Pidato Presiden Prabowo Subianto saat pembukaan Musrenbangnas hari Senin 30 Desember 2024 “menjawab keresahan masyarakat terkait vonis hukum yang ringan terhadap kasus yang merugikan negara dengan jumlah triliunan rupiah. Rasa keadilan adalah milik kita bersama, dan negara ini membutuhkan ketegasan untuk menegakkan hukum tanpa pandang bulu.”
Malam Nuzulul Qur’an adalah momen yang penuh berkah dalam bulan suci Ramadan, di mana Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW. Pada tahun 2025, malam ini akan jatuh pada Ahad malam, 16 Maret 2025. Nuzulul Qur’an tidak hanya diperingati sebagai momen turunnya wahyu, tetapi juga sebagai malam yang penuh makna bagi umat Muslim, terutama bagi mereka yang memahami filosofi dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Banyak yang masih menganggap bahwa puasa hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, padahal makna puasa jauh lebih dalam dari itu. Hal ini menjadi relevansi penting bagi para birokrat dalam menilai nilai-nilai moral yang terkandung dalam Al-Qur’an untuk diterapkan dalam tugas dan visi kepemimpinan mereka.
Surat Al-Alaq, ayat 1-5, berisi wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan…”. Ayat ini menekankan pentingnya membaca, memahami, dan memanfaatkan ilmu yang diajarkan Allah. Tugas pertama yang diberikan kepada Nabi Muhammad adalah membaca sebuah tindakan yang tidak hanya melibatkan lisan tetapi juga hati dan akal, yang menjadi dasar bagi para birokrat dalam menerapkan kebijakan yang bijak dan berbasis pada pengetahuan yang mendalam. Puasa seringkali dipahami sebagai sekadar menahan lapar dan haus. Namun, pemahaman yang lebih mendalam menunjukkan bahwa puasa adalah kesempatan untuk membersihkan jiwa dan memperbaiki diri dalam segala aspek kehidupan. Bagi para birokrat, ini adalah pembelajaran untuk tidak hanya melihat tanggung jawab mereka sebagai tugas administratif semata, tetapi sebagai amanah untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi masyarakat.
Tulisan ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai edukasi yang terkandung dalam malam Nuzulul Qur’an, dengan harapan bisa memberikan pembelajaran yang relevan bagi para birokrat, khususnya dalam mendukung visi Presiden Prabowo dalam menciptakan pemerintahan yang lebih efektif, transparan, dan berintegritas. Berikut 5 Pembelajaran dan Nilai Edukasi dari Nuzulul Qur’an:
Pertama: Malam yang Lebih Baik dari Seribu Bulan (QS. Al-Qadr: 3); Malam Nuzulul Qur’an dianggap lebih baik dari seribu bulan, yang menunjukkan betapa pentingnya setiap amal yang dilakukan pada malam tersebut. Bagi para birokrat, ini menjadi pengingat untuk selalu melakukan tugas mereka dengan penuh integritas, karena setiap keputusan yang diambil bisa berdampak panjang, jauh melampaui jangka waktu mereka menjabat.
Kedua: Diampuninya Dosa (Hadis Abu Hurairah); Rasulullah SAW mengajarkan bahwa siapa saja yang menghidupkan malam Lailatul Qadar akan diampuni dosanya. Ini mengajarkan para birokrat pentingnya introspeksi dan perbaikan diri. Menghadapi tantangan dalam jabatan, birokrat perlu terus memperbaiki diri, belajar dari kesalahan, dan berusaha memberikan yang terbaik untuk masyarakat.
Ketiga: Malam yang Penuh Berkah (QS. Al-Dukhan: 3); Nuzulul Qur’an adalah malam yang diberkahi. Berkah tidak hanya datang dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk pemahaman, kebijaksanaan, dan keputusan yang baik. Bagi para birokrat, setiap kebijakan yang dibuat seharusnya mengarah pada kebaikan untuk seluruh rakyat, memberikan manfaat yang lebih besar daripada sekadar keuntungan individu atau kelompok.
Keempat: Malaikat Jibril dan Malaikat Turun (QS. Al-Qadr: 4); Pada malam ini, banyak malaikat turun ke bumi, membawa keberkahan dan ketentraman. Bagi birokrat, ini menggambarkan bahwa setiap keputusan yang diambil harus berdasarkan pada prinsip keadilan dan kemaslahatan bersama. Birokrat harus mengedepankan nilai-nilai kejujuran dan keteguhan dalam menjalankan tugasnya.
Kelima: Pencatatan Takdir Tahunan (QS. Al-Dukhan: 4); Pada malam ini, takdir tahunan ditetapkan, yang mengingatkan kita bahwa setiap tindakan kita di dunia ini memiliki konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan. Bagi birokrat, ini adalah panggilan untuk bertanggung jawab atas setiap kebijakan dan keputusan yang diambil, serta dampaknya pada masyarakat. Pengambilan keputusan harus mempertimbangkan keberlanjutan dan dampak jangka panjang.
Malam Nuzulul Qur’an mengajarkan banyak nilai penting yang sangat relevan bagi para birokrat, terutama dalam konteks visi Presiden Prabowo untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Nilai-nilai seperti integritas, kebijaksanaan, keadilan, dan tanggung jawab harus menjadi landasan dalam setiap kebijakan yang diambil oleh birokrat. Oleh karena itu, para birokrat perlu mengambil pelajaran dari Nuzulul Qur’an dengan selalu memperbaiki diri, berusaha memberikan yang terbaik untuk masyarakat, dan mengambil keputusan berdasarkan prinsip kebenaran dan keadilan.
Dengan ini, merekomendasi bagi para pemangku kepetingan dalam Mewujudkan Visi Presiden Prabowo Menuju Indonesia Emas 2045: 1) Meningkatkan Integritas dan Transparansi: Dalam setiap kebijakan dan keputusan yang diambil, birokrat harus menanamkan integritas dan transparansi untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan kekuasaan; 2) Berlandaskan pada Keadilan dan Kemakmuran: Setiap kebijakan yang diambil harus mengutamakan kemaslahatan rakyat, dengan memperhatikan dampak jangka panjangnya; 3) Meningkatkan Kepemimpinan yang Inspiratif: Seperti yang diajarkan oleh malam Nuzulul Qur’an, para birokrat harus memiliki kemampuan untuk memimpin dengan bijak, menginspirasi, dan memberikan contoh yang baik bagi masyarakat.
Dengan memperhatikan nilai-nilai tersebut, birokrat dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam mewujudkan visi Presiden Prabowo untuk Indonesia yang lebih maju, adil, dan makmur. Wallahu A’lam.