akan hak-hak Allah serta kewajiban kita.
Ketiga: Allah bersaksi bahwa orang-orang yang berilmu itu mendapat anugerah yang banyak.
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ
Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. (Q.S Albaqoroh [2]: 269).
Keempat: Allah subhanahu wata’ala memberikan keutamaan kepada orang-orang yang berilmu agar bisa menasehati orang yang pulang dari berjihad.
فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَائِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S At taubah [9]:122).
Hadirin jamaah jum’ah rahimakumullah.
Karena sangat pentingnya ilmu itulah, maka marilah kita bekali ilmu kepada anal-anak kita, terkhusus anak-anak kita yang masih dalam usia pendidikan, janganlan membebani mereka dengan beban-beban pekerjaan rumah tangga dan sebagainya yang membuat konsentrasi mereka untuk menuntuk ilmu menjadi berkurang. Dan untuk para pelajar dan penuntut ilmu, bersemangatlah dalam menuntut ilmu karena kalian adalah orang yang akan menjadi penerus perjuangan untuk menegakkan agama ini, yang mampu menjadi muballigh yang menyampaikan agama ini.
Salah satu keutamaan lain adalah ketika seseorang menuntut ilmu, maka Allah memerintahkan para malaikat untuk mengembangkan sayap-sayapnya sebagai bentuk ridhonya kepada para penuntut ilmu.
إن الملائكة لتضع أجنحتها رضاء لطالب العلم
“Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya kepada penuntut ilmu, tanda rela dengan usahanya itu” [H.R Tirmidzi].
Alangkah mulianya mulianya para penuntut ilmu.
Usia tua juga bukan berarti Allah ta’ala melepaskan kewajiban menuntut ilmu karena kewajiban menuntut ilmu itu dari sejak kita lahir sampai kita masuk ke liang lahat. Namun dengan cara yang berbeda dengan anak yang masih berusia muda, kita bisa menuntut ilmu di majlis-majlis pengajian, kita bisa menuntut ilmu dengan bergaul bersama para ulama’atau kita bisa datang langsung untuk bertanya kepada ulama’.
Hadirin jamaah jum’ah rahimakumullah.
Dalam hadits disebutkan sesungguhnya dunia ini untuk 4 macam (tingkatan) hamba:
- “Seorang hamba yang Allah Ta’ala beri rezki kepadanya harta dan ilm. Kemudian ia dengan rezkinya tersebut bertaqwa kepada Allah, menyambungkan tali silaturahmi dan ber-‘amal kepada Allah dengan benar. Maka ini tingkatan yang paling utama. 2) Seorang hamba yang Allah Ta’ala beri rezki kepadanya ilm, akan tetapi tidak diberi rezki harta. Kemudian ia berniat dengan benar dengan mengatakan: kalau saja ada harta bagiku, sungguh aku akan ber-amal seperti amalnya si fulan (yakni hamba pada tingkatan ke-1). Maka baginya sesuai dengan niatnya, dan pahala keduanya (yakni hamba tingkatan ke-2 dan ke-1) adalah sama. 3) Seorang hamba yang Allah Ta’ala beri rezki kepadanya harta, akan tetapi tidak diberi rezki ilmu. Ia menggunakan harta seenaknya tanpa ilmu (serampangan), dan ia dengan rezkinya tersebut tidak bertaqwa kepada Allah, tidak menyambungkan tali silaturahmi dan tidak ber-‘amal kepada Allah dengan benar. Maka ini tingkatan yang paling buruk. 4)Seorang hamba yang tidak diberi rezeki oleh Allah Ta’ala baik harta maupun ilmu. Kemudian ia berniat dengan mengatakan: kalau saja ada harta bagiku, sungguh aku akan ber-amal seperti amalnya si fulan (yakni hamba pada tingkatan ke-3). Maka baginya sesuai dengan niatnya, dan dosa keduanya (yakni hamba tingkatan ke-4 dan ke-3) adalah sama.” [H.R Imam Ahmad dan Imam At-Tirmidzi ]