MENGAPA MANUSIA HARUS SERING DIINGATKAN?
Permisi
adar atu tidak disadari, kita sebagai manusia harus sering diingatkan dan saling mengingatkan, itu esensi judul tulisan kali ini. Dikarenakan hakikat kita sebagai manusia memang sering kali lupa. Sekali diingatkan, ingat, kemudian lupa lagi. Diingatkan lagi, lupa lagi. Diingatkan lagi, lupa lagi. Begitu seterusnya karena begitu banyak hal di dunia ini yang bisa membuat kita lupa dengan dengan apa yang seharusnya kita lakukan dan seharusnya tidak kita lakukan. Contoh gampang, berapa banyak anak muda yang saat ini sedang menyia-nyiakan waktu muda mereka dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Mereka hanya bersenang-senang dan bermain-main. Tidak mempersiapkan bekal untuk masa depan mereka sendiri. Begitu diingatkan orangtua, mereka sadar. Mulai belajar, mengerjakan hal-hal yang bermanfaat. Sehari, dua hari, kemudian main lagi. Balik lagi melakukan hal-hal yang sia-sia. Lupa lagi dengan nasihat orang tua mereka sebelumnya. Atau, dalam hal kesehatan, buat kita yang senang makan yang manis-manis, sering kali kita lupa diri. Makan melewati batas. Akibatnya? Sakit gigi. Ini kita diingatkan bahwa yang kita makan sudah melewati batas. Ke dokter gigi, sembuh, balik lagi makan makanan yang manis-manis. Lupa pernah diingatkan dengan sakit giginya.
Peringatan bisa datang dalam bentuk yang berbeda-beda. Bisa berupa teguran langsung dari orang dekat (misal teguran dari saya yang tidak enak), dari orang yang bahkan kita tidak kenal, atau mungkin tidak berupa seseorang. Penyakit, uban, garis-garis keriput di wajah, itu semua juga menjadi pengingat untuk kita. Cuma sayangnya sering kita abaikan.
Diingatkan seperti itu, apapun bentuk peringatannya, sebenarnya menjadikan kita orang yang beruntung. Kita dijaga agar tidak melewati batas. Kalau sudah diingatkan seperti itu, bagaimana mempertahankannya agar tidak lupa lagi? Gampang. Tetaplah selalu dekat dengan pengingat tersebut. Jangan ditolak atau ditutup-tutupi. Teman yang mengingatkan kita, jangan ditinggal. Teruslah bergaul dengannya. Uban dirambut, jangan disemir. Biarkan ia terlihat. Sebagai pengingat bahwa kita tidak lagi muda. Keriput di wajah, jangan dihilangkan. Toh percuma juga, tetap kita tidak akan bisa melawan yang namanya masa tua. Ia akan tetap datang. Malah jadi pikiran saja untuk menutupinya.
Datangnya pengingat-pengingat itu adalah untuk kebaikan kita sendiri. Untuk tetap menjaga kita berada dijalur yang benar. Tidak berlebih-lebihan dalam satu hal. Tidak menyimpang. Dan kita perlu itu. Dan kalau bisa, jangan hanya jadi orang yang diingatkan. Cobalah juga jadi orang yang bisa mengingatkan orang lain. Menjadikan diri bermanfaat bagi orang lain. Saling mengingatkan satu sama lain. Kita diingatkan dan mengingatkan. Timbal balik. Tentu dengan cara-cara yang santun. Kalau sesama kita sudah bisa saling mengingatkan seperti ini, tentu kehidupan yang sedang kita jalani ini bisa menjadi lebih baik.
Tulisan ini, dimaksukan untuk mengingatkan dan memotivasi mahasiswa, sehubungan dengan tugas perkuliahan akan segera berakhir hanya tersisa dua kali pertemuan lagi sedangkan diskusi kelompok masih tersisa 2-3 kelompok lagi, belum evaluasi refleksi perkuliahan. Saling mengingatkan/menginformasikan secara terus menerus pada perkuliahan daring masa pademi covid-19, saat ini menjadi bagian penting dalam menunjang suksesnya pembelajaran. Mengingatkan/meginformasikan dalam mata kuliah kebijakan pendidikan merupakan praktek nyata dari materi Monitoring dan Evaluasi Kebijakan.
Baca Juga: Manajemen Pembelajaran Empati
Manusia Harus Selalu Diingatkan Setiap Saat
Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah menulis dalam kitabnya, ar-Risalah, sesungguhnya cukup bagi setiap manusia dengan surah al-Ashr saja, karena surat tersebut sesungguhnya mencakup semua nasihat kepada umat manusia. Fiman Allah SWT, dalam Al-Qur’an surah Ashr;
Artinya: ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS.Al ‘Ashr [103]:1-3).
Untuk itu diungkapkan dengan bahasa yang paling indah untuk mengingatkan ujung perjalanan, guna menggugah untuk menyadarkan betapa hidup hanyalah sebuah penantian. Akan tetapi, terkadang sambil menanti “jemputan”, kita pun merenda waktu asyik bercanda. Padahal tanpa mengetuk pintu utusan langit datang menjemput tanpa menyapa. Malaikat maut pemutus kelezatan siap merenggut.
Wahai para penempuh jalan, kitab seperti apa yang akan kau jadikan petunjuk, sedangkan setiap ayat Al-Qur’an adalah cahaya penerang kebahagiaan. Nasihat seperti apa lagi yang engkau butuhkan, sedang al-Musthafa berkata, ”Nasihati dirimu dengan dua hal. Nasihat yang berbicara yaitu Al-Qur’an dan nasihat yang bisu yaitu kematian.”
Ketika Umar bin Abdul Azis dibaiat menjadi khalifah, jiwanya bergetar, air matanya menetes. Tubuhnya yang gagah tegap sebelum menjadi khalifah, kini wajahnya pucat kemisut dan tubuhnya menyusut. Pernah para penduduk bertanya kepada istrinya. Sang istri menjawab bahwa sejak diangkat menjadi khalifah, khalifah sangat sedikit tidurnya dan hari-harinya tenggelam untuk melayani rakyatnya. Ia pernah berkata, ”O, alangkah beratnya amanah. Padahal pada hari kepastian, aku akan diminta pertanggungjawaban oleh fakir miskin, anak-anak yatim, dan para janda syuhada.”
Sayyidina Ali berkata, ”Ketahuilah wahai hamba-hamba Allah, bahwa kamu sekalian serta segala yang kamu miliki dari dunia ini berada di jalan orang-orang sebelum kamu yang telah pergi meninggalkannya. Mereka lebih panjang usianya daripada kamu, lebih makmur kediamannya dan lebih membekas peninggalannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah bahwa kubur itu taman-taman yang ada di surga. Atau lubang dari segala lubang di neraka.” (HR. Tirmidzi).
Faridudin Attar berkata, ”Aku tahu ada yang terus mengejarku dan aku tidak akan mampu menghindar dari kejarannya, yaitu kematian! Karenanya aku selalu mempersiapkan diri untuk menghadapinya.”
Orang bijak berkata, ”Ketika terlahir engkau menangis, dan semua yang menyambut tertawa. Maka ketika datang hari perjumpaan, jadikanlah dirimu tertawa menatap taman surga, dan orang-orang menangis duka kehilangan dirimu” Oleh sebab itu, jadilah anggota rombongan yang tahu arah ke mana akhir perjalanan mengarah. Sebelum datang saat yang pasti.
Dalam menghadapi kematian, orang-orang di dunia ini terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu: (1) Orang yang takut mati; (2) Orang yang menginginkan mati; (3) Orang yang siap mati.
Orang tipe pertama adalah orang yang ketakutan dengan datangnya kematian. Ketakutan meninggalkan dunia ini. Merasa berat meninggalkan apa yang ia miliki saat ini. Istrinya yang masih cantik, anak-anaknya yg masih kecil dan belum lulus sekolah, uangnya yang masih melimpah yang masih sayang untuk ditinggalkan, dan lain sebagainya. Berat rasanya meninggalkan dunia beserta kenikmatan yang ada didalamnya.
Orang kedua adalah orang yang menginginkan kematian cepat-cepat menghampiri dirinya. Masalah yang ia hadapi, kemiskinan dan kemalangan yang menimpa dirinya. Cobaan demi cobaan yang berat dirasakan, membuat dia menyalahkan nasib. Dunia ibarat neraka baginya. Sehingga kematian menjadi lebih baik dari dunia seisinya.
Beruntunglah orang yang masuk ke dalam golongan ketiga. Orang yang telah menyiapkan amalan terbaiknya ketika menghadap Tuhan nya. Yaitu orang-orang yang beriman, iklhas, dan beramal shaleh. Dunia ini hanyalah tempat singgah kepada tujuan yang lebih hakiki.
Seperti orang yang hendak bepergian, ketika ia melihat langit mendung, serta merta ia akan membawa payung atau mantel sebagai persiapan jikalau turun hujan. Padahal mendung tak berarti hujan, namun ia sudah siap dengan segala kemungkinan. Begitu pula dengan orang yang mempersiapkan kematian. Ia tidak takut, kapan pun kematian itu datang, karena ia telah mempersiapkan yang terbaik. Menggunakan waktu yang ia miliki untuk amal perbuatan shaleh. Fiman Allah SWT, dalam Al-Qur’an surah al-Hajj, berikut:
Artinya: “Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya SEHARI disisi Tuhanmu adalah seperti SERIBU TAHUN menurut perhitunganmu.” (QS. al-Hajj [22]: 47).
Jika kita konversi 1 hari waktu langit (akhirat) = 1000 tahun waktu bumi = 24 jam waktu langit (akhirat) = 1000 tahun waktu bumi= 3 jam waktu langit (akherat) = 125 tahun waktu bumi = 1,5 jam waktu langit (akhirat) = 62,5 tahun waktu bumi. Apabila umur manusia itu rata-rata 60-70 tahun, maka hidup manusia ini jika dikonversi dengan waktu langit hanyalah 1,5 jam saja.
Karena itu, ingatlah sabda Rasul, “Manfaatkanlah lima (keadaan) sebelum (datangnya) lima (keadaan yang lain): masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Haakim 3/204).
Alasan Ilmiah Kenapa Otak Manusia Itu Bisa Sering Melupakan Sesuatu
Manusiawi kalau susah mengingat materi belajar. Banyak hal yang perlu kita ingat untuk beraktivitas sehari-hari. Mungkin kamu berpikir jika mengingat semua hal dalam kehidupan ini pasti menyenangkan. Terlebih lagi, di kampus/sekolah kita/saya sering dituntut untuk mengingat banyak hal. Namun, sayangnya ada saja yang kita lupakan. Kenapa sih kita harus lupa? Untuk hal itu, Yudha (2018) menegaskan, ada 5 (lima) alasan/hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:
1. Lupa disebabkan karena otak gagal memanggil ingatan yang tersimpan
Ingatan berisi informasi-informasi yang tersimpan dalam otak untuk diingat kembali. Informasi-informasi tersebut didapatkan dari pancaindra, seperti penglihatan, penciuman, peraba, pendengaran, dan pengecap. Misal dalam perkuliahan kita kali ini di terapkan berbagai model mulai tatap muka ada semua bila melihat, mendengar, membaca slaid, bisa naya lansung (al handulillah, pada masa covid-19 pernah 2 kali kuliah tatap muka), Kuliah daring: Menulis/menjawab instruksi di GCR, anda hanya bermodalkan melihat/membaca; menemukan masalah dan memberi masukan (koreksi) pada makalah kelompok lain, anda bisa baca, bisa menulis sesuai aturan Ilmiah yang ditentukan dari itu anda dapat pembelajaran untuk nanti bimbingan skripsi/tesis/disertasi; Diskusi melalui Daring webinar zoom anda mendapatkan modal dengar dan lihat (laive, tayang, bicara), terakhir portofolio itu anda betul-betul memerlukan modal mengingat dan ketelitian.
Baca Juga: Menggali Prestasi dari Pebelajaran Berbasis Portofoli ; Terampil Presentase dan Menyimak; Efektivitas Menulis Assigment;
Gbr. 1: Orang sedang Lupa.
Sumber: unsplash.com/Ben White (dalam Yudha (2018).
2. Sebenarnya otak hanya mengingat informasi penting atau berkesan saja
Ternyata, gak semua informasi direkam olah otak kita menjadi memori. Misalnya anda mencoba mengingat uang kertas dari bentuk dan warnanya. Dari hal tersebut saja anda bisa mengidentifikasi bahwa itu adalah uang kertas. Namun, jarang di antara kamu yang akan mengingatnya sampai mendetail, seperti tulisannya yang kecil-kecil, tapi berbicara hal uang nenek-nenek yang buta hurup juga tau. Karena itulah dalam perkuliahan kita anda diwajibkan terampil membuat Poster dengan syarat warna, posisi dan lainnya.
Baca juga: Terampil Menulis Poster
Gbr. 2:Uang Dolar AS
Sumber: unsplash.com/Olga Delawrence (dalam Yudha 2018).
3. Informasi yang direkam akan tersimpan sebagai ingatan jangka pendek
Sementara itu, jika ingatan tersebut sering diulang-ulang akan menjadi memori jangka panjang. Sehari-hari anda/kamu akan terpapar banyak informasi. Informasi-informasi yang berkesan untukmu akan tersimpan dalam ingatan jangka pendek. Jika ingatan tersebut sering diulang-ulang akan menjadi memori jangka panjang. Sistem itulah yang sering digunakan dalam kegiatan belajar. Semakin sering anda/kamu belajar semakin lama informasi tersebut akan bertahan. Semakin sering anda meulis ilmiah (alinea, paragraf, referen, kutipan, Sistimatika konten dan sejenisnya), modal anda dari belajar bahasa Indonesia satu semester, bahasa Arab satu, semester, bahasa Inggris satu semester; mengingat ayat Qur’an, matan Hadist, satu semester, dan lainya. Itu semua sejatinya menjadi modal anda dalam menyelesesaikan perkuliahan. ada satu pepatah “ala karena biasa”. Disinilah pentingnya belajar dan berlatih sepanjang hayat.
Baca Juga: Kembali Fokus Belajar dan Berkarya; Terampil Presentase dan Menyimak
Gbr. 3:Rekaman Ingatan
Sumber: unsplash.com/Daniel Hjalmarsson (dalam Yudha 2018).
4. Lupa disebabkan oleh alasan psikologis
Dilansir dari buku karya Edward Thorndike, The Phychology of Learning (1977), lupa disebabkan karena manusia jarang memanggil memori yang ada. Bisa juga karena ada memori lain yang lebih berkesan atau kekurangan petunjuk. Itu sebabnya kita bisa tiba-tiba ingat akan suatu memori jika terpicu oleh suatu petunjuk. Ada juga penyebab kita lupa karena mengalami kejadian yang traumatis. Hal itu membuat kita gak ingin lagi mengingatnya. Kita bisa benar-benar lupa. Semisal pengalaman saya pada tahun 2011 rumah saya kebakaran, pada waktu itu hari jum’at tanggal 13 Maret 201, kalu tidak salah tanggal 11 Maretnya hari rabu saya ujian terbuka Disertasi S3, buku-buku lebih dari 200 judul, arsip draf tesis, Izajah SD-SMP-SMA-Sarmud-Sarjana-S1-S2 ga tersisa belum surat-surat ber harga lainya, perabotan RT, pakaian habis jadi abu. Trauma sampai sekarang, ketika medengar, melihat kebakaran di TV, cepet saya pindahkan canel atau dimatikan.
Baca Juga: Belajar Berbasis pengalaman; Ubah Keluhan jadi Enegi Positif
Gbr. 4: Anak/Orang Sedih Trauma
Sumber: unsplash.com/Tadeusz Lakota (dalam Yudha 2018).
5. Lupa juga bisa disebabkan oleh alasan medis
Mungkin kamu/kalian sering lihat adegan hilang ingatan dalam serial teve atau film-film. Hal itu bisa terjadi karena gangguan atau kerusakan pada hippocampus. Hippocampus adalah bagian dari sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian otak yang terlibat dalam respons perilaku dan emosi, terutama ketika menyangkut perilaku yang kita butuhkan untuk bertahan hidup seperti mencari makan, reproduksi dan merawat keturunan, dan respon flight or flight (melawan atau melarikan diri) saat dihadapkan oleh situasi negatif atau pemicu stres. Fungsi utama dari hippocampus itu sendiri adalah pembelajaran dan penyimpanan serta pengolahan memori jangka panjang. Dalam konteks memori, hippocampus membantu mengolah dan mengambil kembali dua tipe spesifik dari memori jangka panjang yaitu: (1) Memori eksplisit, yaitu memori yang terdiri dari fakta dan peristiwa yang secara sadar dilakukan. Sebagai contoh: Seorang aktor belajar untuk mengingat dialog dalam pertunjukan. (2) Hubungan spasial, yaitu tipe memori yang membantu kita menghubungkan lokasi objek dengan objek referensi lain secara spesifik. Sebagai contoh: Supir taksi mengingat rute seluruh kota. (Tamara Alessia, 2020).
Gbr. 5: Orang Kecelakaan/kena benturan
Sumber: unsplash.com/Vittore Buzzi (dalam Yudha 2018).
Apabila keseluruhan hippocampus rusak, atau hanya sebagian saja, maka Anda dapat mengalami masalah memori yang serius. Khususnya saat hippocampus mengalami kerusakan, Anda tidak lagi dapat menghasilkan memori jangka panjang baru. Anda bisa saja mengingat kembali hal-hal yang terjadi beberapa waktu lalu, tapi tidak dapat mengingat hal-hal yang baru terjadi sebelum hippocampus rusak. Sebagai contoh, seseorang dapat menggambar peta lokasi rumah yang ia tinggali saat masih kecil, namun kesulitan mengingat arah rumahnya yang baru. Kadang, ia juga memiliki kesulitan untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Untuk itu, hippocampus tidak bertanggung jawab untuk mengingat bagaimana caranya berjalan, bicara, atau mengendari sepeda. Memori prosedural seperti cara berjalan, cara berbicara, dan cara mengoperasikan suatu alat dikendalikan oleh korteks dan otak kecil. Biasanya hal tersebut bisa terjadi jika seseorang mengalami kecelakaan yang mencederai kepalanya. Namun, kalau dipikir-pikir ada baiknya kita bisa melupakan sesuatu. Bayangkan kalau kita gak bisa melupakan kejadian menyedihkan seperti putus cinta atau keluarga meninggal, bisa-bisa kamu kena depresi.
Gbr.6: Letak hippocampus dalam otak manusia (warna ungu)
Sumber: (Tamara Alessia, 2020).
Dengan demikian, apabila 5 (lima) alasan yang menjadi penyebab manusia itu bisa sering melupakan sesuatu (Yudha 2018), kalou boleh dan dizinkan untuk diilustrasikan, maka akan tampak pada gambar 7, berikut:
Gambar, 7: Lima alasan yang menjadi penyebab manusia itu bisa sering melupakan kesuatu
Sumber: diadaftasi dari (Yudha 2018), dikembangkan (oleh penulis, 2020).
Kesimpulan
Peringatan bisa saja datang dalam bentuk yang berbeda-beda. Bisa berupa teguran langsung dari orang dekat, dari orang yang bahkan kita tidak kenal, atau mungkin tidak berupa seseorang. Ibarat penyakit, uban, garis-garis keriput di wajah, itu semua juga menjadi pengingat untuk kita. Cuma sayangnya sering kita abaikan. Padahal Allah SWT., telah memberi petunjuk dalam Al-Quu’an ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada alam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS.Al ‘Ashr [103]:1-3).
Manusiawi kalau susah mengingat atau lupa. Banyak hal yang perlu kita ingat untuk beraktivitas sehari-hari. Mungkin saja anda berpikir jika mengingat semua hal dalam kehidupan ini pasti menyenangkan. Terlebih lagi, di kampus/sekolah kita/saya sering dituntut untuk mengingat banyak hal. Namun, sayangnya ada saja yang kita lupakan.
Jadi, syukurilah anugerah lupa ini. Meski begitu, kita semua juga perlu asah otak untuk mengingat hal-hal yang penting ya! Bisa dengan gaya hidup sehat dan makan-makanan bergizi. meminij waktu dan lain sebagainya.
SUMBER
Al-Syafi’i, Imam, Ar-Risalah, Penerjemah: Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986)
Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Ensiklopedia Hadits; Shahih al-Bukhari 1. Terj. Masyhar dan Muhammad Suhadi, Cet. I, (Jakarta: Almahira, 2011).
At-Tirmidzi, Muhammad Bin Isa Bin Surah, Sunan at-Tirmidzi, Riyadh:Maktabah Terj. Linnasyri Wattauzi’, Cet. Ke-2 (Bandung: al-Ma’aarif, 2008).
Dep. Agama RI. Al-Qur’an dan Terjehannya. (Surabaya: Al-Hidayah, 1998)
Tamara Alessia, (2020). Apa Fungsi Hippocampus, dan Apa yang Terjadi Apabila Hippocampus Kita Rusak? Tersedia dalam: https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/fungsi-hippocampus-adalah/
Thorndike, Edward L., & H.P. Hagen, Measurement and Evaluation in Psychology and Education, (New York: John Wiley, 1977)
Yudha (2018) 5 Alasan Ilmiah Kenapa Otak Manusia Itu Bisa Sering Melupakan Sesuatu (IDN TIM, 21 Desember 2018). Tersedia dalam https://www.idntimes.com/ science/ discovery/viktor-yudha/penjelasan-ilmiah-kenapa-kita-bisa-lupa/5