Khutbah Jum’at  21 Maret 2025: Menjeput Kemuliaan Lailatul Qadar

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبً

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Jamaah Shalat Jumat yang Dimuliakan Allah

Tak terasasa Ramadhan 1446 H ini telah memasuki hari ke-21. Momen yang tepat bagi usaha kita dalam mendapat kemuliaan Lailatul Qadar. Ada sepuluh hari ke depan untuk mewujudkan harapan kita mendapatkan kemuliaan malam tersebut.

Demi menguatkan semangat kita dalam berburu Lailatul Qadar tidak ada salahnya jika kita kembali mengetengahkan kemuliaan-kemuliaan yang ada di dalamnya, untuk menyemangati diri. Beberapa keutamaan Lailatul Qadar yang bisa kita raih adalah: Pertama, malam turunnya Al-Quran. Allah SWT menurunkan paling mulia dan agungnya kitab, yaitu Al-Quran di malam itu. Diturunkannya Al-Quran, tidak lain dan tidak bukan, untuk menjadi pembimbing kehidupan umat manusia dalam menjalani lika-liku kehidupan dunia. Tanpa bimbingan Al-Quran kita akan hidup terseok-seok tanpa kejelasan arah yang benar. Tanpa Al-Quran kita akan menjalani hidup ini tanpa aturan.  Turunnya Al-Quran di Lailatul Qadar menjadi dalil sahih tentang keagungan yang ada di dalamnya. Allah SWT berfirman :

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam qadar.” (QS. Al-Qadar : 01).

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang Berbahagia

Kedua, malam Lailatul Qadar adalah momentum turunnya berkah. Keberkahan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam berbagai aktifitas dan hajat kita di muka bumi ini. Dengan adanya berkah, segala sesuatu yang berada dalam penguasaan kita menjadi bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan. Keberkahan itu membawa kita masuk ke dalam amalan-amalan yang berpahala besar. Maka sungguh beruntung bagi siapa saja yang mengisi malam itu dengan kebaikan. Allah SWT berfirman:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada malam yang diberkahi.” (QS. Ad-Dukhan : 03).

Ketiga, malam Lailatul Qadar menjadi malam penetapan nasib seseorang untuk satu tahun berikutnya.  Di malam itu Allah SWT memerintahkan malaikat untuk mencatat di lembaran-lembaran buku amal setiap hamba. Isinya beranekaragam. Meliputi siapa dari hamba-Nya yang lahir, yang meninggal dunia, yang di lapangkan rezekinya, yang disempitkan rezekinya, dan lain sebagainya. Semuanya berjalan sesuai dengan perintah dan kehendak Allah SWT. Oleh karena itu, Allah telah berfirman :

فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍۙ

“Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhan: 04).

 Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang Berbahagia

Keempat, malam Lailatul Qadar adalah malam yang jika kita beramal kebaikan di dalamnya, lebih baik bukan sama, tapi lebih dari amal saleh yang kita lakukan selama seribu bulan. Melakukan kebaikan di bulan Ramadhan saja pahalanya sudah berlipat ganda. Ditambah pula dengan kebaikan yang kita tunaikan di malam Lailatul Qadar. Tentu semakin berkali-kali lipat pahala yang Allah SWT berikan kepada kita. Tidak ada yang mengetahui besaran pahala yang didapatkan kecuali Allah SWT semata. Jika kita hitung, seribu bulan itu sama dengan delapan puluh tahun yang penuh dengan ibadah di dalamnya. Ini menjadi kesempatan besar bagi umat Nabi Muhammad ﷺ yang umurnya tidak seberapa dibanding umur umat terdahulu.

Tapi bisa meraup pahala yang begitu besar jika kita berhasil mendapatkan malam Lailatul Qadar. Allah SWT berfirman :

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ

“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. Al-Qadr : 03).

