أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Puji dan syukur kita sampaikan kepada Allah subhanahu wata’ala atas rahmat dan ridha- Nya kita dapat melaksanakan shalat Jumat berjamaah di Masjid Istiqlal. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya dan sahabat-sahabatnya serta kepada kita sekalian selaku umatnya. Selaku khatib saya mengajak mari kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan berusaha merawat keimanan kita dengan baik dan selalu meningkatkan ketakwaan kita dengan berusaha melaksanakan semua perintahnya dan meninggalkan larangan-laranganNya. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam QS. Ali Imran ayat 102 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim”. (QS. Ali Imran [3]: 102).
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala.
Hari Jum’at ini tagggal 23 Rabi’ul Awal 1446 H. Masih dalam suasana peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sosok yang sangat dimuliakan oleh umat Islam. Peringatan ini menjadi momen istimewa bagi umat Islam untuk mengenang kembali sejarah, perjuangan, dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW. Tujuan utama peringatan Maulid adalah untuk meningkatkan rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu juga untuk meneladani akhlak dan perilaku beliau dalam kehidupan sehari-hari. Dari adanya Peringatan Maulid Nabi yang bisa kita mengambil beberapa makna atau pelajarannya. Antara lain: 1) Mengingat Sejarah: Peringatan Maulid menjadi kesempatan untuk mengingat kembali sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam; 2) Meneladani Akhlak: Melalui peringatan Maulid, umat Islam diajak untuk meneladani akhlak mulia Nabi Muhammad SAW, seperti jujur, amanah, sabar, dan kasih sayang, dan lain-lain. Untuk itulah tema khutbah Jumat hari ini adalah Menyingkap Rahasiah Sukses Nabi Muhammad dalam Berdagang; “Pedagang yang baik adalah pedagang yang mudah dalam membeli dan mudah dalam menjual” (HR Bukhari, dari Jabir).
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala.
Kita mengetahui Nabi Muhammad saw adalah seorang pedagang yang sukses. Banyak pelajaran dan tauladan dari beliau tentang kiat berdagang yang jujur, amanah, dan dapat dipercaya. Iklan Native 01 Di usianya yang baru 25 tahun, Nabi Muhammad saw sudah menjadi seorang pengusaha atau entrepreneur yang sukses, cemerlang, kaya raya, kerap berniaga hingga ke luar negeri. Dilansir dari Berdagang Ala Nabi Muhammad, tidak heran jika emas kawin yang diberikan Nabi Muhammad saw untuk Khadijah tidak tanggung-tanggung yakni 20 ekor unta dan 12,4 ons emas. Sebuah mas kawin yang besar sekali pada saat itu, bahkan pada hari ini. Iklan Native 02 Jiwa mandiri Nabi Muhammad saw sudah terbentuk sedari belia. Pada usia kanak-kanak, ia sudah menjadi penggembala kambing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat berumur 12 tahun, Nabi Muhammad saw pertama kali belajar berdagang atau berwirausaha. Ia diajak pamannya Abu Thalib untuk ikut dalam rombongan dagang ke Syam (saat ini Suriah). Sejak saat itu, Nabi Muhammad saw. semakin menekuni dunia usaha atau dagang.
Hadirin Ahli Sholat Jum’ah Rahim Makulullah
Merujuk buku Muhammad A Trader, (Muhammad Sebagai Seorang Pedagang). (dtj. oleh Afzalurrahman. 2011). Jakarta: Yayasan Swarna Bhumi. Nabi Muhammad saw sudah menjadi pemimpin kafilah dagang ke luar negeri pada saat usianya baru 17 tahun. Ia berdagang hingga ke 17 negara lebih. Diantaranya Syam, Yordania, Bahrain, Busra, Irak, Yaman, dan lainnya. Dari situ timbul pertanyaan, apa saja yang menyebabkan Nabi Muhammad bisa menjadi pengusaha yang cemerlang dan berhasil memenangkan persaingan pasar?
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ingin sukses menjadi pedagang, pengusaha, atau entrepreneur seperti Nabi Muhammad saw.
Rahasiah Pertama: melakukan segmentasi, menetapkan target pasar (targeting), dan positioning, dalam teori bisnis dikenal dengan STP. Kegiatan pemasaran hendaknya disesuaikan dengan sasaran pasar yang dituju. Penyusunan STP yang tepat dapat mempermudah perusahaan dalam menyusun program kegiatan pemasaran produknya. Akan tetapi, banyak perusahaan yang gagal menjalankan kegiatan pemasaran produknya karena tidak memperhatikan langkah-langkah strategi yang perlu dijalankan. Pada dasarnya, strategi STP mempunyai hubungan dengan ayat Al-qur’an surat An-nisa’ ayat 24 yang berbunyi;
وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۖ كِتَابَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَٰلِكُمْ أَنْ تَبْتَغُوا بِأَمْوَالِكُمْ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ ۚ فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهِ مِنْهُنَّ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ فَرِيضَةً ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا تَرَاضَيْتُمْ بِهِ مِنْ بَعْدِ الْفَرِيضَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-nisa[4]: 24).
Sebelum menjajakan suatu barang, Nabi Muhammad saw memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kebiasaan, cara hidup, cara makan dan minum, serta kebutuhan yang diperlukan masyarakat setempat. Ia berhasil melakukan segmentasi sehingga ketika datang ke kota A maka barang-barang yang dibawa adalah ini dan itu. Ketika datang ke kota B maka barang yang dibawa lain lagi. Dan seterusnya. Nabi Muhammad saw juga mahir dalam melakukan targeting. Ia tidak hanya memasuki satu segmen saja, ia memasuki semua segmen yang ada dalam masyarakat semenanjung Arab. Mulai dari budak hingga kalangan elit kerajaan, bahkan sang raja. Di samping itu, Nabi Muhammad saw adalah seorang yang pintar dalam memosisikan diri dimanapun dia berada. Ia tidak pernah mengecewakan pelanggannya. Ia juga sangat menghormati pelanggannya, baik yang dewasa atau pun remaja.
Hadirin Ahli Sholat Jum’ah
Rahasiah Kedua, melakukan diferensiasi, bauran pemasaran, dan memiliki prinsip dalam menjual. Pemasaran dapat dikatakan beretika ketika memenuhi dua unsur utama yaitu bersikap lemah lembut dan sopan santun. Pertama, promosi harus menggunakan kata-kata yang lembut. Seorang pelaku bisnis harus bersikap ramah dalam melakukan promosi. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl [16]: 125 yang berbunyi:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. AN-Nahl [16]:125).
Dalam memasarkan dan menjual barangnya, Nabi Muhammad saw adalah orang yang berpikiran out of the box. Ia berdagang dengan cara-cara yang beda, tidak konvensional digunakan pedagang lainnya pada saat itu. Terkait hal ini, ada dua cara yang dilakukan Nabi Muhammad saw, yaitu menjalin hubungan yang baik (silaturahim) dengan pelanggannya dan melakukan ekspansi usaha ke wilayah-wilayah lain, buka hanya satu wilayah saja.
Yang tidak kalah penting, Nabi Muhammad saw selalu menjelaskan kekurangan dan kelebihan barang dagangannya dengan jujur kepada para pelanggannya. Mematok harga sesuai dengan nilai komoditasnya dan tidak melakukan perang harga dengan pedagang lainnya. “Janganlah kamu menjual menyaingi penjualan saudaramu” Kata Nabi dalam sebuah hadist riwayat Bukhari. Nabi Muhammad saw juga memiliki prinsip-prinsip manakala menjual barang dagangannya. Diantaranya adalah tidak menipu dalam mendeskripsikan barang dagangannya, tidak bersumpah yang berlebihan, jujur dalam timbangan dan takaran, serta tidak memonopoli komoditas.
Hadirin Ahli Sholat Jum’ah Rahim Makulullah
Rahasiah Ketiga, melakukan branding dan pelayanan yang baik. terkait dengan point-point pelayanan, loyalitas, dan kepuasan oleh pelanggan terkait dengan ajaran Islam, Sekecil apapun yang terkait dengan aktifitas perekonomian selalu terkait dengan evaluasi proses dari pelayanan, loyalitas, dan kepuasan. Pelaku ekonomi muslim mengevaluasi aktifitasnya dengan pelajaran dari QS. Az-Zalzalah ayat 7-8. berbunyi:
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ (٧) وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ (٨
Artinya: “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya” (Qs. al-Zalzalah [99]: 7-8).
Dua ayat terakhir persisnya adalah “penutup/lanjutan yang berisi kesimpulan” (disebut dengan tafrî’ al-fadzlakah), untuk memberi motivasi atau dorongan agar orang berbuat kebaikan (targhîb) dan ancaman agar orang tidak berbuat kejahatan (tarhîb). Penutup yang berisi kesimpulan merupakan penjelasan ayat sebelumnya tentang mengapa manusia dikumpulkan dan mengapa mereka diperlihatkan hasil perbuatan mereka di dunia. Itu–sekali lagi–karena prinsip yang berlaku adalah bahwa siapa yang melakukan perbuatan, baik atau jahat, akan diberi balasan, sekecil apa pun perbuatan itu.
Nabi Muhammad saw. dikenal sebagai masyarakat Arab sebagai pribadi yang jujur dan bisa dipercaya sehingga ia mendapatkan julukan al-Amin. Karena memiliki brand dapat dipercaya, banyak investor yang berinvestasi kepada Nabi Muhammad saw. Maka tidak heran jika Nabi Muhammad saw kerap kali berdagang tanpa modal sepeser pun, alias menjualkan barang dagangan orang lain dengan imbalan bagi hasil. Hal itulah yang menghantar Nabi Muhammad saw. menjadi seorang pengusaha atau pedagang yang jujur, profesional, dan disegani siapapun. Nabi Muhammad saw juga memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya. Ia sangat ramah dan menghormati pelanggannya. Bahkan, ia mendahulukan kepentingan pelanggannya atas dirinya sendiri. Soal ini, ada sebuah cerita menarik. Suatu ketika Adullah bin Abdul Hamzah membeli suatu barang dari Nabi Muhammad saw dan ia berjanji akan menemui Nabi di suatu tempat karena ada urusan tertentu. Naasnya, Abdullah lupa kalau punya janji dengan Nabi Muhammad. Tiga hari setelahnya, dia baru ingat dan langsung ke tempat tersebut untuk menemui Nabi Muhammad saw. Ia terbelalak karena Nabi Muhammad saw. masih ada di tempat itu. Keempat, jujur, ikhlas, dan profesional.
Hadirin Ahli Sholat Jum’ah Rahim Makulullah
Dalam berdagang, Rasulullah mengedepankan sikap jujur, ikhlas, dan profesional. Maksudnya, tidak pernah membohongi pelanggannya dan ikhlas menjalankan usahanya. Meski demikian, Rasulullah adalah seorang yang profesional. Ia selalu mencari cara yang beda dan baru dalam menjual barang dagangannya. Itulah diantara kiat atau cara berdagang ala Rasulullah saw. Banyak pelajaran yang bisa diterapkan bila kita ingin meraih kesuksesan dalam berbisnis dan berkah. Bekerja dan berdagang adalah salah satu ikhtiar untuk mencapai kehidupan yang berkah. Demi mendapat kehidupan yang layak, setiap orang pastinya paham bahwa untuk mencapai hal demikian maka bekkerja adalah salah satu ikhtiar, dengan bekerja berarti kita telah menunjukkan kesungguhan diri pada pada Allah Yang Maha Kaya.
Rasulullah merupakan teladan umat yang rahmatan lil`alamin sebagaimana ajaran Islam yang dibawanya, pemberi pencerahan pada segala lini dan sisi kehidupan manusia. Tak terkecuali yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup melalui jalur perekonomian, secara lansung maupun tidak lansung. Rasulullah dikenal sebagai saudagar ulung dengan kejujuran, kemuliaan dan amanahnya dalam berniaga sehingga beliau mendapat gelar al-Amin (yang terpercaya). Dengan keagungan dan kemuliaan sifat-sifatnya, beliau juga terkenal sebagai seorang marketer yang cerdas dan beretika. Sifat-sifat itulah yang kemudian pada zaman modern ini menjadi dasar penting dalam marketing syariah/spiritual marketing.
Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai yang terdapat pada Alqur’an, nabi Muhammad melakukan bisnis secara profesional. Nilai-nilai tersebut menjadi suatu landasan yang dapat mengarahkan untuk tetap dalam koridor yang jujur, adil dan benar serta berkah yang mengundang keridhoan Allah SWT. Landasan atau aturan-aturan inilah yang menjadi landasan hukum dalam berbisnis secara Islami (Islamic business).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II