السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَعَزَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَأَذَلَّ الْكَافِرِيْنَ، وَنَصَرَ عِبَادَهُ الْمُوَحِّدِيْنَ، وَجَعَلَ فِي طَاعَتِهِ سَعَادَةَ الْمُتَّقِيْنَ، وَفِي عِصْيَانِهِ هَلَاكَ الظَّالِمِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، إِلٰهُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الصَّادِقُ الْأَمِينُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ الطَّاهِرِينَ، وَأَصْحَابِهِ الرَّاشِدِينَ، وَمَنْ سَارَ عَلَىٰ دَرْبِهِمْ وَاتَّبَعَ نَهْجَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَقَدْ قَالَ: لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِࣖ
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul di hari yang mulia ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, karena hanya dengan takwa kita memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada seluruh hadirin agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena hanya dengan takwa kita akan memperoleh kebahagiaan sejati di dunia maupun di akhirat.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah
Dua minggu kemaren tepatnya di akhir bulan Agustus, mengawali bulan Maulid ini, bangsa kita dikejutkan dengan minggu yang mencekam. Kericuhan di berbagai daerah akibat arogansi sebagian wakil rakyat, disulut oleh provokasi media sosial, bahkan menimbulkan korban jiwa. Inilah bukti bahwa dunia digital yang mestinya jadi sarana silaturahmi, malah bisa jadi pemicu fitnah dan perpecahan. Sampai pada Kegiatan Kampus Masa Pembelajaran Minggu Pertama .. di daringkan. Allamdulillah minggu ini telah Normal kembali.
Hari ini, kita masih berda dalam suasana/momentum Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, mari kita renungkan kembali bahwa misi kerasulan beliau adalah li utammima makarimal akhlaq menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak Nabi bersifat universal, tidak terikat ruang dan waktu. Meski beliau hidup 14 abad lalu, ajarannya relevan untuk kehidupan kita di era digital. Sebagian orang bertanya: “Bukankah Maulid itu bid’ah? Bukankah media sosial juga tidak ada di zaman Nabi?” Jawabnya sederhana: kita tinggalkan perdebatan, mari fokus pada inti ajaran meneladani akhlak Nabi, termasuk dala.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW; merupakan momentum penting untuk merenungkan kepemimpinan beliau. Dalam konteks perguruan tinggi, setiap dosen, mahasiswa, maupun tutor adalah pemimpin di kelas masing-masing. Nabi bersabda:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: “Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya. Ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya” (HR al-Bukhari).
Intinya bahwa “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” Artinya, setiap kita memegang amanah untuk memimpin dengan tanggung jawab, empati, dan integritas. Allah SWT berfirman:
لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun serta penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128).
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah
Meneladani sifat-sifat beliau menjadi penting, khususnya bagi kita sebagai pemimpin di kelas maupun kampus. Dari itu semua, paling tidak kita dapat mengabili Empat Pembelajaran Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW:
Pertama: . Berempati terhadap Penderitaan (عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ); Pemimpin sejati merasakan kesulitan yang dialami orang yang dipimpinnya. Di kelas, seorang dosen atau tutor harus peka terhadap kesulitan akademik maupun non-akademik mahasiswa. Mahasiswa yang kesulitan memahami materi membutuhkan pendekatan pengajaran berbeda, sementara mahasiswa yang mengalami masalah pribadi perlu dukungan moral.
Sebagai pengajar, kewajiban kita adalah mendampingi mahasiswa, menyesuaikan metode pembelajaran, memberikan umpan balik konstruktif, dan menciptakan ruang diskusi yang aman. Mahasiswa pun bertanggung jawab untuk terbuka, menyampaikan kesulitan, dan aktif mencari solusi, sehingga proses belajar menjadi saling mendukung.
Hal ini, berdasar pada QS. Al-‘Ankabut [29]: 69 – “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”
Dan Hadis Rasilullah: “Tidaklah seorang mukmin menaruh kasih sayang terhadap saudaranya, kecuali Allah akan menaruh kasih sayang kepadanya.” (HR. Muslim).
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah
Kedua: Mengharapkan Kebaikan dan Keselamatan bagi Bawahan (حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ); Pemimpin sejati mendorong kesejahteraan dan keselamatan orang yang dipimpinnya. Lingkungan belajar yang kondusif, aman, dan menyenangkan adalah wujud sifat ini. Dalam kelas, hal ini bisa diterapkan dengan menciptakan suasana inklusif, memberi bimbingan tambahan bagi yang tertinggal, dan memastikan semua mahasiswa memiliki kesempatan yang sama berkembang.
Pengajar wajib membimbing dengan niat baik, mahasiswa wajib memanfaatkan kesempatan belajar, menjaga interaksi positif, dan mendukung teman sejawatnya. Dengan demikian, keberhasilan bukan hanya milik individu, tetapi milik seluruh komunitas akademik. Hal ini, berdasar pada QS. Al-Baqarah [2]: 195 – “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa…”
Dan Hadis Rasilullah: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Ahmad).
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah
Ketiga: Penyantun dan Lemah Lembut (رَءُوْفٌ); Kelembutan adalah kekuatan moral. Pemimpin yang santun menenangkan kegelisahan, mengelola konflik, dan meningkatkan kerjasama. Di kelas, sikap santun pengajar menciptakan interaksi sehat, meningkatkan kepercayaan mahasiswa, dan memotivasi partisipasi aktif. Mahasiswa pun harus menanggapi dengan sopan, menghargai pendapat, dan bekerja sama.
Dengan lemah lembut, komunikasi berjalan efektif, kesulitan bisa diatasi dengan solusi bijak, dan suasana belajar menjadi harmonis. Hal ini, berdasar pada QS. Ali ‘Imran [3]: 159 – “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekelilingmu…”
Dan Hadis Rasilullah: “Sesungguhnya Allah itu lemah lembut dan menyukai kelembutan dalam segala perkara.” (HR. Muslim).
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah
Keempat: Penuh Kasih Sayang (رَّحِيْمٌ); Kasih sayang menjadi dasar setiap kebijakan. Pemimpin yang peduli memastikan keputusan tidak merugikan yang lemah. Dalam proses belajar, perhatian pengajar terhadap mahasiswa yang membutuhkan bimbingan ekstra merupakan manifestasi sifat ini. Mahasiswa juga bisa meneladani dengan saling membantu teman yang tertinggal atau mengalami kesulitan.
Kasih sayang menciptakan budaya belajar yang inklusif dan bermartabat, di mana setiap individu merasa dihargai dan termotivasi untuk berkembang.
Hal ini, berdasar pada QS. Al-A’raf [7]: 56 – “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Dan Hadis Rasilullah: “Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Muslim)
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah
Dimafhumi bersama bahwa Kepemimpinan adalah amanah, bukan sekadar jabatan. Dosen, mahasiswa, dan tutor sebagai pemimpin di kelas harus meneladani empat sifat Nabi: empati, kepedulian, kelembutan, dan kasih sayang. Dengan meneladani Nabi, kepemimpinan di kelas dan kampus menjadi efektif, adil, dan membawa keberkahan. Jadikan Maulid Nabi momentum introspeksi: setiap kita bisa menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan memberi manfaat bagi yang dipimpin.
Hadirin yang dimuliakan Allah, semoga Allah memberi kita kemampuan untuk meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW dalam setiap aspek kepemimpinan, khususnya di dunia pendidikan.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II