Khutbah Jum’at 29 September 2023: Meneladani Kepemimpinan Rasullah

MENELADANI KEPEMIMPINAN RASULULLAH

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،

 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَىأَ :عُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ :

 وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

(QS al-Hasyr [59]: 7)

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Di awal khutbah ini, khotib mengajak Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah, mari kita tingkatkan ketakwaan terhadap Allah dengan sebenar-benarnya, yaitu berupaya optimal menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.  Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah atas segala nikmat dan karunianya yang tak terhingga, terutama nikmat iman dan Islam. Bershalawat kepada Nabi Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam, rasul yang membawa petunjuk bagi umat akhir zaman. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh sebaik-baik bekal bagi manusia adalah bekal takwa.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 197)

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Saat ini kita berada di bulan Rabiul Awwal, bulan kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maulid Nabi adalah momentum penting bagi kita untuk mengingat kembali panutan hidup kita. Menjadikan beliau sebagai satu-satunya sosok pegangan, model perilaku dan suri teladan (uswah) dalam semua aspek kehidupan. Sungguh dalam diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat suri teladan dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir serta banyak menyebut Allah” (QS al-Ahzab [33]: 21).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling keras mujâhadah-nya dalam beribadah. Padahal beliau adalah sosok yang maksum (terbebas dari dosa) dan dijamin pasti masuk surga. Mujâhadah beliau dalam beribadah itu agar beliau menjadi hamba yang bersyukur.

Beliau adalah pribadi yang paling mulia akhlaknya. Aisyah radhiyallahu ‘anha menyebut akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Tidak pernah berlaku keji. Tidak mengucapkan kata-kata kotor. Tidak berbuat gaduh di pasar. Tidak pernah membalas dengan kejelekan serupa. Akan tetapi, beliau pemaaf dan pengampun.” (HR Ahmad).

Beliau pun paling baik terhadap wanita. Beliau juga teladan terbaik dalam bertetangga, bergaul, berteman, berkawan dan bermuamalah. Dalam semua itu kita diperintahkan untuk menjadikan beliau sebagai teladan dan model panutan.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Kehadiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Islamnya di tengah-tengah umat manusia adalah untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Baik dalam lingkup akidah, ibadah, muamalah hingga siyasah (politik). Meneladani Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya dalam aspek akidah, spiritual, moral dan sosial saja. Sebab jika demikian, hal itu sama saja mengerdilkan sosok beliau.

Perhatikan, beliau juga memberikan teladan kepemimpinan dalam bernegara, berpolitik dalam dan luar negeri, menjalankan pemerintahan, menerapkan hukum dan menyelesaikan persengketaan. Ingatlah firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sungguh Allah amat keras hukuman-Nya (QS al-Hasyr [59]: 7).

Maka, kita harus totalitas menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai panutan dan suri teladan dalam segala aspek, baik dalam aspek individu, keluarga maupun negara; kecuali tentu saja hal-hal yang menjadi kekhususan bagi beliau saja (khawâsh ar-Rasûl) sebagaimana diterangkan oleh para ulama ushul.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Salah satu aspek teladan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat ini penting untuk diaktualisasikan adalah teladan kepemimpinan. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya pemimpin spiritual (za’îm rûhi), tetapi juga pemimpin politik (za’îm siyâsi). Dalam konteks saat ini, beliau dapat disebut sebagai pemimpin negara (ra’îs ad-dawlah). Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ

“Tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk ditaati dengan izin Allah” (QS an-Nisâ` [4]: 64).

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberikan teladan bagaimana menjalankan sistem pemerintahan Islam. Beliau membangun struktur negara. Beliau menunjuk dan mengangkat para penguasa baik mu’awin, wali maupun ‘amil. Beliau menunjuk dan mengangkat para panglima dan komandan pasukan. Beliau membentuk kepolisian dan mengangkat kepala polisinya. Beliau mengangkat qâdhi (hakim) untuk berbagai wilayah. Beliau juga mengangkat para pegawai administratif yang disebut kâtib untuk berbagai urusan. Semua itu merupakan penjelasan atas kewajiban menerapkan hukum-hukum Islam.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Dari penjelasan di atas, paling tidak ada 3 pembeljaran penting untuk dapat diambil pelajaran bagi para pempimpin:

Pertama: Ketika Nabi Muhammad Saw. mulai menyiarkan agama Islam yang beliau terima dari Allah Swt. di Mekkah. Kota ini mempunyai sistem kemasyarakatan dibawah pimpinan suku bangsa Quraisy, akhirnya Nabi bersama sahabatnya hijrah ke Madinah karena tidak tahan terhadap kekejaman-kekejaman dan kebencian-kebencian yang brutal dari orang Quraisy, Nabi menyalurkan perhatiannya untuk mencari tempat baru bagi kegiatan dakwahnya, di Mekkah nabi telah memperoleh sekelompok pengikut yang sangat sedikit jumlahnya.Selama di Mekkah, Nabi hanya berfungsi sebagai kepala agama dan tidak mempunyai fungsi sebagai kepala pemerintahan karena kekuasaan politik yang ada di Mekkah belum dapat dijatuhkan pada waktu itu.

Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa, Rasulullah hijrah ke Madinah pada tahun 622 M. ada dua aktifitas yang dilakukan setibanya di Madinah yaitu mendirikan Masjid Quba dam kota Madinah. Hijarah merupakan titik balik dari karir Nabi Muhammad Saw. terhadap kebangkitan Islam. Muhammad Saw. mempunyai pengaruh yang mendalam dan mempunyai pengikut. Di Madinah sebaliknya disamping menjadi kepala agama juga menjadi kepala pemerintahan. Sebagai kepala negara di Madinah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menerapkan syariah Islam secara menyeluruh sejak awal Negara Islam berdiri. Beliau menerapkan syariah itu secara konsisten dan tanpa pandang bulu.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Kedua: Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatukan dan melebur masyarakat yang beliau pimpin menjadi satu kesatuan umat dengan ikatan yang kokoh, yakni ikatan akidah Islam. Beliau sekaligus melenyapkan ikatan-ikatan ‘ashabiyyah jâhiliyah, seperti ikatan kesukuan dan kebangsaan. Sementara menurut ahli sejarah, belum cukup dua tahun dari kedatangan Nabi di kota itu dideklarasikannya suatu piagam yang mengatur suatu kehidupan dan hubungan antar komunitas yang merupakan komponen masyarakat yang majemuk di Madiah.

Langkah pertama dan kedua ditunjukkan untuk konsolidasi ummat Islam. Langkah-langkah beliau berikutnya ditunjukkan kepada penduduk Madinah untuk ini Nabi membuat kesepakatan tertulis atau piagam MADINAH yang menekankan pada persatuan yang erat dikalangan kaum muslimin dan kaum yahudi, menjamin kebebasan beragama bagi semua golongan menekankan kerja sama dan persamaan hak dan kewajiban atas semua golongan dalam kehidupan sosial politik dalam mewujudkan pertahanan dan perdamaian dan menetapkan bagi Nabi untuk menangani dan memutuskan segala perbedaan pendapat yang timbul diantara mereka. langkah-langkah nabi menurut  Watt telah menciptakan situasi baru dalam menghilangkan atau memperkecil pertentangan di antara suku-suku.

Banyak diantara pakar ilmu politik Islam mengatakan piagam Madinah sebagai kontribusi negara Islam pertama yang dicanangkan Nabi di Madinah perilaku Nabi pada permulaan periode Madinah bahwa sejak semula Islam mempertautkan dengan erat antara agama dan negara.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Ketiga: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memimpin umat untuk menjalankan misi agung menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. Sebagai kepala negara untuk setiap keputusan yang beliau tetapkan Nabi Muhammad Saw. selalu melakukan musyawarah dengan para sahabat tidak bersikap otoriter, kiranya perlu dicatat dalam proses musyawarah sebagaimana yang ditetapkan oleh rasulullah berhak mengeluarkan pendapat tentang sesuatu yang menjadi pokok masalah beliau tidak pernah bersikap atau memperlihatkan tandatanda bahwa beliau lebih dominan daripada sahabat-sahabatnya sebagai mitra dalam pengambilan setiap keputusan yang penting, yang berkaitan dengan negara Madinah, beliau sangat menghargai perbedaan pendapat walaupun sebagai kepala negara mungkin memiliki pendapat sendiri yang berkaitan dengan kebijaksanaanya.

Prinsip persamaan sangat berkaitan erat dengan prinsip keadilan, Nabi tidak membedakan kedudukan sipelaku pidana, apakah ia seorang pembesar atau penguasa mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum. Muhammad Saw. dan sebagai kepala negara di Madinah tidak merasa dirinya lebih dari yang lain sesuai dengan doktrin Alqur’an ukuran kelebihan seseorang terletak pada tingkat taqwanya, beliau memperlakukan Bilal yang kulit hitam semula budak sama dengan pengikut yang lainnya. Bahkan diangkat sebagai muazzin beliau senantiasa menghindar dalam melaksanakan tugas fungsinya sebagai kepala negara.

Nabi Muhammad Saw. menerapkan prinsip kebebasan dalam Islam misalnya dalam kebebasan beragama orang Yahudi bebas melaksanakan agama mereka dan karena itu kaum muslimin di Madinah tidak boleh meghalangi mereka untuk beribadah dalam hubungan dengan kewajiban pemerintah Madinah untuk melindungi orang-orang non-muslim, yang dinamakan kaum dzimmy. Begitu besar perhatian Rasulullah selaku kepala negara di Madinah terhadap non-muslim beliau memperingatkan pengikutnya supaya tidak memusuhi golongan dzimmy itu, karena keselamatan dan keadaan mereka menjadi tanggung jawab kepala negara baik orang Yahudi maupun Kristen memiliki kebebasan penuh.

Selain itu yang perlu diperhatikan ialah, meskipun pada masa Rasulullah orang yang belum mengenal teori pemisahan ataupun pembagian kekuasaan namun beliau telah mewujudkan dalam pemerintahannya. Pembagian tugas kenegaraan dengan cara mengangkat orang yang memenuhi syarat misalnya wazier (menteri) katib (sekretaris) wali (gubernur) ‘amil (pengelola zakat) qadhi (hakim) sudah ada pada masa rasulullah.

Untuk menghadapi kemungkinan gangguan dari musuh, Nabi sebagai kepala pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan militer, ummat Islam diizinkan berperang dengan dua alasan: (1) Untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya. (2) Menjaga keselamatan dalam penyebaran dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalanginya.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Perlu diingat bahwa Ciri khas pemerintahan dalam Islam menurut Abu al-A’la al-Maududi adalah sebagai berikut: (1) Kekuasaan perundang-undangan Ilahi (2) Keadilan antar manusia (2) Persamaan antara kaum muslimin (4) Tanggung jawab pemerintah (5) Permusyawaratan (6) Kekuasaan dalam hal kebijakan (7) Berusaha untuk mencari kekuasaan diri sendiri adalah terlarang (8) Tujuan adanya negara, dan (9) Amar ma’ruf nahi munkar. “Karena itu pula, Islam sampai ke negeri ini”.

Akhirnya, mari kita jadikan momentum Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai jalan untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara totalitas. Meneladani pribadi beliau, kepemimpinan beliau, serta meneladani dan merealisasikan sistem yang beliau gariskan dan contohkan, yaitu sistem Islam, melalui penerapan syariah Islam secara kaffah.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah 2

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *