SYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah ta’ala.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Tidak lama lagi, selang 5 hari kedepan Seluluh Bangsa Indonesia akan memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77. Ya, 17 Agustus nanti kita akan merayakan kemerdekaan yang telah bangsa ini raih dan lalui selama 77 tahun.
Kemerdekaan Indonesia bukanlah pemberian dari siapa pun. Bukan pula hadiah dari penjajah. Juga tidak dibantu oleh negara mana pun. Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa ini murni adalah rahmat Allah yang diikhtiarkan melalui perjuangan berdarah-darah serta pengorbanan nyawa dan harta dari para pendahulu kita.
Sungguh benar apa yang dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Para pahlawan dan pejuang kemerdekaanlah yang mengerahkan daya upaya dan ikhtiar, dan Allah-lah yang menentukan dan memberikan kemenangan.
Allah adalah pencipta segala sesuatu. Allah yang menghendaki terjadinya segala sesuatu. Allah-lah yang mencurahkan dan menganugerahkan rahmat kemerdekaan kepada kita semua.
وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ
“Allahlah sendirian yang mengalahkan semua musuh”
Alhamdulillah, ikhtiar para pendahulu kita diiringi rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga kemenangan dan kemerdekaan pada akhirnya dapat diraih.
Mudah-mudahan para pahlawan yang telah berjuang untuk Islam dan Indonesia di bumi nusantara yang telah gugur mendahului kita memperoleh balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah ta’ala.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kemerdekaan adalah rahmat dari Allah dan merupakan nikmat bagi kita semua. Jika kita terus bersyukur atas nikmat kemerdekaan dan nikmat-nikmat Allah lainnya, maka Allah akan menambahkan nikmat-nikmat-Nya sebagaimana yang Ia firmankan:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(QS Ibrahim: 7).
Mensyukuri nikmat adalah dengan tidak menggunakannya dalam bermaksiat kepada Allah. Kita syukuri nikmat kemerdekaan ini dengan melakukan berbagai kebaikan dan berbuat baik kepada orang lain. Kita syukuri kemerdekaan ini dengan melaksanakan semua kewajiban dan menjauhi seluruh larangan Allah.
Kita lakukan tugas dan kewajiban kita sebagai ayah, ibu, anak, sebagai suami, istri, sebagai guru, murid, sebagai pejabat, rakyat, sebagai orang yang hidup bertetangga, sebagai orang yang hidup bermasyarakat dan sebagai orang yang hidup berdampingan dengan umat agama lain.
Jika masing-masing dari kita telah mengetahui, memahami dan melakukan tugas dan kewajibannya sebagaimana mestinya, maka negara ini akan senantiasa aman dan sentosa.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang berbahagia,
Kemerdekaan adalah nikmat yang menjadikan kita terbebas dari berbagai belenggu. Nikmat kemerdekaan adalah pintu yang membuka nikmat-nikmat yang lain.
- Dengan nikmat kemerdekaan, kita dapat merasakan nikmatnya beribadah dengan leluasa.
- Dengan nikmat kemerdekaan, kita dapat merasakan nikmatnya belajar dan mengajar.
- Dengan nikmat kemerdekaan, kita dapat menikmati kebersamaan kita sebagai saudara-saudara seagama, saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
- Dengan nikmat kemerdekaan, kita bisa membangun negeri ini secara bersama-sama.
Oleh karena itulah, kita rawat dan lestarikan nikmat kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai nikmat yang agung ini terlepas dari kita. Bagaimana cara merawat dan melestarikannya? Dengan cara terus membangun negeri ini dan memperbaikinya .
Kita mulai dengan membangun dan memperbaiki diri dan keluarga kita. Lalu meluas ke masyarakat. Ibarat sebuah bangunan, maka Indonesia terdiri dari banyak sekali batu-bata dan komponen-komponen lainnya. Kita dan keluarga kita adalah salah satu dari batu-bata negeri ini.
Jika semua batu-bata dan komponen lainnya baik dan kuat, maka bangunan negeri ini akan kuat. Sebaliknya, jika ada satu saja atau beberapa batu-bata yang rapuh, maka bisa jadi hal itu akan berakibat rapuhnya bangunan seluruh negeri, bahkan bisa menjadikan seluruh bangunan menjadi runtuh. Hadirin yang mudah-mudahan dimuliakan Allah, Negeri ini tidak hanya berupa wilayah geografis, yaitu tanah, air dan udara semata.
Tapi lebih dari itu, negeri ini juga mencakup manusia yang merupakan penduduk negeri yang di tangan merekalah nasib negeri ini akan seperti apa. Oleh karena itu, kita utamakan membangun manusia daripada membangun yang lain. Karena sendi dan tiang penyangga dari bangunan negeri ini tiada lain adalah akhlak karimah.
Lalu apa gerangan fondasi dari bangunan negeri ini? Fondasinya adalah paham dan haluan yang moderat. Ya, paham dan haluan yang moderat dalam politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain, terutama paham, pandangan dan haluan yang moderat dalam keagamaan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Islam memerintahkan kita agar berpaham moderat (wasathiyyah), tidak ghuluww (melampaui batas yang digariskan Islam) dan tidak taqshir (ceroboh sehingga tidak sampai pada batas yang digariskan Islam), tidak ekstrem kanan dan tidak ekstrem kiri.
Paham keagamaan yang moderat adalah paham yang diajarkan dan disampaikan oleh para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah dan diyakini oleh mayoritas umat Islam dari masa ke masa. Paham inilah yang harus selalu kita junjung tinggi jika kita ingin membangun negeri ini.
Karena fakta sejarah membuktikan bahwa pemikiran dan paham yang ghuluww, taqshir, dan ekstrem telah memporak-porandakan dan meluluhlantakkan berbagai negara. Contoh konkretnya di masa sekarang adalah Irak, Suriah, Afghanistan dan lain-lain. Jangan sampai Indonesia menjadi Irak atau Suriah kedua.
Paham takfir syumuli (pengafiran menyeluruh kepada semua orang yang tidak sepaham), paham pengafiran terhadap pemerintah yang tidak berhukum dengan hukum Islam dan menuduhnya dengan thaghut, paham pengafiran dan pemusyrikan terhadap para pelaku tabarruk, tawassul, peringatan maulid Nabi dan ziarah makam para nabi dan wali, semua itu telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di berbagai belahan dunia.
Hal itu juga telah merenggut kemerdekaan dari banyak orang. Akibat paham-paham ekstrem tersebut, banyak orang yang tidak bisa lagi menikmati kebebasan dan kemerdekaan dalam banyak hal. Lebih-lebih lagi, apabila paham dan pemikiran ekstrem tersebut dituangkan dalam aksi-aksi pengeboman, perusakan fasilitas umum dan pembunuhan serta penyembelihan orang-orang yang dianggap musyrik dan kafir.
Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,
Jika kita mencintai negeri ini, jika kita cinta tanah air ini, maka buktikan cinta itu. Jangan hanya cinta yang terucap di bibir saja. Tapi cinta yang benar-benar cinta. Yaitu cinta yang senantiasa mendorong kita untuk terus membangun dan memperbaiki negeri ini. Kita bangun dan perbaiki negeri ini dengan menjadi pribadi-pribadi yang shalih.
Yaitu pribadi-pribadi yang berilmu, beramal dan penuh dedikasi untuk membangun negeri. Pribadi-pribadi yang shalih akan melahirkan keluarga-keluarga yang shalih. Dan keluarga-keluarga yang shalih akan mewujudkan masyarakat yang shalih.
Jadi keshalihan individu akan mewujudkan keshalihan sosial. Keshalihan sosial akan menjadikan negeri ini aman, sentosa dan sejahtera. Dengan keshalihan sosial, segala bentuk kejahatan akan terputus. Dan satu lagi, jangan pernah bosan untuk terus mengampanyekan paham-paham Ahlussunnah yang moderat dan rahmatan lil ‘alamin.
Paham moderatlah yang akan menjadikan Indonesia sebagai baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-77. Bersama, kita jadikan Indonesia lebih maju.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
Khubah II