Kelima, di malam Lailatul Qadar ada banyak ampunan atas dosa-dosa yang kita kerjakan. Ampunan dan maaf yang diberikan Allah SWT ini berlaku bagi siapa saja, tidak untuk kalangan tertentu, siapa saja yang mengisinya dengan ibadah dengan dasar iman dan mengharap pahala dari Allah SWT. Rasul bersabda :

مَن قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إيمَانًا واحْتِسَابًا، غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari-Muslim)

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang Berbahagia

Selanjutnya, pada 10 terkahir Ramadhan ini, Allah Ta’ala menjanjikan hadiah istimewa, yang hanya terjadi 1 kali dalam setahun, yaitu malam lailatul qadr. Orang-orang yang sedang berpuasa menanti momen tersebut untuk mendapatkan pahala yang nilainya lebih 1000 tahun. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada lailatul qadr. Tahukah kamu apakah lailatul qadr itu? Lailatul qadr lebih baik daripada 1000 bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.”

Berkaitan dengan ini, Imam Malik dalam al-Muwattha meriwayatkan satu hadits,

إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوْا مِنَ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِيْ بَلَغَ غَيْرُهُمْ فَيْ طُوْلِ الْعُمْرِ، فَأَعْطَاهُ اللهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرًا مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Sesungguhnya Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya (yang relatif panjang) sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelum mereka karena panjangnya usia mereka, maka Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadr yang lebih baik dari seribu bulan“. (Imam Malik, al-Muwattha: juz I, h. 321).

Supaya lebih efektif, dalam Berburu/menjemput Kemuliaan Lailatul Qadar ada tiga langkah Rasul yang mengiringi usaha beliau dalam meraih malam Al-Qadar.

Pertama, menghidupkan sunah iktikaf di masjid. Itikaf adalah berdiam diri di masjid untuk fokus melakukan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Iktikaf adalah salah satu kebiasaan dan sunah Rasul setiap kali bulan Ramadhan menjelang, khususnya di sepuluh hari yang terakhir seperti saat ini. Ibunda Aisyah meriwayatkan: “Nabi beriktikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya, kemudian istri-istri beliau pun beriktikaf setelah kepergian beliau.” (HR. Bukhari-Muslim).

Kedua, menghidupkan malam dengan shalat malam. Hal ini jelas tergambar dalam kehidupan Rasul. Bahkan secara khusus, beliau juga mengajak keluarganya untuk sama-sama berlomba meningkatkan ketakwaan ini. Disebutkan dalam sebuah riwayat: “Apabila Nabi memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri), menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Ibadah yang sangat dianjurkan adalah shalat malam atau qiyamullail. “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari). Selain melakukan shalat qiyamullail di tengah malam, sudah seharusnya juga setiap muslim menjaga shalat Isya dan Subuh berjamaah pada malam-malam mulia tersebut, begitu pula pada malam lainnya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Ketiga, memperbanyak doa Lailatul Qadar. Langkah kita untuk menggapai keberkahan malam 1.000 bulan akan terasa lengkap dengan memperbanyak doa pada malam-malam tersebut. Rasul ditanya oleh Aisyah, “Katakan padaku wahai Rasul, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar? Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab, “Katakanlah, ‘Allahumma innaka afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi),

Akhirnya, selamat berburu keberkahan di malam-malam ini. Intinya, cara Rasulullah saw meraih lailatul qadar adalah dengan meningkatkan ketaatan dan ibadah di 10 terakhir Ramadan. Nabi Muhammad saw memperbanyak shalat malam, memperbanyak doa, dan bersungguh-sungguh dalam beribadah. Dengan kesungguhan tersebut, kita berharap bisa meraih keberkahan malam lailatul qadar. Wallahu a’lam.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Semoga kita semua yang hadir termasuk yang mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar. Untuk itu, mari kita kembali mengingat do’a yang diucapkan Rasulullah SAW saat berjumpa dengan malam mulia tersebut, sebagaimana hadits dari yang diriwatkan Aisyah radiallahu ‘anha berikut:

وَعَنْ عائشة رضي الله عنها: قالت: «قلت: يا رسولَ الله إِنْ وَافَقْتُ ليلةَ القَدْرِ ، ما أَدْعُو به؟ قال: قُولي: اللهم إنك عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُ الْعَفْوَ فاعْفُ عَنِّي» أخرجه الترمذي

Dari sayyidah Aisyah (radiallahu ‘anha), ia bercerita, ia pernah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, jika aku kedapatan menjumpai lailatul qadr, bagaimana doa yang harus kubaca?’ Rasulullah saw menjawab, ‘Bacalah, ‘Allāhumma innaka afuwwun karīmun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annī,”” (HR At-Tirmidzi)

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *