Beramal Ilmiah Profesional dan Kompeten
Jamaah Jumat Rahimakumullah…
Pada siang yang berbahagia ini masih dalam suasana memasuki minggu kedua tahun baru 2023, marilah kita bersama-sama mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita semua berupa nikmat iman dan islam serta nikmat ilmu yang Allah anugerahkan kepada kita semua sehingga kita bisa menjalani kehidupan di dunia ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan nabi besar kita Rasulullah Muhammad SAW, beliau yang telah mengajarkan kepada kita bagaimana menjalani kehidupan di dunia ini dan menyiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat nanti dengan sebaik-baiknya bekal. Kehidupan kita di dunia ini merupakan satu fase dari berbagai fase kehidupan yang akan kita lalui hingga kita bertemu dengan Sang Pencipta yakni Allah SWT. Allah SWT telah menentukan bahwa kehidupan dunia merupakan tempat menabung sebagai bekal akhirat atau sebagai tempat menanam yang akan kita panen dihari akhir nanti.
الدُّنْيَا مَزْرَعَةُ الآخِرَةِ
Artinya: “Dunia adalah ladang akhirat”.
Memaknai dunia sebagai tempat menanam berarti kita harus melakukan suatu tindakan berupa amalan baik kompeten dan profesional yang sesuai dengan perintah Allah dan Rasulnya.
Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah…
Melakukan suatu amal harus didasari dengan ilmu, beramal tanpa ilmu seperti orang yang mendirikan bangunan di tengah malam dan menghancurkannya di siang hari, atau dalam perumpamaan yang lain orang yang beramal tanpa ilmu pengetahuan sebagaimana seseorang yang berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan pada tujuan melainkan menjauhkan. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. (Qs Al-Isra’ [17]: 36).
Menurut M Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Misbah, Allah memerintahkan kepada manusia agar melakukan suatu yang telah Allah perintahkan dan hindari yang tidak sejalan dengan perintahnya dan jangan ikuti apa-apa yang tiada bagimu pengetahuan tentangnya, jangan berucap apa yang engkau tidak ketahui, jangan mengaku tahu apa yang engkau tidak tahu dan jangan mengaku mendengar apa yang engkau tidak dengar. Hal ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan manusia agar melakukan suatu amalan harus berdasarkan ilmu yang di dapat melalui penglihatan, pendengaran serta hati. suatu amalan tidak bisa dilakukan tanpa jika tidak ada ilmunya.
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah…
Pada akhir-akhir ini sering kita lihat bagaimana banyak orang yang tanpa memiliki ilmu namun menanggapi berbagai persoalan yang bukan bidangnya, sehingga bukan memberikan kemaslahatan namun menyebabkan kerancuan dan kekacauan. Fenomena tersebut menunjukkan betapa pentingnya seseorang beramal dan berbuat harus memiliki ilmu serta profesianal dan kompeten. Lalu bagaimana jika manusia beramal tanpa ada, hasilnya adalah kerusakan dan ketertolakan amalan tersebut sebagaimana dalam hadits disebutkan
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa yang beramal tanpa dasar dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim, no. 1718)
Menurut hadits tersebut sangat jelas bahwa semua amalan yang dilakukan tanpa berdasar ilmu maka akan tertolak, dan menjadi kesia-siaan yang tak berujung. Dalam sebuah syair juga disebutkan.
وَكُلُّ مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ أَعْمَالُهُ مَرْدُوْدَةٌ لاَ تُقْبَلُ
“Setiap yang beramal tanpa ilmu, amalannya tertolak dan tidak diterima.” (Hasyiyah Tsalatsah Al-Ushul).
Makna yang terkandung syaiir JANGAN memaksakan diri dengan sebuah pekerjaan yang bukan ahlinya (memiliki ilmunya). Bila itu tetap dilakukan maka sangat besar kemungkinan bukannya berhasil justru menjadi berantakan. Pentingnya memberikan tugas atau pekerjaan sesuai dengan kemampuan karyawan merupakan salah satu bentuk profesiaonal yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau pemberi kerja. Dalam bahasa manajemen sumberdaya manusia “seorang pemimpin atau pemberi kerja dalam membagikan kerjanya harus dilakukan secara proposional dan profesiaonal” selajutnya baru disebut pemimpin yang adil.
Bahkan, hal tersebut sudah ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW. Melansiri buku “Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad” karya Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, Senin (26/7/2021), profesionalisme ini juga berlaku bagi karyawan untuk tidak terlalu memaksakan diri untuk bekerja di luar bidang dan kompetensinya, karena hanya akan merugikan dirinya sendiri. Labih tegas lagi Rasulullah bersabda,;
“Apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya, berkata seseorang: bagaimana caranya menyia-nyiakan amanat ya Rasulullah? Berkata Nabi: apabila diserahkan sesuatu pekerjaan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” (HR. Bukhari 6015).
Hadist lannya: “Barangsiapa yang memegang kuasa tentang sesuatu urusan kaum muslimin, lalu dia memberikan suatu tugas kepada seseorang, sedangkan dia mengetahui bahwa ada orang yang lebih baik daripada orang itu, dia telah mengkhianati Allah, RasulNya dan kaum muslimin.” (Hadis Riwayat Al-Hakim).
Profesionalisme dan kompetensi terhadap sebuah pekerjaan adalah dua hal yang saling berkaitan, namun kadang ada individu yang memaksakan diri mengerjakan sebuah pekerjaan yang bukan bidangnya sehingga yang terjadi adalah kerugian, baik dari sisi waktu pelaksanaan pekerjaan maupun kerugian materil. Allah berfirman,
“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS, al-Isra [17]: 36).
Profesionalisme bukan berarti memaksakan diri untuk menyelesaikan semua pekerjaan tanpa ada ilmu dan pengetahuan yang mencukupi. Bukan juga bersikap sok tahu atau merasa paling mengerti padahal yang diketahui belum tentu benar. Egoisme yang terlalu tinggi terkadang menutupi pandangan yang objektif dalam menyelesaikan sebuah masalah. Lebih tegas lagi dikatakan “Setiap yang beramal tanpa ilmu, amalannya tertolak dan tidak diterima.” (Hasyiyah Tsalatsah Al-Ushul).
Sehingga sangat jelas bagi kita dalam melakukan segala amalan harus berdasarkan atau dapat disebut “beramal ilmiah”, karena segala amal kita akan ditanyai dan dimintai pertanggungjawabbnya oleh Allah SWT di akhirat kelak. Tidak profesional dan kompeten memaksakan/mengerjakan sebuah pekerjaan yang bukan bidangnya sehingga yang terjadi adalah kerugian, bahkan kehancuran.
Jama’ah Jumat rahimakumullah…Mengakhiri khutbah ini marilah kita merenungi bersama sejauh mana kita melakukan amalan kita sesuai dengan ilmu yang kita miliki, jika belum sesuai dengan ilmunya maka mari kita tambah lagi belajarnya agar lebih profesiaonal dan kompeten. kemudahan dalam mengarungi kehidupan dunia sebagai tempat menyiapkan bekal akhirat. Apabila suatu pekerjaan dikerjakan oleh ahlinya maka tunggu kehancurannya.
Khutbah Kedua: