Khutbah Jum’at 25 November 2022: Momentum Peringatan Hari Guru Nasional.

 

Guru Teladan Bangsa

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kita sebagai umat muslim harus senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan semaksimal mungkin. Takwa berarti bahwa kita harus menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan mengamalkan ketakwaan, maka akan mempermudah amal ibadah yang kita lakukan untuk diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah,

Sudah menjadi mafhum setiap tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Peringatan tersebut memiliki makna untuk mengenang, mengapresiasi, dan menghargai jasa para guru di Indonesia. Tema Hari Guru Nasional 2022 yaitu “Guru Bangkit, Pulihkan Pendidikan: Indonesia Kuat, Indonesia Maju.”

Melalui tema tersebut, kita selaku warga Indonesia mendapatkan tugas untuk memulihkan kualitas pendidikan Indonesia. Namun bukan hanya seorang murid saja yang dituntut untuk diperbaiki, tetapi semua elemen pendidikan, antara lain guru, murid, dan orang tua murid.

Berkaitan dengan guru ini. Islam menjadi sebuah agama yang menempatkan seorang guru di kedudukan yang mulia. Guru merupakan seseorang yang berilmu sehingga patut untuk dicontoh oleh murid-muridnya. Oleh karena itu, seorang guru seharusnya dapat senantiasa menjaga perilaku dan etika sehingga dapat menjadi suri tauladan bagi murid-muridnya.

Ungkapan guru adalah seorang yang berilmu sejalan dengan ajaran Islam, yaitu orang yang beriman dan berilmu akan Allah tinggikan derajatnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Quran surah al-Mujadalah ayat 11:

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS al-Mujadalah [13]: 11).

Ayat diatas barangkali mendasari ungkapan para sosiolog bahwa “negarara maju identik dengan pendidikan ilmu pengetahuan….” Masalah perubahan adalah masalah sejauh mana sikap menerima. Dan merubah sikap merupakan masalah pendidikan. Merubah sikap dilakukan melalui pendidikan. Malahan pembangunan berarti merubah nilainilai yang hidup dalam masyarakat. Ernest Green mengatakanthe purpose of education is to educate the individual for the society in which they must live and give him the power to change that society”. Secara sepintas bahwa; “tujuan pendidikan adalah mendidik individu untuk masyarakat di mana mereka harus hidup dan memberinya kekuatan untuk mengubah masyarakat itu”  Ini berarti pendidikan memberi kekuatan merubah masyarakat dan Bangsa. Pertanyaan kemudian siapa yang mempunyai kekuatan untuk mengubah masyarakat Bangsa itu….?

Jama’ah yang dimuliakan Allah,

Menjadi seorang guru yang teladan merupakan sebuah tuntutan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Berkenaan dengan sikap teladan seorang guru, terdapat kisah antara Imam Syafi’i dan guru dari anak-anak Khalifah Harun Arrasyid. Kisah ini terdapat dalam kitab Miatu Qishhah wa Qishhah min Hayati Imam al-Syafi’i karya Syekh Shiddiq al-Minsyawi. Pada suatu hari, Imam al-Syafi’i mengunjungi Amirul Mukminin Harun Arrasyid. Lalu beliau meminta izin untuk masuk ke rumahnya. Sampai di sana, Imam Syafi’i ditemani pembantu Harun Arrasyid untuk bertemu dengan Abu ‘Abdul Shamad yang merupakan guru pengajar anak-anak Khalifah Harun. Si pembantu berkata kepada Imam Syafi’i, “Wahai Imam, ini adalah anak-anak Khalifah Harun dan itu adalah guru mereka, barangkali engkau berkenan memberikan nasihat kepada mereka.” Imam Syafi’i pun dengan senang hati memberikan nasihat berharga kepada Abdul Shamad:

“Hal utama  dan pertama yang perlu diperhatikan dalam mendidik seorang murid adalah “memperbaiki dirimu terlebih dahulu. Sungguh, pandangan mereka tertuju kepadamu. Mereka akan mengikuti kamu dalam memandang baik buruknya sesuatu. Maka ajarilah mereka Al-Quran. Jangan kamu paksa mereka sehingga mereka jadi bosan untuk belajar, jangan juga kamu terlalu lalai sehingga mereka meninggalkan pelajaran. Kemudian ajarilah mereka syair dan hadis supaya jiwa mereka menjadi baik dan mulia. Dan janganlah kamu bawa mereka dari satu pelajaran ke pelajaran lainnya, sebelum mereka benar-benar menguasai pelajaran tersebut. Sebab, banyaknya pembicaraan yang masuk ke pendengaran, dapat membuat sesat pemahaman.” (Muhammad Shiddiq al-Minsyawi, 100 Qishshah wa Qishshah min Hayat al-Syafi’i, Kairo: Qataf Linnasyr wa al-Tawzī’, 2015, hal. 18).

Jama’ah yang dicintai Allah SWT

Dari nasihat Imam Syafi’i tersebut terdapat beberapa intisari yang dapat dijadikan pedoman bagi seorang guru.

Pertama yaitu hendaknya sebagai seorang guru, maka beliau harus menjadi teladan bagi murid-muridnya. Teladan memiliki makna bahwa seorang guru tidak hanya menyuruh murid untuk berbuat baik, tetapi guru juga harus turut serta dalam memberikan contoh dengan melakukannya terlebih dahulu. Imam Al-Ghazali menekankan bahwa, seorang guru juga perlu memperbaiki diri sendiri dengan takwa sebelum ia memerintahkan orang lain. Hal itu agar muridnya dapat mencontoh amalannya dan mengambil manfaat dari ilmunya. Misalnya, saat di sekolah terdapat sebuah peraturan untuk melaksanakan sholat sunnah dhuha yang dilakukan secara berjamaah, maka selayaknya guru-guru di sekolah tersebut juga ikut dalam pelaksanaannya sehingga para murid antusias dalam kegiatan tersebut. Contoh lainnya yaitu proses menanamkan minat baca pada murid, seorang guru harus melakukannya terlebih dahulu. Setelah itu, barulah guru dapat menerapkannya kepada murid.

Kedua yaitu mengajari Al-Quran dan hadis kepada para murid serta ilmu-ilmu kebahasaan, dengan sepenuh hati; Proses belajar bukan sekadar transfer pengetahuan dari guru kepada murid. Namun,perlu dibangun sisi kedekatan emosional, penanaman nilai akhlak mulia, kemandirian serta membangun rasa percaya diri juga perlu ditanamkan. Salah satunya melalui kegiatan non formal dan kreatifitas menyingkirkan sekat sekat antara murid dan guru. Adab-Adab Seorang Guru Menurut Imam Al-Ghazali .

Ketiga yaitu pada saat mengajarkan materi kepada murid, guru diharuskan untuk menentukan cara yang efektif sehingga murid tidak bosan. Cara mengajar guru menjadi salah satu faktor berhasilnya sebuah proses belajar dan mengajar. mengetahui cara menyampaikan materi agar mudah dipahami dan metode mengajar yang menyenangkan menjadi sebuah keharusan bagi seorang guru yang baik. Mengajar tidak hanya harus bermakna tetapi tetap harus asyik dan juga menyenangkan. Oleh karena itu Guru Pintar harus mengetahui metode mengajar anak sekolah yang baik itu seperti apa dan bagaimana menerapkannya. Metode mengajar yang menyenangkan membuat siswa tidak cepat bosan. Siswa akan termotivasi dan bersemangat dalam belajar jika Guru Pintar mampu mengajar dengan asyik dan juga efektif. Jurus apa saja yang dapat Guru Pintar terapkan supaya kelas tidak membosankan? Simak ulasannya berikut ini: (1) jaga Interaksi (2) gunakan teknologi (3) Bangun Suasana Belajar yang Menyenangkan (4) Tidak Pilih Kasih

Keempat; selain itu, dianjurkan juga untuk tidak berpindah-pindah dari satu materi ke materi lainnya sebelum murid benar-benar memahaminya. Maksudnya bahwa Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, demikianlah intisari dari nasihat Imam Syafi’i kepada guru.

Guru menjadi sebuah profesi yang mulia karena beliau mengemban tugas untuk menyebarkan ilmu, mengajarkan etika dan norma yang baik, sekaligus menjadi contoh dan panutan bagi murid-muridnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Artinya: Keutamaan seorang yang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian. Sungguh Allah, malaikat, penduduk langit, dan bumi, bahkan semut di sarangnya, juga ikan paus, mereka semua mendoakan orang yang mengajarkan manusia kepada kebaikan.

Momen peringatan Hari Guru Nasional 2022 hendaknya menjadi salah satu pengingat bagi umat muslim bahwa terdapat slogan guru digugu lan ditiru, artinya sosok guru dapat dapat dipercaya dan ditiru.

Khutbah ke 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *