Khutbah Jum’at 18 Februari 2022: Membangun Kemitraan Ukhuwah

MEMBANGUN KEMITRAAN UKHUWAH:

 

Pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurar 

 

 

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia,

Terhitung sejak tanggal 3 Juli 2021, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Darurat di sejumlah tempat. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menekan persebaran virus corona yang terus meluas. Sebagai bagian dari upaya percepatan penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia, Badan Pusat Statistik menyelenggarakan Survei Perilaku Masyarakat Pada Masa Pandemi COVID-19 (SPMPMPC-19) secara daring (online) mulai tanggal 13-20 Juli 2021. SPMPMPC-19 bertujuan untuk mendukung penyusunan kebijakan pemerintah dalam percepatan penanganan COVID-19 melalui penyediaan informasi tentang kepatuhan diri dan masyarakat sekitar terhadap protokol kesehatan, pendapat masyarakat tentang vaksinasi, dan respon masyarakat dalam menyikapi masa pembatasan kegiatan. Hasil survei disajikan dalam booklet infografis ini. Harapannya, pembaca dapat dengan mudah memahami informasi yang disajikan. Mayoritas penduduk merasa jenuh/sangat jenuh selama PPKM diberlakukan (60% Responden). Banyak responden yang mengisi kegiatan selama pembatasan melalui kegiatan yang meminimalkan mobilitas, yaitu berkomunikasi dengan keluarga/teman secara online dan memperbanyak ibadah. (Survey BPS,2021). Kebijakan PPKM Darurar di atas, secara tidak langsung membatasi kegiatan umat dalam kepentingan membangun dan atau menjaga Ukhuwah Jasamiyah. Membanungun kemitraan dan membina hubungan yang baik dengan sesame muslim guna mencapai kebahagiaan yang didambakan, baik didunia  maupun  di akhirat. Menjadi wajib untuk dilaksanakan.

Islam memberikan petunjuk kepada umat manusia mengenai bagaimana menjalani kehidupari dengan benar agar manusia dapat  mencapai  kebahagiaan yang didambakan, baik didunia  maupun  di akhirat.  Salah satu aspek yang membentuk kebahagiaan hidup seorang muslim adalah kemampuan membanungun kemitraan dan membina hubungan yang baik dengan sesama  muslim. Dalam khutbah Jum’at pada hari ini, khatib ingin mengajak kita   sekalian untuk merenungkan makna firman Allah SWT yang merupakan prinsip pokok ukhuwah;

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu  dan  bertakwalah  kepada Allah SWT supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al Hujurat [49]:10).

Ayat diatas ditujukan kepada seluruh umat Islam. Sejalan dengan makna ayat itu Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits mengatakan bahwa umat Islam adalah laksana tubuh yang satu, ada atau tak ada semacam perjanjian tertulis, namun umat Islam karena keislamannya, harus memandang umat Islam lainnya sebagai saudaranya sesuai dengan prinsip ukhuwah Islamiyah.

Saudara-saudara   kaum  muslimin yang  berbahagia,

Ukhuwah Islamiyah, mudah diingat dan seringkali diucapkan, yang susah adalah pelaksanaannya dalam dilapangan. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud dalam bukunya Fiqh Ukhuwwah menjelaskan hak dan kewajiban ukhuwah dalam Islam berdasarkan ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi, diantaranya:

Pertama, menutupi aib saudara seiman. Rasulullah SAW bersabda; “Barang siapa menutupi aib seorang muslim, Allah  SWT akan menutupi  aibnya  didunia  dan  diakhirat”. (HR. Muslim). “Barang siapa membela kehormatan saudaranya (sesama Muslim), Allah SWT akan menjauhkan neraka dari wajahnya pada hari kiamat”. (HR. Tirmidzi).

Kedua, memaafkan saudara seiman. Imam Malik meriwayatkan dengan  sanadnya dari  Abu  Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Dibuka pintu-pintu   surga  setiap  hari  Senin  dan Kamis.  Ampunan  ilahi  dilimpahkan  kepada  setiap  hamba yang tidak mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu, kecuali   yang    menyimpan   dendam   kepada   saudaranya. Tentang mereka dikatakan: Tunggu, tunggu, tunggu, sampai mere/caberbaikan”

Ketiga,melepaskan kesulitan sesama muslim. Rasulullah SAW bersabda; “Allah  menolong hambaNya selama  ia  menolong  saudaranya”.  (HR.  Tirmidzi). “Terkutuklah  orang  yang  mendatangkan  bahaya  atau membuat   tipu   daya   terhadap   seorang   mukmin”. (HR. Tirmidzi).

Keempat, berbaik sangka kepada   sesama  muslim. Allah S WT berfirman;

“Hai orang-orang  yang  beriman, jauhilah   kebanyakan dari prasangka,   sesungguhnya   sebagian  prasangka   itu adalah    dosa    dan   janganlah      kamu    mencari-cari kesalahan   orang  lain  dan janganlah    sebagian   kamu menggunjing  sebagian  yang  lain”.(QS. Al Hujurat [49:]:12).

Kelima, berdoa untuk kebaikan sesama muslim, baik semasa hidupnya maupun setelah wafat. Firman Allah SWT;

“Orang-orang yang datang sesudah mereka berdoa; Tuhan ! beri  ampunlah kami  dan  saudara-saudara  kami  yang  telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Tuhan! Engkau Maha Penyantun, Maha Pengasih”. (QS. 59 Al Hasyr: 10).

Dalam    kaitan    ukhuwah    lslamiyah,     hubungan    dan interaksi    sosial    yang    dijiwai   dengan kasih    sayang    dan ketulusan   disebut  silaturrahim.   Silaturrahim   yang  merupakan salah satu tolok ukur kesempurnaan   Islam seseorang,  harus dipelihara  dan dikembangkan   didalam kehidupan  sosial kemasyarakatan. Allah  SWT berfirman;

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah SWT menciptakan istrinya, dan daripada  keduanya  Allah   memperkembang-biakkan laki-laki  dan  perempuan  yang  banyak.  Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)  nama-Nya  kamu  saling  meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS, An-Nisa’ [4]: 1).

Ayat  ini  menegaskan  eksistensi  Allah  sebagai  Dzat yang telah menciptakan manusia dengan beragam wama kulit, bahasa dan budaya. Bahwa Allah Maha Agung dengan menciptakan manusia dengan warna yang beragam. Atas fakta inilah, maka manusia dituntut untuk bertakwa kepada-Nya, di mana salah satu realisasi ketakwaan tersebut adalah sillaturrahim.

Islam  memandang  baik atau buruknya hubungan seorang muslim dengan orang lain   berdampak pada nilai keimanan. Dalam riwayat Abu Hurairoh Rasulullah SAW bersabda: “kalian tidak akan masuk surga, sebelum kamu beriman. Dan kamu tidak beriman, sebelum kamu saling mencintai dan sayang menyayangi satu sama lain. Maukah aku tunjukan sesuatu yang jika  kalian melakukannya maka akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian ” (HR. Muslim).

Oleh karena itu seorang muslim tidak boleh menyimpan kebencian, dendam permusuhan, atau khianat terhadap orang lain. Orang yang lurus iman dan Islamnya, pasti mempunyai jiwa yang bersih, pikiran yang lapang, dan hati yang jujur serta senantiasa mendoakan yang baik untuk orang lain. Karena itu, iman yang efektif ialah iman yang mengendalikan perilaku aktif dalam kehidupan sehari-hari.

Dr. Yusuf Qardhawi  dalam kitabnya  ”Al-Iman wal Hayat” (Iman dan Kehidupan) melukiskan karakter seorang muslim yang berhati mulia, yakni sanggup menahan amarahnya, walaupun dia kuasa melampiaskannya, suka memberi maaf walaupun sanggup untuk melakukan penyiksaan. Berlapang dada, walaupun dia yang benar. Orang beriman tiada dengki dan tiada menaruh benci, karena kedengkian dan perasaan kebencian itu adalah benih yang ditaburkan syaitan, sedang cinta dan kasih sayang serta hati yang bersih  adalah  tanaman  dari  Tuhan  yang Maha Penya yang. Mudah-mudahan  kita semua menjadi muslim yang senantiasa  memelihara  dan  menegakkan khuwah lslamiyah dengan setulus hati dimana pun kita berada. Setiap muslim haruslah mengutamakan kepentingan menjaga Ukhuwah Islamiyah diatas segala kepentingan pribadi dan golongan.

 

 

 

 

Kutbah Ke II;

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *